tag:blogger.com,1999:blog-39884253350194947792024-03-17T01:51:23.878+07:00tweedledewD. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.comBlogger265125tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-12582935651440062832024-02-29T20:00:00.000+07:002024-03-01T10:13:38.191+07:00Refleksi Singkat di Tahun Kabisat (Mumpung Sempat)<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Tidak ada tema khusus hari ini selain karena tanggal 29 Februari tidak terjadi setiap tahun. Tapi, serius deh. Memang, sejak rutinitas saya berkutat seputar per-<i>stay-at-home-mother</i>-an untuk dua balita laki-laki ini, rasanya energi sudah habis di pengujung hari, kalau mesti nulis yang sulit-sulit. Hingga kalau ada waktu kosong ya minimal <i>scroll</i> instagram gitu. Cek-cek <i>reels</i> viral yang bikin FOMO. Atau, nonton drakor. Sesuatu yang amat jarang dilakukan, namun kalau sudah kecebur suka sulit dihentikan. Makanya terakhir saya ngedrakor itu mungkin pas <b><a href="https://youtu.be/tqVVrTvrI8U?si=RPHuwQaYg8qjNzqN" target="_blank">The Glory</a></b> tayang (September 2023?). Setelahnya malas berkomitmen dengan drakor apapun.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHN9WmyAwxr4FNhD6HZHd4hjqNRLtVyanUtVhBlnupDTp7_nuBSvubyc8KX0VJHquFCSmFxZab8sYW6DDDFOWdQLKs5fB9UkO5zKZIby2ynKo4kKp_gRwAfNDYWeUu1TwRseFiHinNNjF5yQj71WKzzu-UNjoGTerTBJCG7GuYtiXPqbdcEQWxp4o1rTY/s800/730ED37D-F59E-4B47-B320-886845EFBE4A.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="414" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHN9WmyAwxr4FNhD6HZHd4hjqNRLtVyanUtVhBlnupDTp7_nuBSvubyc8KX0VJHquFCSmFxZab8sYW6DDDFOWdQLKs5fB9UkO5zKZIby2ynKo4kKp_gRwAfNDYWeUu1TwRseFiHinNNjF5yQj71WKzzu-UNjoGTerTBJCG7GuYtiXPqbdcEQWxp4o1rTY/s16000/730ED37D-F59E-4B47-B320-886845EFBE4A.jpeg" /></a></span></span></div><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /><i><br /></i></span></span><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><i>Anyway</i>, ibarat serial, saat ini <i>arc</i> cerita hidup saya sedang berada di area SAHM dan Anbuhood. Jadi punten nih, mungkin kali ini saya akan cerita tentang itu lagi itu lagi.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kali ini, tentang “<b>kesempatan</b>”. Bukan sembarang kesempatan. Melainkan tentang ruang untuk bisa belajar dan berkembang.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Begini ceritanya. Sekitar dua pekan lalu, saya mendaftar untuk menjadi peserta dalam sebuah lokakarya yang materinya sangat relevan dan saya idamkan sejak lama. Kegiatannya berbayar. Namun diadakan di hari kerja setiap hari Rabu selama tiga pekan. Malangnya, ternyata saya tidak dapat menghadiri ketiganya. Di sesi pertama, saya berusaha hadir dengan membawa serta seluruh keluarga (suami, dua anak). Bahkan suami sampai cuti karena hari itu kami juga memang ada keperluan lain sebelum lokakarya dilangsungkan. Ternyata, sampai di sana, kegiatannya terlambat diselenggarakan karena peserta belum datang semua (alasan yang konyol sekali, ya?). Kami jadi harus menunggu selama 15-30 menit. Sementara Ryu mulai tidak kondusif. Rupanya ia ngantuk. Hujan besar. Kami terjebak di sana selama beberapa saat. Tidak bisa ngapa-ngapain juga karena tempatnya memang bukan tempat “bermain” anak.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Dalam keadaan itu, saya melihat para peserta lokakarya yang lain yang banyak di antaranya kemungkinan ibu-ibu yang punya anak. Rapi. Datang sendiri. Tidak merepotkan siapa-siapa. Juga tidak bergantung pada keberadaan area ramah anak di tempat lokakarya. Setelah dicek dalam daftar hadir peserta, mereka masing-masing berasal dari sekolah atau instansi tertentu. Sementara kolom “asal instansi” saya kosong karena…</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Saya seorang IRT.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Seraya menatap nanar pada Ryu yang masih rewel, saya mengajak suami dan Raka pulang. Tak tega jika saya harus ikut lokakarya selama 2 jam dan suami harus direpotkan dengan 2 balita dalam situasi yang tidak kondusif. Terlebih, sudah pasti saya akan kepikiran anak-anak. Tidak mungkin belajar dalam keadaan seperti itu, pikir saya.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kami bertolak kembali ke rumah. Diam-diam saya menangis sambil menepuk-nepuk Ryu & Raka yang tertidur di kursinya. Hingga ketiduran sejenak.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Beberapa hari setelahnya, suasana hati saya belum juga membaik. Saya tahu, keputusan menjadi IRT bukanlah sesuatu yang dipaksakan dalam hidup saya. Kami memilihnya secara sadar (usia, biaya, berkah). Tapi tetap saja. Ketika disodorkan pada kenyataan yang merupakan risikonya, mau ‘gak mau jadi mikir, kalau milih yang lain, akan bagaimana ya hasilnya? Karena jujur saja. Kesempatan mengenyam ilmu baru adalah hal yang menyenangkan buat saya. Lebih jauhnya? Inilah “me time” yang sesungguhnya. Jauh dari segala rasa glamor tapi mewah sekali saat kesempatannya tidak datang banyak-banyak.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Konon inilah yang disebut “yuwaswisu”. Bisikan musuh kita semua. Berandai-andai, berujung su’udzon pada ketetapan-Nya.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Astagfirulloh.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kemudian semua terbayar saat beberapa hari lalu, saya punya kesempatan lain untuk mengikuti gelar wicara dengan tema yang saya amat tunggu. Durasinya lebih lama. Namun diadakan di hari Sabtu dan kami punya persiapan yang lebih longgar. Setelah menyiapkan kebutuhan anak-anak, saya berangkat ke tempat tersebut lebih dulu menggunakan ojek <i>online</i>. Suami dan Bapak saya, menyusul mendekati jam selesainya acara saya. Iya. Gak salah baca. Suami dan Bapak saya. Berdua menjaga dua anak laki-laki saya yang masih balita. (Bukan main, ya? Kalau di zaman dulu, saya sudah dicap wanita macam apakah). </span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Alhamdulillah, saya mendapatkan ganti yang menurut saya JAUH lebih baik dibanding 3 sesi yang terpaksa saya batalkan sebelumnya. Ada orang-orang hebat yang saya kagumi dan bisa saya cicipi keilmuannya. Selama 3,5 jam itu, saya berbinar-binar. Berusaha aktif bertanya. Mengikuti gelar wicara dengan sungguh-sungguh karena ini adalah waktu yang mahal. Amat sayang untuk dilewatkan dengan leha-leha padahal kesempatannya ada.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Menjelang berakhirnya acara, Raka datang mengejutkan saya dengan berlari memeluk sambil tertawa lebar memanggil nama saya. Saya kaget sekaligus terharu. Disusul Ryu yang memanggil saya sambil menangis minta digendong (hi-hi). Saya menyambut mereka berdua dengan syukur yang amat besar. Di belakangnya, suami dan Bapak tersenyum lega. Saya seperti menjadi orang yang sedang ditunggu-tunggu kedatangannya - dalam konotasi positif. Saya balas tersenyum lebar.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Alhamdulillah telah dikelilingi orang-orang baik.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Jadi.. <i>my fellow</i> IRT, WFH Mom, atau apapun istilahnya, bahkan siapapun yang merasa sedang merasa tidak dihinggapi kesempatan karena keadaan.. ini klise sih, tapi <b>sabar</b>! Tugas kita adalah ikhtiar dan bersiap. Siapa tau, kesempatan-kesempatan lain akan datang di saat tak terduga. Jika tiba saatnya, genggam erat jangan sampai lepas. Waktu adalah pedang, kata Imam Syafi’i. Jangan sampai ia menebasmu padahal kau sedang tidak pegang perisai.</span></span></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-19916280715565101902024-01-12T00:03:00.003+07:002024-01-12T00:20:30.789+07:00Being Thirty For A While<p><i>“How old are you?”</i></p><p><i>“Thirty’s”</i></p><p><i>“How long have you been thirty’s?”</i></p><p><i>“A while..”</i></p><p><i>(Bella to Edward on Twilight, 2008).</i></p><p>Pfft of course I modified it because I am actually double of Edward’s legal age by now.</p><p>…</p><p style="text-align: justify;">I’ve been meaning to rant a lot about this since a long time ago - that time of the moment of truth happened when I was reminded that I’m no longer that youngest gurl in class. In my past, I was known for being the youngest of them all. Or second youngest. That’s why the feeling of being the oldest is quite new to me. And I was like, oh this is how it feels.</p><p style="text-align: justify;">So several months ago, I noticed on the Instagram that a book fair would be held publicly somewhere in Bandung. And they were opened for volunteers. One of the position available was social media contributors. Well I am a social media contributor in a non profit community so I was thinking that maybe the job was fit for me. But my situation was that I have two toddlers with me and I have no ability to be mobile. So then I asked the contact person about my situation and whether if it was okay if I join the volunteer team. I’ve got no reply so I was understand that it was a no. I moved on then.</p><p style="text-align: justify;">Several weeks later, our community had an opportunity to give a talk on the main stage on that book fair. Since I was on the social media team, I had to present to take photos and videos to be reported on our Instagram. I was in charge to contact the officials of the book fair, too, and after the event was ended, I thank the officials and later I realized that she was the contact person I mentioned earlier. She was the first to notice and guess what did she said to me?</p><p style="text-align: justify;">“Oh, hi, Ma’am. I remember you were applying to be social media volunteers on this event. So sorry for not replying, we were hectic at the moment and as you can see here, the volunteers are mostly college students.”</p><p style="text-align: justify;">Boom! I looked around and noticed that was true lol. Gosh I giggled noticing how silly I was. I also had this sudden urge to runaway to check my IDs to see what year my birthday again lol. Really I didn’t see it coming. I went home with some overthinking feeling lingering in my head. Silly me.</p><p style="text-align: justify;">Andddd that was the moment I realized that on your 30s, you didn’t really have a chance to start fresh. Like, people hope you are half way there. In everything. A successful business owner with zillions in your bank account. A manager assistant in a big corporate career ladder. Mom of preteens or elementary schoolers. Start a franchise. Finish a master degree or two - even start to pursue PhD. Purchased another property. Had at least one designer bag. The list could be going on and on.</p><p style="text-align: justify;">(At this point why I am still surprised that people do mind some timeline for other people).</p><p style="text-align: justify;">Lucky for me I have a circle that happened to be the same age and that quite keep me sane. Like when we found a job recruitment flyer and it was stated that applicants should not be older than 25. God it was laughable but sad at the same time. Especially for a mom that have a gap year after her career break to look after the babies. Do we even really have a chance to “come back”?</p><p style="text-align: justify;">An old friend earlier today asked me about my biggest dream. Ten years ago I probably list a bunch of places I want to go to, subjects I want to learn, shoes I want to purchase, and even getting a degree - which was I tried and failed once. But today when I contemplate the answers, I ended up awake at this hour. What is actually my dream? Is it okay to have a dream, while you have responsibilities that occupy your top priorities list now? Is it okay to be selfish? Or what is selfish means again? Because the answers may vary.</p><p style="text-align: justify;">Then I also remembered that my late mother had her first course as MUA in her 38 while had us three children. She pursued her career dream just in time because after many years of networking, she had a lot of clients after that. And also to note that, my father was very supportive. We had this ups and downs when we were kids but our parents didn’t give up that easy.</p><p style="text-align: justify;">Well, so we came of that kind family. </p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-70280716418836692172023-08-10T12:07:00.006+07:002023-08-10T15:06:34.644+07:00Drama Ibu Rumah Tangga di Era Informatika<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ini yang sering saya katakan dan masih bertahan sampai sekarang: <span style="background-color: #ea9999;">saya tidak pernah merasa cocok menjadi ibu rumah tangga</span> (saja). Hingga kini, saya masih merasa “wajib” untuk punya kehidupan dan peran lain di luar kerumahtanggan. Jika ditanya alasannya, mungkin karena saya sekolah cukup lama (ha-ha), pernah menjadi perempuan pekerja cukup lama, dan ada harapan orangtua yang mengimbau saya untuk berbuat “lebih”.</span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_O_6xipN1OrYwnZuyXi4OoC-pjT1kurqWQWBc_KjlwhozZ8lIQXl9nqA5-Tvdbl-3ibvSpBUSJuazmrtqneMTTsbfC3Dm3iAa9_Gwrx_IZh-6zhhOlj9q9DkIYuB9k3NGMTCQmYvp-PKBvABcO7Q01QWt2sgo8r8H531jen4DQFATLC22s-R3w6dTur0/s800/4F99999B-5A63-4670-9C92-8E3F351B9E6C.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="571" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_O_6xipN1OrYwnZuyXi4OoC-pjT1kurqWQWBc_KjlwhozZ8lIQXl9nqA5-Tvdbl-3ibvSpBUSJuazmrtqneMTTsbfC3Dm3iAa9_Gwrx_IZh-6zhhOlj9q9DkIYuB9k3NGMTCQmYvp-PKBvABcO7Q01QWt2sgo8r8H531jen4DQFATLC22s-R3w6dTur0/s16000/4F99999B-5A63-4670-9C92-8E3F351B9E6C.jpeg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><b style="font-family: inherit;">Sekolah Cukup Lama</b></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Taman kanak-kanak 1 semester, ditambah 11 tahun pendidikan dasar dan lanjutan, serta 4 tahun di strata 1. Di rumah, layaknya para orangtua generasi <i>boomers</i> lainnya, kita para milenial tidak banyak dituntut untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Yang kita kerjakan betul-betul minimal, ya ‘gak sih? Cuci baju seragam sekolah, sepatu, dan ngepel lantai sepekan sekali saja sudah cukup.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Masa kecil dan lingkungan yang demikian membuat saya merasa bahwa saya benar-benar tidak dipersiapkan untuk menjadi IRT.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span></span></span></p><a name='more'></a><span style="font-family: inherit;"><b><br /></b></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Pernah Bekerja</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ada <i>gap year</i> selama setahun lebih sejak lulus, sampai saya mendapatkan pekerjaan pertama saya - dan bahkan saya cukup <a href="http://www.tweedledew.com/2011/12/ridiculously-tough-ridiculously.html?m=0" target="_blank">ngeyel</a> untuk memperolehnya (ha-ha). Percayalah. Setahun itu rasanya sangat amat tidak enak. Memang tidak nganggur-nganggur amat, sih. Karena masih ada orang baik yang <a href="http://www.tweedledew.com/2011/07/written-by-ghost.html" target="_blank">mempekerjakan</a> saya untuk membantu penelitian S3-nya meliputi menerjemahkan jurnal, membuat presentasi dan proposal penelitian. Pernah juga ngajar les komputer yang entah kenapa muridnya cuma datang di kelas saya dua kali saja :(. Hingga kemudian akhirnya saya bekerja, rasanya seperti menemukan oase yang tak terbayangkan di tengah gurun pasir luas.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinEe5XHkWNeZ0P0axKmShrtz14lWsA3DW7vnhi6H7FaP156FnKnYSqGPZXFRmXZrzYUDm0QNYl2yt7Idw_AjoD3Bvj86-MilvtuBfhq2C2tqkERUmDP6xbYftkwkGt72sWXjehpCOjBkVv0ISRQxRiG3-YcmTSkrIeRqRWNy1s6Ol3XA0D1qKkz9rWdBA/s800/CD8501A2-08FD-43A9-812D-2D8E8FA01E69.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="329" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinEe5XHkWNeZ0P0axKmShrtz14lWsA3DW7vnhi6H7FaP156FnKnYSqGPZXFRmXZrzYUDm0QNYl2yt7Idw_AjoD3Bvj86-MilvtuBfhq2C2tqkERUmDP6xbYftkwkGt72sWXjehpCOjBkVv0ISRQxRiG3-YcmTSkrIeRqRWNy1s6Ol3XA0D1qKkz9rWdBA/s16000/CD8501A2-08FD-43A9-812D-2D8E8FA01E69.jpeg" /></a></div><span style="font-family: inherit;"><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p>Jujur. Bahkan dengan segala keluhan khas anak muda dua puluh tahunan itu, </span><b style="font-family: inherit;"><a href="http://www.tweedledew.com/search/label/Ptm%20Apprentice" target="_blank">bekerja</a> dan mandiri secara finansial itu ENAK BANGET</b><span style="font-family: inherit;">, lo. </span><i style="font-family: inherit;">As in</i><span style="font-family: inherit;">, akhirnya kamu bisa beli ini dan itu, </span><a href="http://www.tweedledew.com/search/label/Traveling" style="font-family: inherit;" target="_blank">pergi ke sini</a><span style="font-family: inherit;"> dan ke sana, bahkan</span><a href="http://www.tweedledew.com/2015/06/the-fantastic-pentatonix-on-my-way-home.html" style="font-family: inherit;" target="_blank"> nonton konser </a><span style="font-family: inherit;">penyanyi favoritmu. Namun tetap ada yang kurang. Karena hamba ingin </span><i style="font-family: inherit;">settled</i><span style="font-family: inherit;"> di suatu tempat. Bersama seseorang (ceilah). Membangun keluarga.</span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hingga akhirnya di tahun 2018, setelah menikah, saya memutuskan untuk “menetap” di suatu tempat <a href="http://www.tweedledew.com/2018/07/a-very-married-woman-man.html?m=0" target="_blank">bersama suami</a> saya. Menjadi IRT.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><b>Harapan Orangtua Terhadap Saya: Be More, Do More, Get More</b></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Yang pertama kali terlontar dari orangtua saat saya memberitahu mereka bahwa saya akan resign adalah:</span></p><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">“Yakin bisa jadi IRT? Bisa masak? Bisa bersih-bersih? Di rumah aja ‘gak pernah cuci piring. Apa-apa dibantuin orang. <i>Ngarumas</i>, keh.”</span></p></blockquote><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">(Halah gampang, pikir saya waktu itu. Gampang ceunah).</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Iya juga, sih. Keputusan <i><a href="http://www.tweedledew.com/2022/06/akhirnya-ngobrolin-resign.html" target="_blank">resign</a></i> yang mendadak itu tidak dipikirkan matang-matang karena keadaan yang mendorong saya demikian. Jadi saya tidak punya rencana apa-apa. Hanya ingin tinggal dengan suami. Hidup normal dan memelihara keluarga dengan wajar. Ditambah, kami bersepakat untuk tidak LDM lama-lama.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">(Btw, saat itu saya habis dikuret juga. Jadi perlu banyak istirahat dan ‘gak terpikir untuk bekerja lagi sebelum punya anak - dan usia saya sudah mau kepala tiga!)</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaKm-1WAeSWrCtJ0c9tlgFNDg9pDlcyvgU6sJ1Sz3M1z6pZQoUUIM9FuscJYd_Bp86c8VSwQPS5yNV_jQ1nZhKjsaUq5MR4R-0y8SJk7LOJCqkWbWM2V-M4twy4UAazNXMLSdP9KJEJ3ood2u5v89PEfohiGEoMrMA0AxH4xawgXXejQ3FjoA8vbZzSqg/s971/C4B2DF84-FF1E-4D6A-851F-765105F7002C.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="971" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaKm-1WAeSWrCtJ0c9tlgFNDg9pDlcyvgU6sJ1Sz3M1z6pZQoUUIM9FuscJYd_Bp86c8VSwQPS5yNV_jQ1nZhKjsaUq5MR4R-0y8SJk7LOJCqkWbWM2V-M4twy4UAazNXMLSdP9KJEJ3ood2u5v89PEfohiGEoMrMA0AxH4xawgXXejQ3FjoA8vbZzSqg/s16000/C4B2DF84-FF1E-4D6A-851F-765105F7002C.png" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Benar kata orangtua, pengalaman memasak saya sangat minim. Walau tentu saya bisa cuci piring. Atau menyapu dan mengepel. Waktu muda, kemalasan dan kelabilan mencegah saya mengerjakan pekerjaan domestik di rumah. Satu-satunya yang saya pedulikan cuma belajar. Dan bahkan dengan kerjaan saya yang cuma belajar itu, saya tidak <i>cum laude</i>, lo. <i>See</i>? Penyesalan memang datangnya belakangan. Tapi, masa harus nyerah? Suami juga meyakinkan saya bahwa tidak sulit “mengurus” kami. Sama-sama belajar dan berperan saja.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Maka <b>sejak Maret 2018 itu, resmilah saya menjadi seorang ibu rumah tangga</b>.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjghq4MvitRw74f62eAmnhojKln3q-IEjqMoqJ78IS4tYK0ZhvWH7XX2JmpT3ZTlOXw8yk0GlVDmNH8UO6grzhimH5yHk4J0F3aP8pqLb27_3rZKRXMhzwxetiJ5J8usl8mxT5huz7T4jl4cIglx3-fxXmcxd9rjEXAr2pH4DYSclerFAYvEbGpzbXVgBY/s800/29848117-37C7-41FA-A416-48533C666AA9.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="550" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjghq4MvitRw74f62eAmnhojKln3q-IEjqMoqJ78IS4tYK0ZhvWH7XX2JmpT3ZTlOXw8yk0GlVDmNH8UO6grzhimH5yHk4J0F3aP8pqLb27_3rZKRXMhzwxetiJ5J8usl8mxT5huz7T4jl4cIglx3-fxXmcxd9rjEXAr2pH4DYSclerFAYvEbGpzbXVgBY/s16000/29848117-37C7-41FA-A416-48533C666AA9.png" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Namun, sebelum tinggal berdua suami di kontrakan pertama kami di Bekasi itu, saya tinggal beberapa lama di rumah orangtua. Saat itu, saya sering dibawa ibu berbelanja ke pasar. Biasanya cuma mengantar, kali ini saya harus benar-benar memperhatikan. Bagaimana memilih telur, ayam, daging, membedakan rimpang satu dengan lainnya (dulu bagi saya, mereka semua sama), bahkan mempersiapkan perkakas rumah tangga. Ibu memilihkan pisau dapur, ulekan, talenan, dan beberapa benda lain yang masih saya pakai sampai sekarang. Juga ada kursus memasak kilat di rumah. Saya praktikan tatkala suami mampir di akhir pekan. Saya belum pede masak di rumah.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo2w_K7rw0p0cpp8vLhgnRp_6olVlEqBGrOcNassX3tEdW4M5PyfukAtbjZ-FWRtJibkHj1zSonylxbXnZoiEY0yW5Lt3kq5kfrC9PaHiP32QmoI-BfJ-Y5E92mU2Xqhumx_LGsn1R9JZC8ryBv1SrdW1E4Lm8Gtf0Yqh9p7Lv0hPknwXvwjekXEAgcJg/s800/53F0755C-E011-4F93-887A-B0F0A86E4FEF.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo2w_K7rw0p0cpp8vLhgnRp_6olVlEqBGrOcNassX3tEdW4M5PyfukAtbjZ-FWRtJibkHj1zSonylxbXnZoiEY0yW5Lt3kq5kfrC9PaHiP32QmoI-BfJ-Y5E92mU2Xqhumx_LGsn1R9JZC8ryBv1SrdW1E4Lm8Gtf0Yqh9p7Lv0hPknwXvwjekXEAgcJg/s16000/53F0755C-E011-4F93-887A-B0F0A86E4FEF.jpeg" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Di bulan Agustus, saya pun memulai kehidupan saya sebagai IRT di Bekasi bersama suami saya. Bagaimana rasanya? Mereka bilang, awal-awal kehidupan pasca resign dari pekerjaan tuh <i>like a bliss</i>, lo. Bagi saya? Enggak banget. Seharian saya bosan. Kerjaan saya “cuma” bebersih, ngulik masakan, dan selebihnya main <i>game</i>. Kadang-kadang ada teman ex kantor yang mengajak ketemuan. Seru, sih. Saat itu belum terasa “timpangnya”. Jadi saya merasa baik-baik saja. Di waktu lainnya, saya bepergian sendiri. Mengunjungi Pameran Sketsa, berobat ke RS, dsb. Hidup di Bekasi membuat saya tetap mandiri. Ke mana-mana naik KRL atau ojol. Masih akrab dengan TJ juga kalau sedang ke Jakarta.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2mDuHeIohFUtBTSnshCun37ypvqv6fibtW3Sg141khe3TIbGwgB91Eq4uXwYOGLRq5P5zdhGkR54i46xLg86Y0BhBZQl_XP6DFciHeQj-ocs5FdB2DXHls8SMfpHgmH4BiE3Ao70iJstb1u_-HDw32bEYEx3wJdT8eOas43PSsXH_su0HXhTL2v3yNC8/s800/5877B4C1-1D6F-49C6-9089-34E8A9D25486.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2mDuHeIohFUtBTSnshCun37ypvqv6fibtW3Sg141khe3TIbGwgB91Eq4uXwYOGLRq5P5zdhGkR54i46xLg86Y0BhBZQl_XP6DFciHeQj-ocs5FdB2DXHls8SMfpHgmH4BiE3Ao70iJstb1u_-HDw32bEYEx3wJdT8eOas43PSsXH_su0HXhTL2v3yNC8/s16000/5877B4C1-1D6F-49C6-9089-34E8A9D25486.jpeg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBCzlhmeN9WSizPjhtS--kLEzuS66W5Z2Mm7rct9Ygo4UmhpdkSVa62SygGUZrCecNk91T6L7M4Eq5CCbmNw-q5BVuCurf4qE-tpo9rdBUJEnj2Absq0I27-OKrNciYgaDiCB8Aye9jyrqN0b4cHorLnQu8XUQQ9AEilTg7tsHqURdjmI6qopuzVqyX5k/s800/BC8E1A4D-ACAB-497A-AF39-74E32FC43290.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBCzlhmeN9WSizPjhtS--kLEzuS66W5Z2Mm7rct9Ygo4UmhpdkSVa62SygGUZrCecNk91T6L7M4Eq5CCbmNw-q5BVuCurf4qE-tpo9rdBUJEnj2Absq0I27-OKrNciYgaDiCB8Aye9jyrqN0b4cHorLnQu8XUQQ9AEilTg7tsHqURdjmI6qopuzVqyX5k/s16000/BC8E1A4D-ACAB-497A-AF39-74E32FC43290.jpeg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcFpD4f1yAS7-22nRvUiVobyoldJtuf8XciJriRkh0wpUI7gQxvG0FtM3lHNxXiCUfDyoq9ImM1p_pv5RAOEQYOgJMGXpEshSiR2_P-hUlXmnI2UE_r0yacHbXVqN1ecVDJpNNR7etR3AQRZTd-lN5zl-1OnrorEGnM8cRgNOjbyJS6C5fgO4pQWcv0sM/s800/AC5BC9AE-C4E5-470A-B653-819E1485E703.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcFpD4f1yAS7-22nRvUiVobyoldJtuf8XciJriRkh0wpUI7gQxvG0FtM3lHNxXiCUfDyoq9ImM1p_pv5RAOEQYOgJMGXpEshSiR2_P-hUlXmnI2UE_r0yacHbXVqN1ecVDJpNNR7etR3AQRZTd-lN5zl-1OnrorEGnM8cRgNOjbyJS6C5fgO4pQWcv0sM/s16000/AC5BC9AE-C4E5-470A-B653-819E1485E703.jpeg" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Oh ya, kami sempat berganti kontrakan. Di rumah baru, ada tetangga-tetangga baik. Awalnya saya takut sekali. Resah membayangkan jadi IRT di tengah-tengah komplek padat penduduk. Harus bagaimana jika bertemu orang? Apakah saya juga harus nongkrong-nongkrong bersama mereka agar “diakui”? Sementara saya pernah punya <a href="http://www.tweedledew.com/2013/06/hows-life.html" target="_blank">pengalaman kurang baik</a> saat hidup merantau di masa lalu dan tinggal di tengah-tengah para IRT perumahan. Pikiran saya sudah macem-macem, pokoknya. Namun, ini beneran. Tetangga-tetangga saya yang notabene lebih senior, ternyata adalah tetangga-tetangga terbaik yang pernah kami temukan.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kadang-kadang lucu juga kalau sudah diingatkan ikut <a href="http://www.tweedledew.com/2018/08/mengaji-di-dunia-nyata.html" target="_blank">pengajian</a> sama Bu Ustadzah yang rumahnya persis di seberang kami. Atau diajak ngobrol lamaaa banget sama tetangga sebelah rumah. Di gang itu, juga banyak kenduri. Masih kental suasana hajatan dan pengajian ibu-ibu. Jadi hampir setiap pekan saya punya “kegiatan” membaur bersama ibu-ibu lain. Dan semuanya tidak buruk. Saya jadi jarang main <i>game</i> (he-he).</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGNFXXnSU5hN26JjWGhVRH5DGgW56jQvMIaZnkNYk8IllCyfLHEZDsI6SmzZoBOXZAHcbkJPBW9qfWuLXnJmvUHO5m5HdNwxkP9AofYpP-EaAMPwIR1r2Efu2NUIWXvmO9beqDcLoqcmRvG4Rlf_DBzkNeVD4GUxEJMMGw5NCYMxJMcb3eeXaDmCjmooE/s800/CD9B572D-A8D2-4BC7-B953-12F408CCA01F.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGNFXXnSU5hN26JjWGhVRH5DGgW56jQvMIaZnkNYk8IllCyfLHEZDsI6SmzZoBOXZAHcbkJPBW9qfWuLXnJmvUHO5m5HdNwxkP9AofYpP-EaAMPwIR1r2Efu2NUIWXvmO9beqDcLoqcmRvG4Rlf_DBzkNeVD4GUxEJMMGw5NCYMxJMcb3eeXaDmCjmooE/s16000/CD9B572D-A8D2-4BC7-B953-12F408CCA01F.jpeg" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">September 2018, saya punya kegiatan baru di akhir pekan. <b>Belajar menulis cerita anak</b> dari ahlinya: Ibu Reda Gaudiamo. Jadilah beberapa pekan itu saya merasa “hidup”. Walau jujur saja, murid-murid lainnya kalau bukan penulis ya pembaca buku akut. Saya sudah lama tidak membaca buku. Jadi banyak sekali yang perlu dikejar.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9FVSy5Klyer6XuKG4m4LoqLJUPks9HN3FVwrvpppGJMWNHL1fXa_gxGBnUCqqkaMxk9ZI-kzI9F2UTtIfi5hzqlNr4gkn_KFo-Maeue53mdDRIRvDBPXZOWhGPww8HFE7JlpchByQE7d4l-EXhy_TUpHEtnhhQy_QDRMvtnVpzhpr4YGs6eiNqshLYyk/s1099/D714F234-46F9-4530-9441-68E3984E13BA.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1099" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9FVSy5Klyer6XuKG4m4LoqLJUPks9HN3FVwrvpppGJMWNHL1fXa_gxGBnUCqqkaMxk9ZI-kzI9F2UTtIfi5hzqlNr4gkn_KFo-Maeue53mdDRIRvDBPXZOWhGPww8HFE7JlpchByQE7d4l-EXhy_TUpHEtnhhQy_QDRMvtnVpzhpr4YGs6eiNqshLYyk/s16000/D714F234-46F9-4530-9441-68E3984E13BA.jpeg" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bulan berikutnya, ternyata mendapat anugerah besar: saya hamil lagi! Di saat yang sama, salah satu sketsa saya terpilih untuk <a href="http://www.tweedledew.com/2019/01/akhirnya-pameran-di-galeri.html" target="_blank">dipamerkan</a> di Galeri Nasional. Karena dua kehamilan sebelumnya tidak berjalan lancar, saya mulai mengurangi kegiatan dan bepergian sendiri. Ngidamnya lumayan berat. Sesekali, Ibu dan Bapa menginap di rumah menemani kami.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Lalu selagi hamil itu, saya juga sempat ikut les Bahasa Arab. Sayangnya, tempat yang cukup jauh dari kontrakan membuat saya berhenti setelah dua bulan.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Singkatnya, Mei 2019, anak pertama kami dilahirkan secara dramatis (he-he kayaknya semuanya dramatis buat saya mah) di Bekasi. Saat itu bulan Ramadan. Yang berujung pada, kami tidak bisa mudik di lebaran tahun itu. Namun, di hari lebaran, tetangga kami berkunjung pagi-pagi sekali, membawakan opor dan ketupat. Tadinya kami tidak akan ikut halal bihalal karena, yah, mata kami berdua masih sembab habis begadang bersama bayi kami yang baru berusia dua pekan. Alhamdulillah, Lebaran kami ternyata baik-baik saja.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSsrmiMw8lCItB1vuuwa96tQTHt8fBi6qrlK2J83OfBE3CYoF_fnEEbIHDDh0AAtL49GVHh6iAiVvV3Jwl8k1P56Zg0h8aAiQ0nye0ITY3aLTq7cfI8eeEpzErvKObHr9HboJhLp0n9oDqsFsts5K3tOaDr5CU2WjbPkVAIZJ2NU-cRfadfMAJXzQbfM/s800/50E2B87E-75EE-4446-8605-3A8E212FF0E0.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="521" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSsrmiMw8lCItB1vuuwa96tQTHt8fBi6qrlK2J83OfBE3CYoF_fnEEbIHDDh0AAtL49GVHh6iAiVvV3Jwl8k1P56Zg0h8aAiQ0nye0ITY3aLTq7cfI8eeEpzErvKObHr9HboJhLp0n9oDqsFsts5K3tOaDr5CU2WjbPkVAIZJ2NU-cRfadfMAJXzQbfM/s16000/50E2B87E-75EE-4446-8605-3A8E212FF0E0.jpeg" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Kehadiran bayi kecil ini membuat kehidupan kami berubah. Saya yang berencana mencari kerja lagi jika ia sudah cukup besar untuk “ditinggal”, harus merevisi rencana itu karena ternyata anak kami sempat sakit TB Paru dan perlu pengobatan intensif di rumah. Ditambah adanya pandemi pada awal 2020, yang mana lalu lalang orang sangat dibatasi, maka benar-benar deh, saya tidak punya pilihan selain menjadi IRT murni. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Huft.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Puncaknya adalah saat Ibu berpulang ke haribaan-Nya. Saat itu, usia anak pertama kami baru dua tahun. Baru dikhitan dan disapih. Ibu yang selalu menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu mengurus cucunya yang ini. Sampai saya berpikir sepertinya saya tidak bisa “mempercayakan” anak-anak saya kepada orang lain selain Ibu. Mau bagaimana jika Ibu sudah tidak di sini? Tentu kami harus bertanggung jawab “sendiri”. Pernah, kami mencoba mendelegasikan beberapa pekerjaan rumah tangga kepada seseorang. Tapi entah deh. Belum rejeki kami untuk mendapatkan yang tolerable. Yang sepadan dengan bayarannya.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Makin ke sini, usia saya juga makin tua. Di tahun 2022, Ryu pun lahir. Semangat ya, supaya masih kuat mengurus anak sebelum keburu tambah ringkih. Makin posesif sama anak-anak juga, kalau boleh dibilang. Memang, saya juga tidak diem-diem bae. Ada waktu untuk <a href="http://www.tweedledew.com/2021/11/berbenah-cara-gemar-rapi.html" target="_blank">belajar</a>, saya belajar. Ada komunitas yang cocok, saya ikuan. Bahkan dagang buku secara daring. Tetap saja rasanya kurang. Walau introver, kadang saya butuh berbicara soal hal lain di luar kerumahtanggaan dengan orang lain.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjW5A2zguNq_3BhnfZMMAoYgu9y9i_WqvMUodWwV9Eg0izr3LK_art2ilO8dYSf1hcd_vSZhkbhIDQABCOVQR0GDjNo2GWylWxtcL6odOuAR4k_wp3UWrngx4S-R8cunqHbHPVP-Of-lHyHNDWYisr4mmTNCxD8jLTSXZGndqRILfdsNOGrdK-J6e6-3g/s800/CE7DF436-0CE4-4A8F-A052-A646E86F4F67.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="724" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjW5A2zguNq_3BhnfZMMAoYgu9y9i_WqvMUodWwV9Eg0izr3LK_art2ilO8dYSf1hcd_vSZhkbhIDQABCOVQR0GDjNo2GWylWxtcL6odOuAR4k_wp3UWrngx4S-R8cunqHbHPVP-Of-lHyHNDWYisr4mmTNCxD8jLTSXZGndqRILfdsNOGrdK-J6e6-3g/s16000/CE7DF436-0CE4-4A8F-A052-A646E86F4F67.png" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Rasanya kurang… terus. Apalagi kalau… kebanyakan mengintip kehidupan orang di media sosial!</span></p><p style="text-align: justify;">Jadi IRT di era informatika memang berat. Di satu sisi, tanpa medsos, jadinya FOMO. Dan rasanya kayak tinggal di gua, gitu. Karena di rumah terus, minimal lihat internet gitu supaya tahu ada apa di luar sana. Sisi lain, media sosial dan internet kadang punya ombak yang gede banget. Salah-salah, kita tenggelam. Merasa tidak bahagia, dan sebagainya. Atau kadang, selepas menengok medsos, ada juga yang merasa over proud. Padahal IRT dari dulu juga ada. Kenapa IRT masa kini suka pada adigung, dah? </p><p style="text-align: justify;">(Semoga kita enggak, ya. Kayak, banyak banget yang bisa dibahas biar keliatan “berdaya” dibanding minta dimaklumi begini dan begitu.)</p><p style="text-align: justify;">Satu hal yang perlu diingat sebenarnya, bahwa apa yang tampak di media sosial itu hanyalah <b>serpihan kecil yang sengaja ditampakan oleh pengunggahnya</b>. Yang seringnya, berisi hal-hal berkilauan saja. Hingga terasa silau untuk yang melihat tanpa kacamata bijak. Saya selalu percaya bahwa setiap orang punya kadar perjuangan yang sama besarnya. Kita saja yang tidak tahu.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJT7g0j4q7akbpLq7iBWLZbdnCIqJ32LGerQBtK-pNUoOLOiZ2R-F2RdYh7enokpM7ogQ_FT6Cy1wFA0ScUZ8LgOeDXP75lVZT4Mp6dmBxg0NAEcUOLANj1T4RDicvVUIi9SR3wrlOAyizurqWvvxYMEpOEYI29S4YKeiH7BKM-iebe_e3Sg-kbfdzchY/s800/28FFE29F-B2FC-4DEE-A495-7DE74EB222A9.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJT7g0j4q7akbpLq7iBWLZbdnCIqJ32LGerQBtK-pNUoOLOiZ2R-F2RdYh7enokpM7ogQ_FT6Cy1wFA0ScUZ8LgOeDXP75lVZT4Mp6dmBxg0NAEcUOLANj1T4RDicvVUIi9SR3wrlOAyizurqWvvxYMEpOEYI29S4YKeiH7BKM-iebe_e3Sg-kbfdzchY/s16000/28FFE29F-B2FC-4DEE-A495-7DE74EB222A9.png" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bahkan Mama Gigi dan Mama Nikita Willy pun punya perjuangan (yang beda dari kita ofkors). Fokus ama perjuangan masing-masing saja. Betul?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-63613154720767483792023-07-20T16:44:00.001+07:002023-07-20T16:44:11.125+07:00Dua Tahun Setelah Itu<p style="text-align: justify;">Kaget, deh. Ternyata postingan tahun lalu adalah tentang "<a href="http://www.tweedledew.com/2022/07/hal-hal-yang-berubah-setelah-ibu-pindah.html" target="_blank">Satu Tahun Berpulangnya Ibu</a>". Lalu saya tidak menulis apapun sampai setahun setelahnya. Benar. Sekarang dua tahun setelah ibu pergi. Kini, perasaan sesak itu masih terasa. <i>Agaknya kita memang tidak dapat benar-benar berhenti berkabung untuk kepergian orang yang betul-betul kita sayangi.</i> Terutama ketika memori tentangnya terus berseliweran di benak. Seperti ada hal-hal yang belum selesai. Namun bagaimana menyelesaikannya kini? Saat beliau sudah tak dapat kita ajak komunikasi lagi.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAYSzbVkyCXQsk8wZ01penkGdKu3DAUHQopdSX9dydyvi-Y4W8KlWx_G3VnkRcJRowspeAwnLEM-bEPxMkXGOdq2C_NyLhf6SGHi8RbeqSkuxv7XegHOqQjktKQrIzCxzMrWk0Db4hWQZ5GEHdXBrsjbvurQIOzXpEZaDFltTZga95JFeO6uYn9JEUljY/s800/67D6A3A7-B607-4BEF-AA9D-4B3149D57A04.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="522" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAYSzbVkyCXQsk8wZ01penkGdKu3DAUHQopdSX9dydyvi-Y4W8KlWx_G3VnkRcJRowspeAwnLEM-bEPxMkXGOdq2C_NyLhf6SGHi8RbeqSkuxv7XegHOqQjktKQrIzCxzMrWk0Db4hWQZ5GEHdXBrsjbvurQIOzXpEZaDFltTZga95JFeO6uYn9JEUljY/s16000/67D6A3A7-B607-4BEF-AA9D-4B3149D57A04.png" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Dalam dua tahun ini, ada beberapa hal yang saya sering pikirkan. Misalnya:</p><p style="text-align: justify;"><b><span style="color: #e06666;">Mengais-ngais Kenangan</span></b></p><p style="text-align: justify;">Gambaran saat empat hari sebelum Ibu berpulang sulit saya hilangkan dari hati dan kepala. Saat itu saya tidak pernah menyangka bahwa empat hari itu adalah waktu yang betul-betul tersisa untuk saya dapat berbakti secara langsung kepada beliau. Penyesalan berikutnya tentu, kenapa waktu itu saya tidak bermanis-manis? Tidak berusaha lebih?</p><span><a name='more'></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLO3SPx4HbPhyrcwzodiXqw_vVWMn07XijvJTfOy7GdbulG9aBd94eNThi_SBBVnriQExU5NInVyGzlXR09oPcneXRoBsD5woUmr7ME-MYj7sxFaTlnKSZovgZzLiWgNFz42uNNPBl9UQLdp_XCvZlvUlG24l2oQsG3GYtXFNuxRwvBleIK7hxbf2i1FQ/s800/3A2CFC68-E504-42FE-ADC5-8290B952DE73.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="305" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLO3SPx4HbPhyrcwzodiXqw_vVWMn07XijvJTfOy7GdbulG9aBd94eNThi_SBBVnriQExU5NInVyGzlXR09oPcneXRoBsD5woUmr7ME-MYj7sxFaTlnKSZovgZzLiWgNFz42uNNPBl9UQLdp_XCvZlvUlG24l2oQsG3GYtXFNuxRwvBleIK7hxbf2i1FQ/s16000/3A2CFC68-E504-42FE-ADC5-8290B952DE73.jpeg" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Namun yang saya masih selalu gali sebetulnya bukan empat hari itu. Saya menggali lebih dalam lagi. Kenangan saat kami tersenyum bersama. Di rumah kami yang bentuknya belum seperti sekarang. Saat bebungaan favorit Ibu masih terhampar luas di pekarangan. Belum dikerangkeng dalam pot-pot plastik kecil dengan akar berdesakan karena pekarangan itu kini telah beralih rupa menjadi lantai keramik dan dinding bercat putih lainnya.</p><p style="text-align: justify;">Yah. Itu jauh saat kami masih anak-anak. Saat semua begitu menyenangkan. Saat semua orang masih ada. Tidak ada duka atau rasa kehilangan dalam waktu yang sangat lama. Di sanalah tempat yang menyenangkan untuk dilamunkan itu. Ada rasa ketergantungan yang aneh dengan semua itu. Yang selalu saya kunjungi sebelum saya tidura. Berharap jika dipikirkan dengan dalam-dalam, saya dapat bertemu Ibu dalam mimpi.</p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #e06666;"><b><i>Inner Child, Sandwich Generation</i> dan Konsep-konsep Konyol yang Keterlaluan Digembor-gemborkannya di Masa Kini</b></span></p><p style="text-align: justify;">Saya menemukan arti "inner child" saat ngaji <a href="http://www.tweedledew.com/2020/04/bengkel-diri-betahin-diri.html" target="_blank">Bengkel Diri</a> di tahun 2019 lalu. Ibu masih ada. Setelah itu saya merasa banyak menyalahkan pengasuhan orangtua saya. Saya begini karena mereka. Seharusnya mereka begini dan begitu. Dan seterusnya.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi56ef1LRhb2EoQ6YUvnViVz-3p3KiGDFJfguLuCttzrRgo3cf8H8fIin2_VdOJBAljJ-1UWrAPYjgY1OuILsVnLNPbVt-FeBhK9p3kJkDLh_gc_9fR4o211TOKiA7DEp2h4yP34MznHfMHD1mWID7r1M_uJYlpsb7beA_nwfzkK5bRlVHj0xh1a_34cVM/s800/04687CB8-55CC-472D-89DE-98A06007E47B.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="295" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi56ef1LRhb2EoQ6YUvnViVz-3p3KiGDFJfguLuCttzrRgo3cf8H8fIin2_VdOJBAljJ-1UWrAPYjgY1OuILsVnLNPbVt-FeBhK9p3kJkDLh_gc_9fR4o211TOKiA7DEp2h4yP34MznHfMHD1mWID7r1M_uJYlpsb7beA_nwfzkK5bRlVHj0xh1a_34cVM/s16000/04687CB8-55CC-472D-89DE-98A06007E47B.jpeg" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Mudah-mudahan orang lain tidak sesalah kaprah saya dalam menanggapi berbagai istilah pengasuhan masa kini, sih. Karena jujur saja. Saya pernah terpengaruh. Penyesalan saya cukup besar karenanya. Tidak bijak menyalahkan orangtua yang begini dan begitu. Terlebih karena kebaikan mereka jauh lebih besar dibanding "cacat" asuh yang kita tuduhkan setelah mendengar istilah-istilah itu. Apalagi saat setelahnya kita jadi merasa lebih baik dari orangtua kita. Hmm. <span style="font-size: medium;">Jika dipikir lebih jauh, di masa depan, saat anak-anak kita sudah menjadi orangtua juga, cacat asuh apa yang mereka temukan dari diri kita? Tentu kita juga tidak mungkin luput dari salah, bukan?</span></p><p style="text-align: justify;">Maaf, ya, Bu. Untuk segalanya.</p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #e06666;"><b>Memaknai Kematian</b></span></p><p style="text-align: justify;">Setelah ibu tak ada, barulah saya memahami mengapa kematian disebut sebagai <i>kiamat sughro</i> (kecil). Karena bagi yang ditinggalkan, ternyata rasanya sungguh tak terlukiskan menyedihkannya. Memang, Alloh tidak "mengambil" sesuatu melainkan ada pelajaran yang didapat dari hal tersebut. Seperti yang terjadi pada saya segera setelah kami berjalan meninggalkan pemakaman ibu.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid9UNylxV-OQy9WEsYOOxPBI3jHzwsf58Xr6FD2CTLePvFiH6TcUWL6R_nOXKdxF7oJol4gu_j6GnenAkloZsPu95B8AkUj9mSPX5UPlfeHpYGgaDveKRLWC-gAe9skqaevn_X6gz9BchA_IkY1rPilsoL96GmRTGBLdQzZGmeAhQqLEpgdaWXCaLCp_Y/s800/5AE8436B-D207-4B09-AC95-0FEDDB7FB132.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid9UNylxV-OQy9WEsYOOxPBI3jHzwsf58Xr6FD2CTLePvFiH6TcUWL6R_nOXKdxF7oJol4gu_j6GnenAkloZsPu95B8AkUj9mSPX5UPlfeHpYGgaDveKRLWC-gAe9skqaevn_X6gz9BchA_IkY1rPilsoL96GmRTGBLdQzZGmeAhQqLEpgdaWXCaLCp_Y/s16000/5AE8436B-D207-4B09-AC95-0FEDDB7FB132.jpeg" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Saat itu, kami sekeluarga adalah yang terakhir pulang. Saya melihat berkeliling. Teringat di sebelah kanan saya ada makam Aki T, Bapaknya Ibu. Di bawahnya ada Uu E, Ibunya Enin (Neneknya Ibu). Ada juga Aki dan Enin yang adalah orangtua Bapa. Sudah lama kami tidak mengunjungi makam-makam itu. Membuat saya berpikir,</p><p style="text-align: justify;"><i></i></p><blockquote><i>"Berapa generasi sebenarnya, yang akan mengingat kita dengan baik lalu berkunjung ke makam kita - atau setidaknya mendo'akan kita?"</i></blockquote><p></p><p style="text-align: justify;">Jadi teringat lagi bahwa anak yang sholih/sholihah adalah investasi akhirat para orangtua. Namun berapa generasi? Jika semua sudah pergi, apa yang dapat kita andalkan berikutnya? Masih ada dua poin untuk investasi alam kubur. Entah berapa besarnya, janji Alloh tidak pernah salah. Yang membuatku berpikir juga tentang:</p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #e06666;"><b>Ilmu Ibu yang "Hilang" Bersama Ibu</b></span></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu sebelum Ibu pergi, saya mengajak Ibu menulis buku dan membuat video-video tutorial. Tentang pengalaman Ibu, tentang ilmu menjahit, bahkan Basa Sunda. Namun semua itu hanya ajakan belaka. Penyesalan saya yang besar sekali karena tidak pernah tanggap dalam mengerjakan wacana yang kami sepakati bersama. Karena memang benar, banyak sekali ilmu yang hanya diketahui Ibu di keluarga kami. Salah kami, sih, yang tidak langsung "memunguti"-nya selagi Ibu masih ada. Kami semua dulu terlalu sibuk dengan ilmu lain yang kami minati. Hingga segala ilmu penting itu kini jadi ditelan bumi. Sayang sekali, bukan? Padahal bisa jadi investasi lagi. Untuk Ibu. Juga kami.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyEv3phegL9gdnrTK_i92gRRHYvU_DRxmvlmlcWz2IYYlgkrDvwv44i7HkaZN4XmwFxah2NQ5US2TWAv5AbalmKXQpB_RkNK2M3JoSdnwIlMrHqu-iJQ6upIBXobfaIF-iU0J1PmrVSFrHcP7d0puVw6FBs2a3THVL_41HX9iS2meQUHblKLeq6pIRQ9c/s800/18A153F8-5DC9-4626-8301-EA6DA3EBBC40.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="302" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyEv3phegL9gdnrTK_i92gRRHYvU_DRxmvlmlcWz2IYYlgkrDvwv44i7HkaZN4XmwFxah2NQ5US2TWAv5AbalmKXQpB_RkNK2M3JoSdnwIlMrHqu-iJQ6upIBXobfaIF-iU0J1PmrVSFrHcP7d0puVw6FBs2a3THVL_41HX9iS2meQUHblKLeq6pIRQ9c/s16000/18A153F8-5DC9-4626-8301-EA6DA3EBBC40.jpeg" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #e06666;"><b>Tentang Dendam dan Utang</b></span></p><p style="text-align: justify;">Dijuduli begini, tapi saya tidak tahu apakah orang lain merasakannya. Beberapa saat setelah Ibu meninggal, kami sekeluarga lumayan merasakan emosi yang bercampur aduk. Salah satunya: <b>marah</b>. Tiba-tiba kami teringat tentang utang orang-orang yang tak dibayar kepada ibu kami. Atau rasa sakit hati Ibu akan kedzaliman beberapa orang yang pernah beliau ceritakan sambil berderai air mata. Kami berempati begitu dalam. Sampai rasanya lumayan benci pada orang-orang yang pernah menyakiti beliau itu.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP22KyY_BTakp7f-xcb1HTQtl9ior-u8VpLu_i8_G_SJjv4ITniAMFII3s8TtTB-HPSDB3I2bVlF5VKAGn-2-t3cYITvfxhm7gDLixuFdATYrAse46dEjhAoh_3fp-zQf_FlgCsLYrFrUtxBTSB8tdmqTVKyliPKCYVKz_P3YZbxwUmUzCFd9h3I0z2Ts/s800/8D257CCD-F5F8-4A4A-A97C-D2F1530AF4DB.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="353" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP22KyY_BTakp7f-xcb1HTQtl9ior-u8VpLu_i8_G_SJjv4ITniAMFII3s8TtTB-HPSDB3I2bVlF5VKAGn-2-t3cYITvfxhm7gDLixuFdATYrAse46dEjhAoh_3fp-zQf_FlgCsLYrFrUtxBTSB8tdmqTVKyliPKCYVKz_P3YZbxwUmUzCFd9h3I0z2Ts/s16000/8D257CCD-F5F8-4A4A-A97C-D2F1530AF4DB.jpeg" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Alhamdulillah, berangsur-angsur kami semua ikhlas. Tentu kami tidak mau hal-hal yang menguras hati Ibu tereskalasi ke mana-mana. Kasihan Ibu di sana. Pada akhirnya saya jadi mengerti mengapa do'a untuk berbelasungkawa ini umumnya berisi, "<i><span style="font-size: medium;">Semoga yang ditinggalkan dapat ikhlas.</span></i>"</p><p style="text-align: justify;">Karena mengikhlaskan "segalanya" tidak mudah.</p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #e06666;"><b>Jembatan Sosial</b></span></p><p style="text-align: justify;">Kami baru sadar bahwa ternyata yang mengikat kami semua adalah ibu. "Kami" yang dimaksud di sini jauh lebih besar. Para tetangga, keluarga besar, bahkan orang-orang yang dikenal keluarga. Saya dengar, berbuat baik pada teman-teman Ibu adalah kebaikan yang perlu diwarisi oleh keluarga juga. Jadi walaupun tidak sesupel Ibu, mudah-mudahan kami sekeluarga dapat memelihara jaringan silaturahim yang ditinggalkan ini. Tidak mudah, lo. Dengan segala tabiat kami ini. Tapi perlu. Bukankah Rosul juga yang menganjurkan?</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqpcvFTjjrzCa6wiqB7wZlaZdevds7qS4WrDaRoagCZpB9Y_8QdtFwZ9vKZOJ-Oaqt30Q0NxsfQ869J5HFHuXzJfbeFs8LzLhHn-oRbin8AWHoPIsnjxN1wSgp8d8IALZ7QiFyXmX45wtdrnIRHfRmipJsQg20yWGN49jQx7ZSDQuUDxnhocBPeKXUpb0/s800/F79AB307-11CA-46B9-96DE-C9A49197288E.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="326" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqpcvFTjjrzCa6wiqB7wZlaZdevds7qS4WrDaRoagCZpB9Y_8QdtFwZ9vKZOJ-Oaqt30Q0NxsfQ869J5HFHuXzJfbeFs8LzLhHn-oRbin8AWHoPIsnjxN1wSgp8d8IALZ7QiFyXmX45wtdrnIRHfRmipJsQg20yWGN49jQx7ZSDQuUDxnhocBPeKXUpb0/s16000/F79AB307-11CA-46B9-96DE-C9A49197288E.jpeg" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Setelah ini saya juga makin disadarkan. Di tempat tinggal kami sekarang, sudah sedekat apa kami dengan orang-orang sekitar? Pernahkah kami berbuat baik kepada tetangga kami? Walau akan sulit jika harus sedekat orang-orang di desa, tapi tidak ada salahnya dicoba, bukan? Siapa yang nanti mengurus jenazah kita saat kita meninggal? Padahal kita seharusnya saling menjaga.</p><p style="text-align: justify;"><b style="color: #e06666;">Bapa</b></p><p style="text-align: justify;">Selalu terharu jika melihat rasa sayang dan hormat Bapa kepada Ibu. Bapa tidak pernah mengganti foto profil Whatsapp-nya hingga sekarang. Selalu foto yang itu. Foto favoritnya berdua Ibu. Kata Bapa, Ibu paling cantik di situ. Bukan foto terbaik. Tapi Bapa suka. Semoga Alloh hadirkan ketenangan dalam hati Bapa. Menyayangi Ibu senantiasa dalam lantunan do'a dan menyuburkan kenangan baik tentangnya.</p><p style="text-align: justify;">Bapa dan kami juga.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBPsO5KSoc0Gj_nMvH7kERPsbN9YZeL4rhxRKAj4iaRAVsZz0KZcjcC85hCLwfzSskvF9-R7WyX5soJC0-rVO4O5aTpdULItHhuIwc83a0ifjh9hBoc2thYjTyNiKUgrBeM7o4MzR3wBkyePoqTSgleW4ua1maEKg1BF5AMW10dxOcoT6l86pfJ4CyKEQ/s800/E66D92EC-1143-4153-B81F-DE26194BACE3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="466" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBPsO5KSoc0Gj_nMvH7kERPsbN9YZeL4rhxRKAj4iaRAVsZz0KZcjcC85hCLwfzSskvF9-R7WyX5soJC0-rVO4O5aTpdULItHhuIwc83a0ifjh9hBoc2thYjTyNiKUgrBeM7o4MzR3wBkyePoqTSgleW4ua1maEKg1BF5AMW10dxOcoT6l86pfJ4CyKEQ/s16000/E66D92EC-1143-4153-B81F-DE26194BACE3.jpeg" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">.</p><p style="text-align: justify;">Andai Ibu bisa membaca ini, begitulah yang Eneng rasakan, Bu. Semoga kita dapat reuni kelak di tempat yang baik. Dekat dengan Alloh dan termasuk orang-orang yang selamat.</p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-86882511620861135452022-07-14T08:39:00.001+07:002022-07-14T08:39:20.532+07:00Hal-hal yang Berubah Setelah Ibu Pindah<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: inherit;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_tYlDff10x43VghBe7jvHN4AOGhrGwYG_bC4gKWKSus-RKL6L5lG2PdO4ko4smiTFikWzkP4WCWl8aDvPUt4wCBTrEkhYQIAgurvBupm3Fo_QflK7nKqfDq1S_5thlTFPhcuPeiU-64qrNwF_gYIYGv8KSAbgl4XSo36GqNfRDLahBcKYF2dDhzCN/s800/88D15B13-BB2D-40CB-AA61-5E2DA7E14B01.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="556" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_tYlDff10x43VghBe7jvHN4AOGhrGwYG_bC4gKWKSus-RKL6L5lG2PdO4ko4smiTFikWzkP4WCWl8aDvPUt4wCBTrEkhYQIAgurvBupm3Fo_QflK7nKqfDq1S_5thlTFPhcuPeiU-64qrNwF_gYIYGv8KSAbgl4XSo36GqNfRDLahBcKYF2dDhzCN/s16000/88D15B13-BB2D-40CB-AA61-5E2DA7E14B01.png" /></a></span></div><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><ol class="ol1" style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Tidak ada tempat berbagi kerandoman dan keabsurdan. Misal betapa lucunya kucing gendut berbulu panjang yang kebetulan papasan di jalan. Atau membicarakan betapa anehnya pilihan busana seorang selebriti.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Menghilangnya tempat membanggakan diri. Atau bragging. Dengan orang lain, kesombongan serupa tidak akan didukung ataupun dipuji. Mungkin mereka akan muak. Tidak ikut bangga seperti ibu.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Melihat baju bagus di sebuah toko lalu menyadari betapa mahal - dan kemungkinan tidak pas ukurannya di badan - harganya. Biasanya aku akan langsung berpikir bahwa ibuku bisa menjahitkan sesuai seleraku - dengan ukuran yang selalu pas. Atau dilonggarkan sedikit dengan sengaja.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Tidak mungkin bisa makan masakan rumahan yang enak yang rasanya nyaman seperti masa kecil. Ya gimana. Resepnya ‘kan cuma ibu yang tahu. Takarannya pun akan berbeda jika aku buat sendiri. Masakanku tak pernah lebih baik darinya.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Makan bolu istimewa buatannya. Ibu pernah janji mau berbagi resepnya.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Mengerti tentang makna dari berbagai kata atau kalimat bahasa Sunda yang jarang digunakan. Termasuk istilah babasan dan paribasa.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Membaca puisi-puisi Sunda buatannya. Menjelang pindah, beliau menulis lebih sering. Jiwa melankolisnya menggebu. Selalu sedih tiap kali mengingatnya.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kehilangan satu orang yang akan selalu berkata “ya” saat kuajak bepergian ke manapun. Tak peduli betapa lelah atau kurang sehatnya ia.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kritik membangun yang sering disampaikan dengan cara nyelekit. Tapi semua benar pada akhirnya.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Orang yang punya banyak pertanyaan dan tidak ragu belajar hal baru - terutama sosial media. Jika saat ini ibu berusia dua puluhan, mungkin beliau aktif di situ. Kepribadiannya memang sanguinis dan extrovert.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;">Tidak seperti Raka, Ryu tidak kebagian merasakan eyong-eyong yang diiringi solawat dalam langgam Sunda-nya yang khas.</li></ol><div style="text-align: justify;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Dst.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Setahun engkau pergi. Keberadaanmu terasa semakin jauh. Namun kenangannya, aku berjanji, akan tetap lekat di hati cucu-cucumu ini.</span></div>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-42322351879513104412022-06-28T14:27:00.004+07:002022-06-28T15:57:28.761+07:00(Akhirnya) Ngobrolin Resign<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Sebenarnya, saya <i>tuh</i> paling malas kalau harus membicarakan <a href="http://www.tweedledew.com/2018/03/30-days-to-bps-diary-final.html" target="_blank">resign</a>. Karena menjadi perempuan karier adalah bagian dari masa lalu saya yang sering ketika disinggung lagi, saya jadi pengen balik ke sana (he-he). Ya <i>gimana</i>. Media sosial menampilkan berbagai sisi berkilauan nan menggiurkan dari teman-teman saya yang masih bertahan di sana. Yang lagi-lagi, bikin saya membayangkan andai saya masih di sana, saya akan jadi seperti apa?</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;">Apakah masih jadi ibu-ibu yang (katanya) <b><i>passionate</i> dengan karier</b>? Atau ibu-ibu yang <b>menutup diri </b>dari pergaulan kantor karena memang seperti itulah saya? Apakah saya juga masih misuh-misuh memikirkan <b>kompetisi politik kantor</b> yang selalu tidak mampu saya tembus? Apakah anak-anak saya senang dan bahagia <b>bergelimpangan fasilitas</b> mevvah (yang saat ini sederhana namun cukup)? Apakah saya tidak perlu khawatir akan <b>biaya sekolah anak-anak</b> (biar satu <i>circle</i> dengan anak sultan) di masa depan? Apakah anak-anak saya <b>tumbuh baik</b> dalam asuhan nenek & kakeknya? Dan, apakah <b>suami</b> saya ridho?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit; font-size: large;">Apakah Alloh ridho?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAK2hVjUZLJCNzCQxT1bzj2zeiKpXk99X90K2RawRvVfdOp9G0Fbcn-RHQq4bl_Z0agpNsa57raqaK2Wz2pV7cuQu-jZ6JzUgIaAI4dtDZcXlZZHlc7G1seUtGiCH0tMtO0mmX8-OrZ-Z1IzhFGSTuZ5TGqMrfkjDLPftdVXIZWEuvAN3a9vi0can3/s800/5DC64CC6-2460-4165-B09B-38471A558A73.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="556" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAK2hVjUZLJCNzCQxT1bzj2zeiKpXk99X90K2RawRvVfdOp9G0Fbcn-RHQq4bl_Z0agpNsa57raqaK2Wz2pV7cuQu-jZ6JzUgIaAI4dtDZcXlZZHlc7G1seUtGiCH0tMtO0mmX8-OrZ-Z1IzhFGSTuZ5TGqMrfkjDLPftdVXIZWEuvAN3a9vi0can3/s16000/5DC64CC6-2460-4165-B09B-38471A558A73.png" /></a></div><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Saya tergelitik membahas ini karena memang ada beberapa teman yang bertanya kepada saya, <b>seperti apa rasanya resign</b>. <u>Hanya satu dari tujuh orang itu, yang benar-benar resign pada akhirnya</u>. Jadi saya sangsi, apakah saya benar-benar bisa menjawab dengan baik? Ha-ha. Atau, apakah saya terlihat begitu tidak meyakinkan, sehingga tidak bisa dijadikan contoh penyintas resign? Ya gimana. Saya mah pragmatis, euy. Makanya, <b><span style="font-size: large;">disclaimer</span></b> nih: anda mungkin tidak akan mendapatkan sesuatu yang wow dari tulisan ini. Termasuk gambaran berlebihan tentang bahagianya menjadi IRT, betapa damainya hidup di rumah saja, atau betapa berbunga-bunganya waktu saya bersama keluarga.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Aku ‘gak gitu, Adik-adik.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Jadi, kalau anda sedang mikirin resign, coba pertimbangkan lagi. Barangkali malah urung setelah membaca tulisan ini (he-he).</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b><i>Strong Why</i>: Bisa <a href="http://www.tweedledew.com/2016/01/the-quit.html">Bertahun-tahun</a> Memikirkannya</b></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kita mulai dari hal yang paling dasar: <i>strong why</i>. Alias alasan kuat. Atau, <i>root cause</i>. Mengapa resign? Saya diberitahu bahwa untuk menemukan <i>root cause</i>, kamu harus bertanya terus akan alasan dari suatu hal sampai benar-benar tidak ada lagi jawabannya. Contoh:</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q; Mengapa terjadi kecelakaan mobil di jalan raya?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A; Karena jalan sempit, dan supir mobil A terlambat membanting setir.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q: Mengapa supir mobil A terlambat membanting setir?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A: Karena ia tidak fokus.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q: Mengapa ia tidak fokus?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A: Karena ia mengantuk.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q: Menapa ia mengantuk?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A: Karena ia kelelahan menyetir.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q: Mengapa ia kelelahan menyetir?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A: Karena ia telah menyetir 10 jam tanpa henti di malam hari.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q: Mengapa ia menyetir 10 jam tanpa henti?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A: Karena atasannya menyuruh demikian.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q; Mengapa atasannya menyuruh begitu?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A; Karena ada tenggat waktu yang harus dikejar.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q: Mengapa tenggatnya sempit?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A: Karena lengah memeriksa jadwal.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Q; Mengapa lengah memeriksa jadwal?</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">A; Karena atasan sibuk dengan hal lain.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Dst.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">(Tolong koreksi kalau salah contoh, he-he).</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsCnU6Navcl2uhCm01y6FTCSyiM9Xki3wupgh8cJH79GQE_twYV005DoNxk0UYOaOOYtH_dt92pUIX65lYKanvwIPo0QDuBPQSJ7sTJivpGU9UH4iCP1x0yY2fkPjxmAQMG6cfV5x94geEDVtR7nBXQzWZCtW3SAd9C6xjXCmjjEEic49LFdvzwfDg/s800/5AB894F8-2B16-4C9C-AE71-D3AEC7C04BCF.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="312" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsCnU6Navcl2uhCm01y6FTCSyiM9Xki3wupgh8cJH79GQE_twYV005DoNxk0UYOaOOYtH_dt92pUIX65lYKanvwIPo0QDuBPQSJ7sTJivpGU9UH4iCP1x0yY2fkPjxmAQMG6cfV5x94geEDVtR7nBXQzWZCtW3SAd9C6xjXCmjjEEic49LFdvzwfDg/s16000/5AB894F8-2B16-4C9C-AE71-D3AEC7C04BCF.gif" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Untuk resign pun, ada banyak sekali alasan. Dan sebenarnya ada banyak pilihan solusi. Misalnya:</span></span></p><ol class="ol1" style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign karena <b>disunting Sultan</b>. <i>Great power comes with great responsibility</i>, cenah. Tahta dan hartamu, konon akan menuntutmu jadi istri, ibu dan wanita sempurna yang dinilai masyarakat sang Sultan - minimal keluarganya sih. Istri Sultan mungkin enggan bekerja kantoran apalagi kalau jabatannya remeh. Apa kata rakjel, yha kan?</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign karena <b>hamil</b>. Kondisi hamil setiap orang berbeda. Katanya ada yang bahkan perlu full bed rest agar bisa hamil dengan lancar sampai bersalin. Atau, ada yang sering keguguran hingga beranggapan bahwa istirahat melalui resign adalah solusi.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign karena <b>lingkungan kerja yang <i>toxic</i></b>. Sering “dipalak”, dianggap remeh, dan jabatan yang ‘gak naik-naik. Padahal di sekitarmu, orang lagi dadah-dadah dari singgasana mereka, hanya karena mereka akrab (atau satu almamater) dengan atasan.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign karena mutasi ke <b>tempat yang tidak diinginkan</b> dan kamu tidak bisa pindah ke tempat lain karena itulah nasibmu. Pinter politik di kantor ternyata penting, bund. Biar kalo pindah bisa nawar.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign karena merasa <b>tidak bekerja sesuai <i>passion</i></b>. <i>Reality check</i>, dulu. Cari kerja tuh susah, sist. Tapi, apa benar kamu mau hidup sampai usia lima-lima menjalani sesuatu yang ‘gak bisa kamu cintai? Yaaa tapi duitnya manis sih. Sulit ya.</span></span></li><li class="li1" style="font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign karena… (isi sendiri).</span></span></li></ol><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiST064QbJJUKpcDfWIjX9L2kZrOZzjIolgTY2JHaxAqUAdvGw0nh3rVaGJJ32Vy1G4zeAbicECRcd0tOKuTuoAKVuv3QdZWQTcpFFWa-QUpPJU045UEXDnP_araltPIxhNrlFYb77K_HUC5XdX3oPCQaYAGEpCnSw3_7MAxqLQ9FRdS2P8rIEV2dj/s800/F73438BB-94D7-4159-983F-0B7011335A98.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="333" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiST064QbJJUKpcDfWIjX9L2kZrOZzjIolgTY2JHaxAqUAdvGw0nh3rVaGJJ32Vy1G4zeAbicECRcd0tOKuTuoAKVuv3QdZWQTcpFFWa-QUpPJU045UEXDnP_araltPIxhNrlFYb77K_HUC5XdX3oPCQaYAGEpCnSw3_7MAxqLQ9FRdS2P8rIEV2dj/s16000/F73438BB-94D7-4159-983F-0B7011335A98.webp" /></a></div><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">(Kenapa aku resign?) Kenali “mengapa”-mu sampai tidak ada lagi yang bisa dijawab.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kalau kamu?</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Berandai-andai Dahulu, Bersenang-senang Kemudian</b></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Berandai-andai ke masa depan ini penting, supaya kamu lebih siap dengan segala konsekuensi di masa depan. Agar jangan sampai, setelah beberapa waktu resign, kamu malah berandai-andai ke belakang.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Mana yang terdengar lebih baik:</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"></span></p><blockquote><span style="font-family: inherit;">“Kalau nanti aku resign, aku bisa nangkring di Book Fair tanpa cuti. Bebas menggambar di mana saja. Bisa main sama anak kapan pun aku mau. Dan ‘gak harus cuti untuk mendapatkan itu semua.”</span></blockquote><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"></span></p><blockquote><span style="font-family: inherit;">vs</span> </blockquote><blockquote><span style="font-family: inherit;">“Yahhh… coba dulu aku ‘gak resign.. mungkin sekarang aku udah jadi Direktur Pemasaran & Niaga. Bisa dandan dan pakai baju branded tiap hari ala-ala Gurl Boss. Jajan di mall pagi-siang-malam”.</span></blockquote><p></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtItnjoEtr9sYKIy8-k7pmhas1xD1ohN8zM7ojb18Bh9rpgSZ-TZNwLcBlEQxKCUaPv0lCQq5OZ9GhXfzvveX3w-hflnElHrZz5dhq1Ywigf7Rv7DDtBNij30RsrtssD2eoF5cSWu92kjHlfqlXMFkaS2gKxrycAYpJbxCC5fUFvsDUrB8IdxA0seq/s800/3F44A792-21AD-45BD-A1ED-8278EDA898D4.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="474" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtItnjoEtr9sYKIy8-k7pmhas1xD1ohN8zM7ojb18Bh9rpgSZ-TZNwLcBlEQxKCUaPv0lCQq5OZ9GhXfzvveX3w-hflnElHrZz5dhq1Ywigf7Rv7DDtBNij30RsrtssD2eoF5cSWu92kjHlfqlXMFkaS2gKxrycAYpJbxCC5fUFvsDUrB8IdxA0seq/s16000/3F44A792-21AD-45BD-A1ED-8278EDA898D4.webp" /></a></div><br /><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">(<i>Another reality check</i>, pengandaianmu itu terlalu manis, bund).</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Setelah kamu mengumpulkan segala konsekuensi yang mungkin terjadi, boleh deh kamu periksa <span style="font-size: large;">apakah kamu bisa menerima itu semua dan baik-baik saja? </span>Hal paling getir dari resign versi aku: kehilangan <i>circle</i> non kerumahtanggaan dan uang saku yang kau hasilkan di luar nafkah wajib dari suami (yang bisa diboroskan tanpa rasa bersalah - eh tapi <i>tubadzir tabdziro</i> ya).</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Does It Make a Difference There, With and Without Me?</b></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Aku diberitahu juga bahwa <u>tidak ada pekerjaan yang tidak bisa digantikan</u> - bahkan presiden pun diganti setiap lima tahun. Lagipula, walau bekerja di sektor publik, banyak sekali orang yang lebih pintar, lebih bisa, lebih berpengalaman dan potensial untuk meneruskan pekerjaan saya dan tidak ada dampak yang berarti jika bukan saya yang mengerjakan. Malahan kayaknya dampaknya lebih besar di saya sih (ha-ha). Jadi, perusahaan tidak membutuhkan saya sebesar saya membutuhkan mereka. Miris tapi logis.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Bagaimana dengan anda?</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Anda sering jadi <i>employee of the month? </i>Bahkan<i> of the year? Of the decade? </i>Maka anda sepenting itu. Pikir lagi deh. Belum tentu di tempat lain anda jadi orang penting.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">(Walaupun bisa jadi, anda akan jauh lebih dihargai di tempat lain).</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihsNtw37u0oqzONQC3xV89JMQKLrpc657Zy2jzoB9WYAtrfM_KtFBPvsLgvLGIAnXaJny_CnLeU9KyXP7oj99aBMokhWP_SsqS6ZN_Ux0j1bd32pkyJk42wrSjI32eqF6cGEAvLJwyBXIkdkaaVhjJGUOfFFWWL3oFqfcdz52YvsT6V80jcqo8aEIn/s800/F55EF223-9D9F-40E7-9479-BF9AFCAAD154.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="334" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihsNtw37u0oqzONQC3xV89JMQKLrpc657Zy2jzoB9WYAtrfM_KtFBPvsLgvLGIAnXaJny_CnLeU9KyXP7oj99aBMokhWP_SsqS6ZN_Ux0j1bd32pkyJk42wrSjI32eqF6cGEAvLJwyBXIkdkaaVhjJGUOfFFWWL3oFqfcdz52YvsT6V80jcqo8aEIn/s16000/F55EF223-9D9F-40E7-9479-BF9AFCAAD154.gif" /></a></div><br /><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><br /></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Simpulkan Plus dan Minusnya</b></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Ini sebenarnya bisa jadi sebuah kesimpulan dari segala yang kita pikir di atas - kalau dikerjakan dengan benar. Merinci hal-hal ini bisa membuatmu semakin yakin dengan pilihanmu. Bukan soal mana yang lebih banyak antara sisi plus dibandingkan sisi minus. Namun, hal-hal apa yang dapat anda terima, bahkan hal paling buruk sekalipun, tidak jadi masalah saat anda berusaha siap.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kalau aku, kebetulan aku tidak besar di keluarga dengan banyak privilese. Satu-satunya kelebihanku adalah punya orangtua yang <i>intellectually enlighted</i> yang membuatku alhamdulillah bisa mencicipi sekolah serta gelar sarjana di tengah sulitnya ekonomi keluarga (dan gempuran nyinyiran tetangga). Jadi, “berjuang” secara finansial, betapapun tidak menyenangkan, bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Karena Alloh, dengan kasih sayang-Nya, selalu kasih kami cukup.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Sering juga, membayangkan betapa besar pengorbanan orangtua agar kamu ada di suatu tempat, membuatmu merasa bersalah. Karena kamu tidak akan pernah bisa melunasi hutang-hutang itu. Bersyukurlah jika kamu punya orangtua yang melampaui zamannya: mereka memberi, tak harap kembali. Modal pendidikan, dimaksudkan agar kamu berdaya - dengan atau tanpa pekerjaanmu yang sekarang.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Istilah zaman sekarang, <i>choose your battle</i> cenah. Dampak dari resign yang paling besar (sekalipun kamu menikah dengan Sultan) yang tak bisa dipungkiri adalah ada yang hilang secara finansial. Jadi, yah.. pikir yang panjang sebelum memutuskan.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie_T1O-nWX3flHDeICiLSlEJ_qOMc5kD11cQk0gyfXbNJLgSuPrmQI_sRUPgMQ-ZBXFsUy7ynAnsQ17DOK6NeSQK6y4Z_nr--QRK1hzxnh0b-SLO0Ecpm-eVNhWitehVJIca-Zk_pbh1xUO7cnOvVT5t61y92_Ymp4M85Qx09zD_5AfYYib6LoezfH/s800/1B8A2097-D54A-43F4-BB87-45147F2B38C7.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="451" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie_T1O-nWX3flHDeICiLSlEJ_qOMc5kD11cQk0gyfXbNJLgSuPrmQI_sRUPgMQ-ZBXFsUy7ynAnsQ17DOK6NeSQK6y4Z_nr--QRK1hzxnh0b-SLO0Ecpm-eVNhWitehVJIca-Zk_pbh1xUO7cnOvVT5t61y92_Ymp4M85Qx09zD_5AfYYib6LoezfH/s16000/1B8A2097-D54A-43F4-BB87-45147F2B38C7.gif" /></a></div><br /><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit; font-size: medium;"><b>Kembalikan Semua kepada-Nya</b></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Ini yang utama (jika kau percaya, tentu saja). Harusnya malah aku taruh di atas. Tapi sungguh, meyakini bahwa skenario-Nya adalah yang terbaik, dan Ia tak pernah dzolim pada hamba-Nya, bisa memberikan dampak yang besar sekali untuk hatimu. Apalagi ketika alasan resign-mu itu syar’i, yang sudah kau pertanyakan sampai habis dan ternyata jawabannya tetap sama: </span></span><span style="font-family: inherit;">lepaskan karena mengharap ridho-Nya.</span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"></span></p><blockquote><span style="font-family: inherit;">Karena pertanyaan terbesar dalam hidup adalah: “Apakah Alloh ridho?”</span></blockquote><p></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Resign atau lanjut, saat ridho Alloh yang sedang kamu cari, insyaAlloh jalannya ada aja. Walau, memang, tentu mulus, apapun pilihanmu.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpNR8PbQOibkGgfmVp9_5nkBGkuEMPlljlJjMULPo8GphWBA9cz4YQvHCwnjTiDTRcV9cRFfj036vTUsnLI0XsnJR0nl1G56gg2F1WM6bWZ1i2UXNOXHTdU1ouPwe5VIo81__H1viqaYmY6D0FzFCxyhnx3Y-57W4P2I2HzYNJFGQZqXVqbWkeKb_F/s800/0187D648-25FF-4BD1-ACA1-AC4A55DDC220.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="354" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpNR8PbQOibkGgfmVp9_5nkBGkuEMPlljlJjMULPo8GphWBA9cz4YQvHCwnjTiDTRcV9cRFfj036vTUsnLI0XsnJR0nl1G56gg2F1WM6bWZ1i2UXNOXHTdU1ouPwe5VIo81__H1viqaYmY6D0FzFCxyhnx3Y-57W4P2I2HzYNJFGQZqXVqbWkeKb_F/s16000/0187D648-25FF-4BD1-ACA1-AC4A55DDC220.gif" /></a></div><br /><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Ada lima fase berduka (<i>grief</i>): denial, anger, bargaining, depression & acceptance. Namun, durasi masing-masing fasenya, kamu yang tentukan, bukan? Syukuri aja. Andai sekali-kali, kenangan itu lewat, cobalah tersenyum tanda kamu pernah bahagia di sana. Dan akan bahagia juga di sini.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 23.6px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Aamiin.</span></span></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-672268173955841852022-06-17T15:23:00.002+07:002022-06-21T08:08:34.406+07:00Kamilia, Aril dan Cerita Wisudaku (yang Sebenarnya Tidak Ada Hubungannya)<p style="text-align: justify;"><span style="-webkit-text-size-adjust: auto;"><span style="font-family: inherit;">Kamilia adalah anak SMA biasa. Baru lulus dan wisuda kemarin. Foto-fotonya yang sedang tersenyum bahagia di hari kelulusannya itu ramai di lini masa berbagai sosial media dan harian daring. Selempang bertuliskan “siswa berprestasi” dikenakannya dengan bangga. Menambah keren penampilannya. Meski begitu, sebenarnya Kamilia masih berduka. Duka yang dalam sekali. Beberapa pekan lalu, Aril, saudara kandung kesayangannya, meninggal dipeluk derasnya sungai saat mereka tengah liburan sekeluarga.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Aku ikut bahagia melihat Kamilia lulus SMA. Agak menorehkan haru dan nostalgia. Tentu bukan karena ia adalah junior SMA-ku. Hanya saja, aku membayangkan sebuah duka. Sebuah empati untuknya yang dilanda luka.</span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="s1"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwVhpucP0rqmIYrai0KYHWLr4ES8-ic5QtTYbNSg--s_wyjiJKOWO9dMy_URgT4iSk2lYpsyJHnOMGNhaskQ-CtBUrAqiXr8JR4OG0O_ReyoNU9FVTGmwZq53xSjvj7Z3B_58sQpqYw6dV7NweC4O-VfSa19C_0ThiEKexAMrrMd_n8aIvRLkwzp6J/s800/803498D7-F70A-4FCC-893E-2571E822483D.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="556" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwVhpucP0rqmIYrai0KYHWLr4ES8-ic5QtTYbNSg--s_wyjiJKOWO9dMy_URgT4iSk2lYpsyJHnOMGNhaskQ-CtBUrAqiXr8JR4OG0O_ReyoNU9FVTGmwZq53xSjvj7Z3B_58sQpqYw6dV7NweC4O-VfSa19C_0ThiEKexAMrrMd_n8aIvRLkwzp6J/s16000/803498D7-F70A-4FCC-893E-2571E822483D.png" /></a></span></div><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><p></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><i><b>Enam belas tahun yang lalu.</b></i></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Saat itu pesta kelulusan SMA. Ibu hadir dan berbaik hati membawakan tas besar yang berisi baju ganti untukku. Aku tidak langsung mengenakan kebaya dari rumah karena tentu akan menarik perhatian. Ditambah riasan wajahku yang menor dengan lipstik yang disapukan terlalu banyak dari luas bibirku sebenarnya - aku merasa seperti boneka Bratz waktu itu (atau Joker? Ha-ha). Untung ada ibu.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Awalnya, aku menikmati pesta kelulusan itu sambil ikut bertepuk tangan untuk teman-teman sekelasku yang berprestasi. Ada yang dipanggil ke panggung karena mendapat nilai UN tertinggi. Ada yang diumumkan namanya karena telah diterima sebagai mahasiswa di universitas negeri ternama. Ada juga yang mendapat beasiswa kedokteran dari perusahaan swasta di tempat tinggalnya. Aku tidak mendapat apa-apa. Tidak dipanggil sebagai apa-apa. Hanya satu orang biasa dibandingkan ratusan murid yang lulus.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Beda sekali dengan saat SMP.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Teringat lagi hal menyakitkan yang dilontarkan salah satu guru. Bahwa aku tidak akan sukses masuk jurusan IPA. Nilai-nilaiku buruk. Motivasi sekolah nihil. Sampai pernah merasakan pahitnya berada di peringkat terakhir di kelas (belakangan baru aku tahu bahwa wali kelasku salah menjumlahkan nilai-nilai raporku). Kakakku waktu itu marah sekali. Ia yang mengambilkan buku rapor dan ia merasa malu sekali punya adik sepertiku.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Pokoknya tidak ada senyum di hari itu.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Apa karena aku sedang merasakan gejolak remaja atau sejenisnya? Waktu lulus, usiaku baru enam belas tahun. Rasanya tidak ada yang paham apapun yang kualami. Aku ingin sekali ditepuk-tepuk dan diyakinkan bahwa aku baik-baik saja. Tapi keluargaku tidak pernah akrab dengan yang namanya basa-basi.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Jadi ketika akhirnya aku cemberut hari itu, dan menolak pulang cepat karena masih menikmati kesedihan saat lulus-lulusan bersama teman-teman, ibu jadi marah sekali. Beliau pulang terlebih dahulu karena merasa aku telah menyakiti hatinya. Aku salah paham. Kukira ibu marah karena aku tidak dipanggil dengan titel apapun ke panggung.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Aku pulang beberapa jam kemudian dengan masih mengenakan kebaya mencolok dan riasan menor yang sudah carut-marut. Aku masih cemberut tentu saja. Juga disambut cemberut ibu sesampainya di rumah. Lengkap sudah hari nahasku.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><i><b>Dua belas tahun lalu.</b></i></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Wisuda kuliah pun sama saja. Aku ingin merasakan makan-makan di restoran dan foto-foto di studio seperti teman-temanku. Tapi yang kudapat waktu itu, makan nasi timbel di pinggir jalan dan berfoto dengan menggunakan kamera rusak. Jadi, aku cemberut lagi. Aku bahkan menolak makan. </span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Aku tidak punya foto wisuda yang memadai. Mau itu SMA atau kuliah. Dan rasanya itu adalah hal yang pantas dicemberuti. Setidaknya waktu itu.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;"><i><b>Saat ini, setelah menjadi orangtua.</b></i></span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Sebanyak apa saat itu aku meminta empati yang tidak kudapatkan dari orangtuaku, sebanyak itu aku merasakan empati terhadap mereka saat kucemberuti. Mereka lelah. Juga sedih saat tidak bisa memberikan yang diinginkan anak-anaknya. Sesederhana ingin makan di restoran atau berfoto di studio. Yang tentu tidak sederhana saat itu. Karena bisa datang dengan bangga saja sudah alhamdulillah dengan segala keterbatasannya. Berangkat menggunakan mobil pinjaman dari seorang Uwak yang baik hati. Mengenakan kebaya yang dijahitkan ibu dengan teliti.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Lalu aku teringat sepekan sebelum ibu berpulang, ia pernah mengirimiku pesan singkat, yang isinya bahwa,</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">“<i>Ibu mah alim ngarepotkeun barudak. Karunya bisi tepa ka incu. Mangkaning anak mah segala-galanya kan?</i>”</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">(Ibu tidak ingin merepotkan anak-anak. Kasihan kalau sampai (penyakit ibu) menular ke para cucu. Bukankah anak adalah segalanya?).</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Ya. Kesedihanku dan sikap egoisku saat remaja ternyata remeh sekali dibanding kesedihannya. Meski begitu, ia telah mengusahakan yang terbaik. Dan aku malah menambah kesedihannya.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Kamilia, dan semua yang sedang memendam sedih dalam hangatnya momen wisuda (yang kadang tidak seideal yang kita bayangkan), sudah keren sekali karena telah berusaha tegar. Tegar dan tabah adalah tanda bahwa kedewasaanmu sedang bertambah. Kau telah siap terjun ke masyarakat dan membuat orangtuamu semakin bangga. Percayalah, ketika kau kecewa terhadap banyak hal (juga pada dirimu sendiri), ada orangtua yang sedang bersedih dan kecewa berkali lipat pada dirinya.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">Terima kasih telah tetap tersenyum, ya.</span></span></p><p class="p2" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; min-height: 24.1px; text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><span class="s1"></span><br /></span></p><p class="p1" style="-webkit-text-size-adjust: auto; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px; text-align: justify;"><span class="s1"><span style="font-family: inherit;">(Walau terlambat, terima kasih ya Alloh, kini akhirnya aku bisa berempati kepada ibuku).</span></span></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-53732958849711054942021-11-20T22:10:00.008+07:002021-11-20T22:10:56.807+07:00Berbenah Cara Gemar Rapi<p style="text-align: justify;">Pada umumnya, cara berbenah yang sudah ada, mempunyai beberapa kelemahan yakni:</p><p style="text-align: justify;"></p><ul><li>Hanya menata tanpa mengurangi barang. Tidak ada <i>decluttering</i>.</li><li>Merapikan hanya agar enak dilihat - tidak ada usaha mengubah pola pikir, gaya hidup maupun kebiasaan.</li><li>Jikapun ada proses decluttering, pemilahan hanya didasarkan pada pertimbangan suka dengan tidak suka.</li><li>Tidak selaras dengan alam.</li><li>Sekadar bersih dan rapi tanpa memperhatikan kebutuhan penghuni rumah (ingat, rumah adalah ruang aktif).</li><li>Kurang memperhatikan faktor keselamatan dan keamanan.</li></ul><p></p><p style="text-align: justify;">Ujung-ujungnya. berbenah yang seharusnya menyenangkan dan dilakukan terus-menerus. menjadi sebuah sumber tekanan (<i>stress</i>) dan rumah tetap berantakan tanpa ujung.</p><p style="text-align: justify;">Sementara metode Gemar Rapi yang saya ikuti ini mengutamakan pendekatan spiritual yang berupaya mengubah pola pikir sehingga "rapi" bukan hanya menjadi kata sifat. Namun menjadi sesuatu yang disenangi. Termasuk dalam aktivitas berbenahnya.</p><p style="text-align: justify;">Ngomong-ngomong, ada DELAPAN pilar metode gemar rapi yang perlu diperhatikan. Di antaranya:</p><p style="text-align: justify;"><b>1</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Dilakukan oleh Pemilik Barang</b></p><p style="text-align: justify;">Tahu, tidak? Saya termasuk orang yang sangat-sangat memelihara privasi terhadap barang-barang saya. Zaman kecil, hal seperti itu sangat bisa jadi bahan perpecahan antara saya dan adik saya (he-he). Karena adik saya juga jahil banget (waktu itu), saya tidak pernah bisa percaya saat ia masuk ke kamar saya sendirian. Entah meminjam apa, atau menolong mengambilkan barang sekalipun. Soalnya sering sekali ada barang yang ia sembunyikan. Karena saat itu saya sangat berantakan dan sering lupa akan barang-barang yang saya punya, juga tempatnya berada, jadi saya baru akan sadar setelah beberapa pekan - bahkan bulan - kemudian. Itu menyebalkan, sih.</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: justify;">Sering juga, Nenek dan Ibu menganggap beberapa barang saya sebagai sampah dan mereka tidak sengaja membuangnya (ha-ha). Maka setelah semakin berumur, saya jadi semakin sadar bahwa siapa lagi yang bisa merapikan barang-barang kita alias berbenah kecuali kita sendiri?</p><p style="text-align: justify;">(Ini juga sih, sebabnya, saya hampir tidak pernah melibatkan orang luar dalam aktivitas berbenah barang pribadi saya - mau itu orang tua, suami, atau asisten rumah tangga sekalipun).</p><p style="text-align: justify;"><b>2</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Penguatan Pola Pikir sebagai Pondasi Awal</b></p><p style="text-align: justify;">Robert Sternberg pernah menyatakan bahwa keahlian tertentu bukanlah sesuatu yang melekat dari awal, melainkan hasil dari usaha keras dengan maksud yang jelas. Manusia itu dinamis, sih. Jadi keyakinan seperti ini perlu dijadikan tonggak berpikir agar tidak mudah menyerah saat berusaha berbenah.</p><p style="text-align: justify;"><b>3</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Bertujuan untuk Mengubah Kebiasaan</b></p><p style="text-align: justify;">Di atas telah disebutkan bahwa "berbenah secara umum" hanya bertujuan membuat sesuatu menjadi rapi. Sedangkan metode Gemar Rapi, menumbuhkan kebiasaan ingin selalu rapi.</p><p style="text-align: justify;"><b>4</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Pengurangan Barang (<i>Declutter</i>)</b></p><p style="text-align: justify;">Dalam mengurangi barang ini, harap diingat bahwa berbeda antara keinginan dan kebutuhan. Prinsip Gemar Rapi adalah seperti Lagom: sederhana, penuh syukur dan tidak berlebihan. Beberapa cara seleksi untuk declutter:</p><p style="text-align: justify;">Apakah masih bermanfaat dan digunakan? Apakah dapat menambah nilai kehidupan (dunia & akhirat)?</p><p style="text-align: justify;"><b>5</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Menyesuaikan dengan Kondisi Individu</b></p><p style="text-align: justify;">Rapi itu abu-abu. Eh, jadi ingat, dulu pas masih kerja, ada audit kerapian di kantor (ha-ha). Itu cukup debatable karena penilaiannya sangat subyektif. Di akhir pembahasan audit, nilai biasanya terkatrol berkat konsensus dalam menentukan rapi versus kurang rapi versi kebanyakan orang di sana.</p><p style="text-align: justify;"><b>6</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Rasa sebagai Prinsip</b></p><p style="text-align: justify;">RASA adalah sebuah daftar cek: Rapi dan teratur, Aman dan nyaman, Sehat dan bersih, Alami dan berkelanjutan.</p><p style="text-align: justify;"><b>7</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Memenuhi Standar Safety & Hygiene</b></p><p style="text-align: justify;">Ya ampun, jadi de ja vu. Pekerjaan pertama saya adalah di bidang ini. Waktu itu sungguh buta dan tidak peduli dengan hal-hal semacam itu. Kini saya seperti "dibangunkan" lagi karena Gemar Rapi mau tidak mau akan dan perlu menyentuh aspek ini. Motivasinya, sebagaimana disinggung di postingan sebelumnya, sekarang berbeda sih.</p><p style="text-align: justify;">"Safety sebagai tanda cinta". Kenapa dulu tak terpikirkan seperti ini, ya?</p><p style="text-align: justify;"><b>8</b></p><p style="text-align: justify;"><b>Tidak Mencemari Lingkungan</b></p><p style="text-align: justify;">Mengapa berbenah ternyata berhubungan dengan lingkungan? Ini akan berkaitan dengan decluttering yang kelak akan dilakukan. Ke mana barang-barang yang termasuk clutter dan perlu "pindah" ini nantinya, tentu perlu sesuai dengan konsep ramah lingkungan. Apakah mereka dapat <b>digunakan ulang (reuse), dibentuk kembali (recycle), diberikan kepada yang membutuhkan (rehome), beralih fungsi (repurpose), ditanam kembali - ini untuk kasus tertentu (replant), ataupun kembali ke bumi menjadi sampah (rot).</b></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-30089372681734938802021-11-15T04:54:00.002+07:002021-11-15T04:54:28.546+07:00Meruntuhkan Label Tidak Suka Rapi, Mungkinkah?<p style="text-align: justify;">Saya selalu yakin bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun yang tidak suka pada segala sesuatu/keadaan yang rapi. Permasalahannya adalah apakah orang ini mau atau tidak melakukan aktivitas rapi-rapi ini? He-he. Di masa lalu, saat masih sering dinas ke luar kota dan tinggal beberapa hari di sebuah hotel, rasanya kamar hotel nyaman dan menyenangkan karena setiap kita kembali dari luar, ia telah rapi. Tentu saja karena room boy yang budiman telah berjasa merapikannya. Kini setelah berumahtangga ketika masalah rapi-rapi ini menjadi tanggung jawab bersama sekeluarga, kemewahan seperti itu sudah tidak ada lagi. Kita perlu menjadi room boy untuk diri sendiri (kecuali anda Bruce Wayne yang punya "<i>room boy</i>" pribadi bernama Albert). Jika tidak punya kesadaran untuk mengambil alih tugas rapi-rapi, selamanya rumah tidak akan rapi.</p><p style="text-align: justify;">Tidak rapi, rasanya tidak menyenangkan.</p><p></p><div style="text-align: justify;">Pola pikir yang kaku (<i>fixed mindset</i>) tidak diperkenankan muncul di sini. Kita sering sekali mendengar orang-orang memaklumi diri sendiri dengan mengatakan hal-hal semacam:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"></div><p></p><blockquote><p></p><div style="text-align: justify;"><i>Ah, aku mah orangnya gini.</i></div><p></p><p style="text-align: justify;"><i>Ah, aku 'kan emang gitu.</i></p><p style="text-align: justify;"><i>Ya gimana, 'kan aku orangnya berantakan.</i></p></blockquote><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;">Saya belajar (terutama) dari suami saya sejak menikah bahwa hal-hal semacam itu tidak memberdayakan karena semakin diulang-ulang, ia akan menjadi sebuah label. Menjadi penghalang untuk berkembang. Kita tentu ingat kisah gajah yang dirantai selama bertahun-tahun hingga ia tidak bisa kabur. Tiap kali mencoba kabur, kakinya akan terluka. Kemudian ketika suatu hari rantainya dilepas dari pengikatnya, gajah ini tetap tidak berusaha kabur karena telanjur merasa bahwa kabur akan membuatnya terluka. Kasihan, ya, gajahnya.</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: justify;">Permasalahan rapi-rapi ini sejujurnya seringkali jadi konflik rumah tangga yang walaupun kecil namun jika dibiarkan akan menumpuk. Sesederhana suami sering menaruh handuk basah di atas kasur padahal istri selalu menaruhnya dengan rapi di jemuran. Atau istri yang sering loncat-loncar aktivitas sebelum aktivitas tersebut selesai sehingga tumpukan pekerjaan yang belum selesai terlihat di mana-mana. Sementara sang suami selalu fokus mengerjakan sesuatu dari A sampai Z hingga selesai sebelum loncat mengerjakan yang lain.</p><p style="text-align: justify;">(Aku cukup pengalaman karena Bapa dan Ibu kebalikannya. Puluhan tahun menikah, kisruh akibat masalah rapi-rapi ini tidak pernah selesai. Tapi jika melihat sudut pandang yang lain, semua punya sisi kebaikan. Mungkin si rapi punya ladang pahala dengan memaklumi si kurang rapi?).</p><p style="text-align: justify;">Tetap saja, saya yakin perlu ada perubahan. Mulai dari diri sendiri. Mulai dengan mempercayai bahwa rapi itu bukan untuk siapa-siapa selain untuk kita juga nantinya. Dengannya kebahagiaan itu akan menular. Entah ke anak, ataupun para tamu yang mungkin datang.</p><p style="text-align: justify;"><b>Jenis Clutterbug</b></p><p style="text-align: justify;">Mengenali diri sendiri sebelum memulai usaha merubah pola pikir anti-rapi ini menjadi penting karena dengannya kita jadi tahu bagaimana langkah selanjutnya. Contohnya, saya. Ketika mengambil uji Clutterbug <a href="http://clutterbug.com" target="_blank">di sini</a>, saya mendapati bahwa saat ini saya adalah jenis "bee" alias <a href="https://clutterbug.me/what-clutterbug-are-you-test/bee" target="_blank">LEBAH</a>. Saya seorang pembelajar (& penyuka) visual. Karenanya segala sesuatu yang tak tertutupi, tak terlihat indahnya akan membuat saya lupa dan kurang nyaman.</p><p style="text-align: justify;">Orang seperti ini nantinya memerlukan alat pengorganisir yang enak dilihat agar semangat rapi-rapi.</p><p style="text-align: justify;"><b>Mengenali Musim</b></p><p style="text-align: justify;">Dalam teori Gemarapi ini, manusia ternyata mempunyai musim tertentu dalam hidupnya. Makanya dikatakan bahwa manusia itu dinamis karena ada fase tertentu dalam hidup yang tidak berlangsung selamanya. Artinya setelah dilalui, akan perlu strategi baru dalam hal apapun. Ibarat saat musim dingin berlangsung maka kita mengenakan pakaian tebal dan menimbun makanan. Namun ketika ia berlalu, kita menyambut musim semi yang hangat dan mulai menanam bermacam-macam tanaman demi persiapan musim dingin tahun depan.</p><p style="text-align: justify;">Saat ini saya sedang dalam musim hamil dengan satu balita. Saya juga seorang ibu rumah tangga yang menyambi jualan buku daring, kadang-kadang menulis, juga mengerjakan ilustrasi untuk klien, serta berkegiatan literasi dengan beberapa kursus (contohnya Gemari ini). Kami menjalankan semuanya tanpa ART ataupun asisten pengasuh. Alhamdulillah, pilihan ini saat ini masih yang terbaik. Suami termasuk tipe yang suka rapi-rapi sehingga delegasi tugas rapi-rapi selalu terbagi dua - bahkan tiga karena anak kami sudah mulai senang beberes mainannya sendiri.</p><p style="text-align: justify;">Dapat dibayangkan bahwa musim ini mungkin masih akan bertahan beberapa tahun lagi. Lalu insyaAlloh setelah anak kedua lahir, kami akan menghadapi musim baru dengan strategi baru. Tentunya karena aktivitas berbenah itu seharusnya menyenangkan, maka semua perlu dihadapi dengan hati lapang.</p><p style="text-align: justify;"><b>Pola Pikir yang Sedang Dibangun</b></p><p style="text-align: justify;">Bahwasanya saya adalah tipe clutterbug LEBAH (suami belum mengambil tesnya tapi mari kita ajak di kesempatan selanjutnya) dan sedang dalam musim seperti di atas, maka pola pikir yang sedang berusaha kami bangun adalah: rapi adalah cara hidup. Bukan beban. Anak kami perlu contoh yang baik. Selain itu ia perlu arena tumbuh kembang yang juga baik. Jangan sampai akibat berantakan, mood kami semua kurang baik setiap saat. Dan selalu diingat bahwa kondisi kurang rapi itu rentan mengakibatkan kecelakaan untuk anak-anak. Bayangkan ketika ada tumpukan barang yang tinggi dan tidak stabil. Suatu saat si kecil berusaha meraihnya dan ada potensi ia tertimpa tumpukan barang itu. Tidak mau, 'kan, jadi begitu?</p><p style="text-align: justify;">Maka berbenah juga bagi kami adalah tanda cinta.</p><p style="text-align: justify;"><b>Prioritas</b></p><p style="text-align: justify;">Namun dengan ketiga hal di atas, tetap saja ada prioritas yang perlu dipilih. Bagi kami saat ini, rumah adalah ruang aktif. Tempat saya berkegiatan dengan segala tugas bekerja ringan, berdagang, juga melakukan beberapa hobi. Tempat anak kami bermain dan berlarian dengan mainan yang dipilihnya acak. Juga tempat suami melepas penat setelah seharian bekerja di luar lalu pulang dengan senang saat bercengkerama dengan saya dan sang balita.</p><p style="text-align: justify;">Jadi, level rapinya akan berbeda dengan mereka yang belum punya komitmen lain, belum ada amanah anak, ibu lain yang bekerja di luar rumah, pasangan dengan tambahan ART, ataupun mereka yang telah menjadi keluarga besar dengan banyak peserta di dalam rumah. Semua perlu menyesuaikan dengan keadaan. Semoga kami selalu dapat melewatinya dengan baik. Alhamdulillah Alloh selalu memberi pertolongan, bukan? Jadi, nikmati saja.</p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-84917200239219340392021-10-31T23:21:00.001+07:002021-10-31T23:46:22.198+07:00Sahabat Sebelas Tahun<p style="text-align: justify;">Sahabat. Konon hubungan dengan mereka bisa jadi lebih dekat dibanding saudara atau keluarga sendiri. Kita terhubung dengan mereka, bukan karena memang harus atau telanjur (seperti pertalian darah, pernikahan, agama atau organisasi, mungkin?). Kita tidak tiba-tiba melihat orang yang berkilauan dan populer lalu memutuskan menjadi temannya - saya biasanya tidak begini karena mereka membuat saya gugup. Tetapi kejadiannya lebih seperti,<span style="font-size: medium;"><i> like dissolves like</i></span>. Sesuatu yang bermiripan, entah kenapa sering tarik-menarik begitu saja. Saya menemukan beberapa orang seperti ini di setiap jenjang kehidupan.</p><p style="text-align: justify;">Yang mengecewakan, unsur ketertarikan ini kadang tidak bertahan lama. Jika di SMA, kita terhubung oleh kesukaan akan musik-musik Hip Hop atau manga yang dibaca, setelah dewasa dan jarang bersua, hal ini luntur seiring waktu. Padahal waktu itu rasanya kita dekat sekali. Tidak mungkin "bercerai". Kita cerita apa saja. Bahkan rahasia tergelap sekalipun. Menyebalkan jika harus berpisah dengan orang seperti ini, bukan? Suatu hari, saya mencoba berintrospeksi dan mengambil inisiatif. Kita tak boleh begini, pikir saya saat itu. Mungkin saya yang abai. Hingga saya memberanikan diri berkunjung dan bertanya pada salah satunya. Ia berkata,</p><blockquote><p style="text-align: justify;"><i>"Semua orang memang begitu, bukan? Usia tiga puluhan tidak lagi membicarakan semuanya. Tidak juga bertemu semaunya. Masa remaja sudah lewat."</i></p></blockquote><p style="text-align: justify;">Sejujurnya, saya tidak ingin mendengar jawaban seperti itu. Terlalu menyedihkan untuk dihadapi hati saya yang rapuh. Seperti kenyataan yang terlalu pahit untuk pangkal lidah saya. Hingga saya berusaha menelannya bulat-bulat agar ia melompati bagian itu. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAk9q6ZfpC-yo_uaQjGxM8xdHWEFWQ7WhWCNuGzzfXGjgy3ylicGxrK9FzjFS-0UhyrdFHKeD1xkJXWps3KnvMlzhcPNBNfdjb-bWM6LQehjc7Dh63RObTh5jDQAV6GW5NKLpAUlPHGVo/s800/WhatsApp+Image+2021-10-31+at+23.17.50_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="601" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAk9q6ZfpC-yo_uaQjGxM8xdHWEFWQ7WhWCNuGzzfXGjgy3ylicGxrK9FzjFS-0UhyrdFHKeD1xkJXWps3KnvMlzhcPNBNfdjb-bWM6LQehjc7Dh63RObTh5jDQAV6GW5NKLpAUlPHGVo/s16000/WhatsApp+Image+2021-10-31+at+23.17.50_tn.jpg" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Lalu saya sadar bahwa saya telah melakukan ini kepada blog saya.</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: justify;">Blog ini bukan sekadar blog. Ia bagai sahabat dekat - dekat sekali, nomor dua setelah suara-suara di kepala. Catatan hidup selama sebelas tahun yang telah merekam banyak check point dalam hidup saya. Ngomong-ngomong, sebelas tahun adalah waktu yang sangat lama. Seorang anak mungkin telah masuk SMP di usia ini. Seharusnya ikatan kita semakin kuat, bukan? (Begitulah menurut teori-teori yang beredar).</p><p style="text-align: justify;">Ingatan saya jadi kembali ke sebelas tahun lalu. Saat itu saya baru lulus kuliah. Karena belum kunjung mendapat pekerjaan, saya mulai aktif melanjutkan hobi saya menulis dan menggambar. Saya menulis di Ms. Word di PC tua keluarga kami. Menggambar manual dengan pensil warna atau spidol seadanya. Dipindai di rental <i>scanner</i> terdekat. Kemudian menyunting semuanya di Photoshop di PC. Setelah itu saya akan kembali ke Warnet dan mengunggah semuanya. Saya semangat karena menemukan komunitas pecinta ilustrasi pekanan dari seluruh dunia: <b>illustrationfriday</b>. Saya bahkan berkenalan dengan beberapa orang Amerika dan Jepang. Sampai<a href="http://isnainidewi.blogspot.com/2011/11/woman-in-kimono.html" target="_blank"> tukar-tukaran ilustrasi </a>segala.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq7-Fi98rdfrtINBnXKuZuOsObdSlFmX4QcHmDO8l6WIoDVcU60zJq_T8YwFpioixrvurn0y7JWrvo9Y62BAfRYAkjqHA_x2wpsOWqWgq4f19ozJZMBlRse_9-YqmYfweNJImM6543sXA/s800/big-eyes-poster-goldposter-movie-1397933046_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="377" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq7-Fi98rdfrtINBnXKuZuOsObdSlFmX4QcHmDO8l6WIoDVcU60zJq_T8YwFpioixrvurn0y7JWrvo9Y62BAfRYAkjqHA_x2wpsOWqWgq4f19ozJZMBlRse_9-YqmYfweNJImM6543sXA/s16000/big-eyes-poster-goldposter-movie-1397933046_tn.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.talkymedia.it/big-eyes-8-curiosita-stasera-tv-22-giugno/" target="_blank">Sumber</a>.</td></tr></tbody></table><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;">Blog ini membantu saya menyalurkan hobi dan melarikan diri dari masa-masa ronin itu.</span></p><p style="text-align: justify;">Apalagi setelah akhirnya Ibu membelikan laptop dan modem. Kebetulan PC di rumah kami mulai sering ngadat. Dan saya mendapat pekerjaan penelitian dan penerjemahan jurnal dari seorang alumni kampus yang sedang mengerjakan disertasinya. Uangnya sangat lumayan untuk ukuran saat itu. Hingga saya dapat membeli modem dan beberapa alat lukis yang menjadi modal untuk saya lanjut mengisi blog ini dengan ilustrasi-ilustrasi buatan sendiri sebagai ciri khas.</p><p style="text-align: justify;">Kemudian saya mulai diterima bekerja di sebuah kantor pemerintah (non ASN). Blog ini menjadi catatan perjalanan saya dalam setiap momen pentingnya. Saya yang selalu kikuk dalam memulai perkenalan, jadi terbantu oleh adanya blog ini. Karena ternyata mereka membacanya dan saya jadi dikenal sebagai blogger.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2kvY6IR9mmFhon5Ut4pSD6LqbmmxEGnH2bDVfRUsZLmc7SkF0612TaUDkQvm3vL6McwGvXMu9t_vIH5fAHSC2oiY7DONlDRDG9kSsCSUYR_tm6NVwfEuDW5qjNTB-v7lZ0DtlzBytrKQ/s800/wimp_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="525" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2kvY6IR9mmFhon5Ut4pSD6LqbmmxEGnH2bDVfRUsZLmc7SkF0612TaUDkQvm3vL6McwGvXMu9t_vIH5fAHSC2oiY7DONlDRDG9kSsCSUYR_tm6NVwfEuDW5qjNTB-v7lZ0DtlzBytrKQ/s16000/wimp_tn.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://christiananswers.net/spotlight/movies/2010/diaryofawimpykid2010.html" target="_blank">Sumber</a>.</td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;">Dengan demikian, blog ini menjadi <i>side kick</i> alias pendamping tokoh utama (hingga saya merasa jadi seakan-akan tokoh utama - sedikit) yang baik.</span></p><p style="text-align: justify;">Krisis seperempat abad pun tiba. Blog ini berubah fungsi lagi. Ia menjadi tempat curhat, meracau, mempertanyakan apapun tentang kehidupan, dan hal-hal berbungkus metafora lainnya. Saya menulis banyak hal yang tidak gemerlapan, atau menyenangkan, atau menakjubkan, bagai usia awal dua puluhan. Masa itu adalah masa rusaknya banyak optimisme dan harapan. Blog ini menerima semuanya. Hingga saya lega telah menuliskannya tanpa harus semua tahu apa isi tulisan itu sebenarnya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoScSm4RbPnKd_A01hazVKjCG7uTLIdvZCh7XW5RouYsyLIM2B31q2B0OauAcSmZL1PCEOUPjBMV1VLr8DWcSHaBRCkOFYgrtd3J8WupkhMbEpf91jTvPfIt9wVhgfESCYvMipUhNOqqA/s800/burnbook_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="630" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoScSm4RbPnKd_A01hazVKjCG7uTLIdvZCh7XW5RouYsyLIM2B31q2B0OauAcSmZL1PCEOUPjBMV1VLr8DWcSHaBRCkOFYgrtd3J8WupkhMbEpf91jTvPfIt9wVhgfESCYvMipUhNOqqA/s16000/burnbook_tn.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://laurenmessiah.com/2014/02/laurens-burn-book-11-items-to-toss-and-burn/" target="_blank">Sumber</a>.</td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;">Blog menjadi tempat <i>self-healing</i> bagi saya. Ia tidak menggurui karena ia hanya menampung tulisan.</span></p><p style="text-align: justify;">Lalu saya mengabaikannya selama beberapa lama. Mungkin benar yang dikatakan salah satu sahabat saya di atas. Bahwa usia pertemanan sebelas tahun kadang membuat beberapa hal menjadi hambar. Zaman sekarang, siapa yang membaca blog lagi, katanya. Apalagi sosial media menawarkan fungsi yang hampir sama - dengan pemirsa yang lebih banyak. Well. Saya masih. Dan masih berharap blogger-blogger yang saya ikuti sejak dulu, kembali menulis lagi. Sejujurnya, saya pun masih ingin menulis lagi. Apalagi belakangan ternyata adik saya mulai menulis blog juga.</p><p style="text-align: justify;">Ada yang menggunakan blog sebagai <b>tempat mencari nafkah, menulis informasi, menilai sesuatu, atau apapun</b>. Bahkan <b>curhat </b>(seperti kebanyakan tulisan saya) sekalipun. Sah-sah saja semuanya. Karena mereka telah berjasa dalam menukirkan sejarah. Siapa tahu mereka juga telah menolong seseorang berkat tulisan mereka. Siapa yang tahu?</p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu ini, saya mulai menulis tentang kampanye literasi lagi. Karena bagaimanapun, pembeda antara zaman pra sejarah dan sejarah (yaitu kini) adalah adanya tulisan yang merekam kehidupan. Sejarah membuat semua dapat belajar tanpa harus mengalami langsung. Jadi saya percaya bahwa literasi - kemampuan baca-tulis itu penting. Meski belum terlalu aktif, saya mencoba tetap semangat dan meluruskan niat.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hayu, nge-blog lagi!</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-25346719344907192112021-08-07T05:27:00.000+07:002021-08-09T08:26:35.770+07:00Setelahnya, Jarak Terjauh Adalah Waktu<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Hampir setiap malam saat aku terbangun dini hari (atau tengah malam buta, sebenarnya) aku teringat dan khawatir tentang ibu. <span style="font-size: medium;">Sedang apa ibu di sana? Apakah ibu tersenyum? Apakah bahagia? Apakah wajahnya bersinar seperti terakhir kali kami melihatnya? Apakah ibu makan dan minum? Apakah Alloh menampakkan hal-hal yang baik kepadanya?</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ya. Soalnya aku percaya akan adanya kehidupan setelah mati. Di Islam kami menyebutnya alam barzakh (kubur). Dan ketika rindu, aku tentu harus menunggu adanya hari akhirat. Dalam hitungan waktu manusia, ia terasa sangat jauh. Ada banyak tahapan menuju ke sana. Bahkan hasilnya belum tentu baik. Belum tentu sama untuk semua orang. Kini setelah meninggalnya ibu, aku sangat penasaran apakah kami akan bertemu lagi suatu saat nanti? Aku memang menantikan reuni dengan ibu. Tapi sekali lagi. Tahapannya masih banyak.</span></p><p style="text-align: justify;"><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Untuk menuju ke sana pun, aku rasanya masih sangsi dan perbekalanku sangat minim. Aku masih suka buruk sangka pada orang-orang. Masih sering rewel dan menyebalkan, terutama kepada suamiku. Padahal saat menikah awal-awal, aku menganggapnya sebagai orang yang paling baik sedunia - agak mirip dewa penolong bahkan. Sekarang setelah ada anak, dan pikiranku sering kembali ke zaman saat aku lajang dan semua terasa lebih gampang (iya, itu sering terjadi di saat-saat tertentu seperti pandemi sialan ini), semuanya tampak salah. Padahal dia tetap sama baiknya - bahkan lebih, karena sabar dan menahan diri tiap kali berurusan denganku. Belum lagi kegemaranku akan ghibah - kadang menghasut? Suka kelepasan bicara kalau sudah tidak suka akan sesuatu. Mulut ini kadang ngomong tanpa rem - otak dan hati sering lupa berfungsi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Ah.. bicara soal bekal untuk dibawa mati memang tidak akan selesai satu paragraf doang. Jadi mari kita hentikan dulu di sini.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Intinya saat ini dibilang <i>move on</i> pun aku masih belum. </span>Setelah kejadian ini, aku tahu bahwa jarak terjauh bukan diukur dalam satuan panjang; melainkan waktu. <span style="font-family: inherit;">Keberadaan ibu di dunia ini menjadi sesuatu yang rasanya jauh sekali. Aku tahu ia pernah ada. Tapi sangat jauh dan tidak mungkin kita kembali ke momen itu. Namun untuk bergerak maju rasanya masih menakutkan. Karena itu tadi. Untuk reuni dan bertemu, tahapannya masih banyak. Aku hanya bisa berharap dan berdo’a semoga kita dapat berjumpa kelak di Jannah-Nya, Bu. Aku tahu kini aku belum pantas. Tapi aku harus berusaha. Juga berupaya jadi anak sholehah yang membawamu ke sana - walaupun aku tahu amal baikmu banyak sekali.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Semoga Alloh Mudahkan selalu jalan ini, Bu.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Aku benar-benar ingin bertemu lagi denganmu di sana. Dalam keadaan terbaik kita. Di episode penghujung hari akhir nanti. Amin.</span></p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-85652936180074112782021-07-21T03:00:00.007+07:002021-08-09T08:38:03.622+07:00Mimpi yang Sangat Panjang<p style="text-align: justify;">Rasanya sesak, Bu. Tapi Eneng berusaha tidak menghambur-hamburkan air mata lagi.</p><p style="text-align: justify;">Ini malam pertama Ibu di rumah baru. Bagaimana di sana, Bu? Eneng harap di sana luas, lapang, terang. Karena Ibu baik sekali. Semua setuju. Eneng juga. Eneng bersaksi seperti itu adanya.</p><p style="text-align: justify;">Mengapa saat Ibu di sini, Eneng mengingat perdebatan-perdebatan sengit kita yang hampir setiap hari ada? Kita sama-sama gigih mempertahankan sesuatu yang keluar dari ujung lidah. Tapi Eneng sering terlalu gigih. Padahal hati ibu sering luka karenanya. Mengapa saat Ibu ada, Eneng sering buruk sangka dengan Ibu? Rasanya hati ini dulu rapuh sekali. Peka. Selalu ada rasa ingin menyalahkan. Baik itu tindakan yang Ibu lakukan kemarin. Pekan lalu. Bulan lalu. Tahun lalu. Puluhan tahun lalu.</p><p style="text-align: justify;">Memang sekurangajar itu Eneng. Tapi Ibu sabar. Sangat sabar. Rasanya belum ada yang mengenal Eneng sebanyak dan sedalam Ibu. Empati itu baru datang beberapa pekan lalu, Bu. Saat Eneng akhirnya paham mengapa Ibu melakukan ini dan itu. Yang biasanya Eneng kecam dengan kejam. Lupa bahwa ibu dan Eneng terpaut jarak dua puluh enam tahun jauhnya.</p><p style="text-align: justify;">Bu. Anakmu ini sekurangajar itu.</p><p style="text-align: justify;">Sekarang Eneng masih berusaha tidak nangis. Oh, pipi yang basah di kiri kanan ini? Tidak, Bu. Mungkin ini sisa-sisa siang tadi. Atau Eneng memang tidak sengaja menumpahkan sedikit barusan. Pahit, Bu. Semua hal di sini berisi penuh tentangmu. Rumah ini adalah Ibu. Segalanya tentang Ibu.</p><p style="text-align: justify;">Tahu tidak, saat Ibu pergi kemarin. Semua menggemakan takbir di mana-mana. Setengah malam tidak sepi sama sekali. Ibu suka suasana ramai dan hangat, bukan? Alloh Baik Sangat, Bu. Alloh beri itu ke Ibu kemarin. Eneng yakin saat ini pun begitu. </p><p style="text-align: justify;">Terang. Lapang. Hangat.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bu. Ini hanya mimpi yang terlalu panjang, bukan? Karena rasanya masih seperti itu.</p>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-23169977177723900222021-07-20T01:30:00.007+07:002021-08-09T05:22:24.429+07:00Bu.<div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;">Sedu sedan itu belum menguap<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Sejumlah luka menganga membawa pengap<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Kuangkat lembaran jarik itu sedikit, penuh harap<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Namun tak ada gerak atau detak berderap</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Sedang jantungku berdegup keras-keras<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Bolehkah kubagi beberapa detakan saja?</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Dan tengoklah suamimu menggigil pilu<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Di ujung kakimu, menahan napas<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Ditopang tangannya yang mulai kebas</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Takbir lebaran haji masih bergemuruh. Magis<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Kabut gelap berpendar menyambut pagi penuh tangis<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Orang-orang mulai berdatangan membawa kain putih dan keranda penuh bebungaan<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Kubayangkan kita seharusnya solat Id lalu bermaafan<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Setelahnya mengusap air mata sambil berpelukan<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Sesuatu yang jarang kita lakukan</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Aku tidak pingsan, Bu<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Hanya sangat pincang</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;"><br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Bu.<br /></span><span style="white-space: pre-wrap;">Aku rindu</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;"><br /></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: inherit;"><span style="white-space: pre-wrap;">(10 Dzulhijjah 1442 H pukul 00.18)</span></span></div>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-14460584418739111552021-01-10T21:50:00.000+07:002021-01-10T21:50:13.805+07:00Let's Read: Bawa Ia Ke Dunia Nyata Bersama Si Kecil<div style="text-align: justify;">Dewasa ini, kita sudah sering mendengar anak bayi yang "diasuh" gawai sementara orang tuanya pontang-panting menyelesaikan pekerjaan kantoran (yang kini dibawa ke rumah berkat pandemi), atau tugas domestik si perfeksionis dimana masakan di rumah harus terdiri atas empat macam dan semua baju harus tersetrika rapi. Padahal, menikmati gawai sebelum usia mereka dua tahun, sebetulnya tidak disarankan sebagaimana dilansir oleh <a href="https://www.who.int/news/item/24-04-2019-to-grow-up-healthy-children-need-to-sit-less-and-play-more" target="_blank">WHO</a> .</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUcp_MCdGmPZ4RQlBIe70CLsjDOkyEJdfeaYw9LEGL-bRuIkcqmnsu6MhPYETQrMNsiyhQV7sXatLDqhnCzlRGIg90_KYeDHtEwwTuoQMPC-eFD-ENQixArRYwmEosedBPnvFdaToHLT0/s800/gambar04_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="580" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUcp_MCdGmPZ4RQlBIe70CLsjDOkyEJdfeaYw9LEGL-bRuIkcqmnsu6MhPYETQrMNsiyhQV7sXatLDqhnCzlRGIg90_KYeDHtEwwTuoQMPC-eFD-ENQixArRYwmEosedBPnvFdaToHLT0/s16000/gambar04_tn.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Bagaimana dengan Faruki?</b></div><div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jujur saja. Faruki sudah nonton TV sejak usianya delapan bulan. Tidak benar-benar menonton, tentunya. TV hanya menyala saja di rumah sebagai suara latar. Supaya kami tidak benar-benar merasa hanya berdua saja saat Appa-nya kerja. Lalu di usianya yang ke lima belas bulan, ia mulai kenal laptop dan Youtube. Bermula dari akal-akalan Anbu supaya ia mau makan. Iya, iya. Memang ini salah. Bermain bersama sudah paling bagus, setuju?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat ini saya sedang merasakan <b>pahitnya permisif terhadap gawai</b> - yang walaupun tidak berlebihan, namun tetap terlalu dini - dimana Faruki belum mempunya kosa kata sebanyak anak lain yang seusianya menurut<i> milestones </i>tumbuh kembang. Padahal sejak hamil, kami membacakan buku untuknya. Saat ia masih bayi pun, ia disusui sambil dibacakan buku. Sekarang pun masih ada rutinitas membaca buku setiap harinya. Lalu, kenapa semua rasanya runtuh gara-gara sebongkah gawai saja?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span><a name='more'></a></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2i3mlKwFk6HffIr2vIVbUrRHXdjxQDh_m0y-Ebf2A3h9CLAfYo7Si72att3PXld-bWwluAK1AHj0Q41z1dYvM02tgvLitvmeL7EWBqUB9k_tcvrADWwz6kL6qvGU6aEF360qJ1e3t2NQ/s800/IMG_20200720_084458_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="593" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2i3mlKwFk6HffIr2vIVbUrRHXdjxQDh_m0y-Ebf2A3h9CLAfYo7Si72att3PXld-bWwluAK1AHj0Q41z1dYvM02tgvLitvmeL7EWBqUB9k_tcvrADWwz6kL6qvGU6aEF360qJ1e3t2NQ/s16000/IMG_20200720_084458_tn.jpg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semenarik itukah Youtube dan teman-teman dengan gambar bergerak dan bersuara itu? Uh, oh. Kami harus berbuat sesuatu sebelum semuanya terlambat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ya.. Faruki memang tidak selalu nonton TV atau Youtube. Ia suka bermain juga. Bersepeda, main mobil-mobilan, menggambar, menyuruh Anbu menggambar, main balok, menyuruh Anbu menggambar.. (saking seringnya Anbu disuruh menggambar). Tapi setiap ia menikmati gawai dengan piawai, saya yang gregetan. <i>Cocomelon</i> lagi.. <i>Pinkfong</i> lagi, batin saya. Walaupun ia suka Nussa Rarra juga. Tapi kalau nontonnya agak lama, saya sendiri yang senewen. Kadang ia jadi marah kalau gawainya diambil. Gawai menjadi salah satu sumber perseteruan ibu-anak di rumah kami.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivaa_FUf_qYrhaT3m4WmR_VZ3tQzcxGxz2IKO4X3gW1q6ybMVqSG5bp6d6CvSpra4k3pCIzSReSEpFApgFX3OVgQd9vqyBkCy51ZsopkW88BM4-SRtSaltq4nE4GuceUPEgkFqJ4fdvlM/s800/gambar02_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivaa_FUf_qYrhaT3m4WmR_VZ3tQzcxGxz2IKO4X3gW1q6ybMVqSG5bp6d6CvSpra4k3pCIzSReSEpFApgFX3OVgQd9vqyBkCy51ZsopkW88BM4-SRtSaltq4nE4GuceUPEgkFqJ4fdvlM/s16000/gambar02_tn.jpg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kami tidak menghapuskan <i>screen time</i> secara drastis untuknya. Apalagi sekarang usianya hampir dua tahun dan agak sulit kalau harus melepaskan gawai sama sekali. <b>Untungnya kami menemukan <a href="https://bit.ly/WebLR" target="_blank">Let's Read</a></b>. Sebuah aplikasi buku digital berisi <b>cerita bergambar</b> untuk dibaca atau dibacakan kepada si kecil. Kita bisa mengaksesnya melalui aplikasi yang diunduh dari Play Store untuk Android, atau masuk melalui website <a href="http://letsreadasia.org">letsreadasia.org</a> dari iPhone atau laptop. Yang paling asyik, nih, semua ceritanya GRATIS!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoHCuWSOInZFo2B1Cq0DvKTcxxJBbNg0nmil12738imczUTIsYpLmdXpqsOaS0ne9izQzxyzz0KXEtEydoK6I1YKWPwPgY4unUNUtyhMJhIrQeQVGsbX6RfdB1X85MjDGp1x6lIh8YNV4/s800/LetsReadWeb_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="430" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoHCuWSOInZFo2B1Cq0DvKTcxxJBbNg0nmil12738imczUTIsYpLmdXpqsOaS0ne9izQzxyzz0KXEtEydoK6I1YKWPwPgY4unUNUtyhMJhIrQeQVGsbX6RfdB1X85MjDGp1x6lIh8YNV4/s16000/LetsReadWeb_tn.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Awal-awal diperlihatkan <b>Let's Read</b>, ia tidak langsung tertarik. Karena tentu membutuhkan pendampingan dan persuasi dari kita sebagai orang tuanya. Lama-lama, melihat gambar-gambar lucu itu meruntuhkan pertahanannya juga. Gambarnya tidak bergerak. Tapi tidak mengapa. Justru itu lebih baik untuk matanya yang belum dapat menyerap informasi gerakan atau animasi terlalu banyak yang disertai suara seperti dari Youtube. Kami membacakannya dengan seekspresif mungkin!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">(Lupakan risih dan gengsi saat di depan anak. Jangan takut dikacangin. Itu biasa. Kamu sedang mendidik anak supaya suka membaca. Bukan sedang<i> stand up comedy.</i> Hi-hi).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu kami menemukan ide lain untuk membuatnya sedikit melupakan Youtube dan lebih antusias membaca di gawai untuk <i>screen time</i>-nya. Entah bagaimana, <u>apa yang dibacanya, harus berlanjut ke dunia nyata</u>. Supaya lebih semangat. <b>Kami mengajaknya menggambar bersama</b>, sambil menceritakan kembali kisah dari <b>Let's Read</b>. Misalnya tentang <i>Anak yang Tidak Suka Hujan</i>. Memang Faruki suka sekali menggambar hujan. Setiap gambar yang kami buat, akan dibubuhkannya hujan. Sehingga, selesai mendongeng, kami mengambil cat air dan kuas. Serta krayon dan pena. Semua dikeluarkan. Asal Faruki senang dan gembira. Lalu dimulailah acara menggambar dan bercerita itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgktrj2djhzE9Vs-cnAgONdJ4oZ6TXI2B_kEQ68F4UrbFKL8cAw3J_pXRlsiPxzARIac7KsCrIrTqdFzNA6ZyPM-xjeo42SSi5Kf5dMC4mfs_YEG-IDKhoLGDj5h1qlb1LP36Z7eMHrWEw/s1422/IMG_2524_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1422" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgktrj2djhzE9Vs-cnAgONdJ4oZ6TXI2B_kEQ68F4UrbFKL8cAw3J_pXRlsiPxzARIac7KsCrIrTqdFzNA6ZyPM-xjeo42SSi5Kf5dMC4mfs_YEG-IDKhoLGDj5h1qlb1LP36Z7eMHrWEw/s16000/IMG_2524_tn.jpg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl7eMqZOReqIwjgS1Afk5nAjDehZ8zhu9CEbskxqJ1wcFoUlRyr9fzd1BAAZgPNY8782fI30gXyVjUP7GdPW5kKhIO8mZzv6W_wQvYEhMqlOzL3FSsyD28qDbQI2mRSwmtgbfDN2pQ_5Y/s800/gambar03_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl7eMqZOReqIwjgS1Afk5nAjDehZ8zhu9CEbskxqJ1wcFoUlRyr9fzd1BAAZgPNY8782fI30gXyVjUP7GdPW5kKhIO8mZzv6W_wQvYEhMqlOzL3FSsyD28qDbQI2mRSwmtgbfDN2pQ_5Y/s16000/gambar03_tn.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIkMknkMawR2VhIpKWP_RRRNmhQ8cy93rOTrU8qYrxbyBtQUtSMqtGprQVW8PPQR89DUN_d31YVBPgj9euCC29F_HnpMPcfA_Humoga57pjty8ynlBH9RKFHXtufPjEZaycspDPqaqUII/s800/gambar01_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIkMknkMawR2VhIpKWP_RRRNmhQ8cy93rOTrU8qYrxbyBtQUtSMqtGprQVW8PPQR89DUN_d31YVBPgj9euCC29F_HnpMPcfA_Humoga57pjty8ynlBH9RKFHXtufPjEZaycspDPqaqUII/s16000/gambar01_tn.jpg" /></a></div><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizvdb6-KHpC98LiNL0ec_tHzZlnFFBHP4UebuaoSMjTN4s3uindz22T1mKK9ZJhwXEJTtxp0Sk7PZOAoU1Anum6iLfzyUpS1shmBGYNcL4f9T3h2UFzPsfCBI5d_Nw1cGS58S9q_umnr0/s800/IMG_2525_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="601" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizvdb6-KHpC98LiNL0ec_tHzZlnFFBHP4UebuaoSMjTN4s3uindz22T1mKK9ZJhwXEJTtxp0Sk7PZOAoU1Anum6iLfzyUpS1shmBGYNcL4f9T3h2UFzPsfCBI5d_Nw1cGS58S9q_umnr0/s16000/IMG_2525_tn.jpg" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya ia akan fokus menggambar hujan. Jangan ingatkan ia akan mobil-mobilannya jika tidak ingin acara "menyuruh Anbu menggambar mobil" terulang sering-sering. Memang tidak instan. Namun sejak itu, ketika kami membuka gawai dan ia melihat cerita gambar dari <b>Let's Read</b>, ia jadi tidak kecewa. Tidak menagih Youtube juga. Karena ia sudah tahu betapa menyenangkannya <b>cerita bergambar </b>itu. Sama saja seperti buku-buku ceritanya. Hanya saja kini ia boleh membacanya lewat gawai. Ya. Ia sudah menggambar dan mewarnainya sendiri bersama Anbu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ini belum tentu berlaku untuk anak dan ibu yang lain. Tapi sangat layak dicoba. Tak perlu khawatir gambar kita tidak sebagus gambar lucu nan artistik karya ilustrator cerita di <b>Let's Read</b>. Kegembiraan yang dihasilkannya yang tak ternilai. Akhirnya kita jadi punya satu poin untuk waktu berkualitas orang tua dan anak tanpa drama berebut gawai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Yuk, coba <a href="https://bit.ly/downloadLR3" target="_blank">diunduh dulu</a> aplikasinya. Atau masuk ke <a href="https://reader.letsreadasia.org/?uiLang=6260074016145408" target="_blank">website-nya</a>. Semoga berhasil.</div></div>D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-30317783062453109652020-04-28T09:30:00.000+07:002020-05-01T09:31:08.238+07:00Seru Adalah Persepsi yang Dapat Diatur (#diamdirumah 2)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b class="main highlight" style="background: rgb(255, 255, 119); box-sizing: border-box;">seru<sup style="box-sizing: border-box;">1</sup></b><span class="per-suku" style="background: rgb(238, 238, 238); box-sizing: border-box; color: #333333; font-style: italic; margin-left: 5px;">/se·ru/</span><span style="background-color: white;"> </span><em class="jk" style="background-color: white; border-bottom: 1px dotted rgb(209, 0, 207); box-sizing: border-box; color: #d100cf; cursor: pointer; margin: 0px 3px;" title="nomina (kata benda)">n</em><span style="background-color: white;"> </span><b class="num" style="background: rgb(198, 228, 199); border-radius: 9px; box-sizing: border-box; padding: 0px 5px; text-shadow: rgb(255, 255, 255) 1px 1px 2px;">1</b><span style="background-color: white;"> panggilan (untuk memanggil, menarik perhatian, dan sebagainya); panggilan dengan suara nyaring: </span><em style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #0a6cff;">“Mat”, -- si Jamin;</em><span style="background-color: white;"> </span><b class="num" style="background: rgb(198, 228, 199); border-radius: 9px; box-sizing: border-box; padding: 0px 5px; text-shadow: rgb(255, 255, 255) 1px 1px 2px;">2</b><span style="background-color: white;"> ujaran yang biasa digunakan dengan penegasan atau intonasi tinggi seperti ketika marah;</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">(KBBI)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Kalau disuruh menyebutkan apa yang seru, yang dapat dikerjakan di rumah selama pandemi dan PSBB ini, saya jadi balik ke definisi kata "seru" itu sendiri. Yang ternyata artinya antara "panggilan nyaring" atau "ujaran tegas". Luar biasa ya. Dan kalau baca-baca artikel tentang psikologi, ternyata merasa "seru" (<i>excitement</i>) itu berkaitan dengan rasa takut, lho. Namun areanya lebih positif. Pengubahannya pun bersumber dari kepiawaian kita mengubah takut menjadi seru. Dengan pembingkaian ulang (<i>reframing</i>) pola pikir.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Iya. Sumbernya ternyata pola pikir kita juga.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimPKsBIx2xpO2o3x4mkno7j1HSRx6VbK0OJjDR0rDqRLvxpU0MlHbJUyjh6A5G0gHP9VghdPKSUthRrC1ZtMMjPprEGtqnC_pjORyc3g4y_01FdQhd2DR5-njzSW3Ovu1pSo5KBqQfWhQ/s1600/VKADE2358_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="762" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimPKsBIx2xpO2o3x4mkno7j1HSRx6VbK0OJjDR0rDqRLvxpU0MlHbJUyjh6A5G0gHP9VghdPKSUthRrC1ZtMMjPprEGtqnC_pjORyc3g4y_01FdQhd2DR5-njzSW3Ovu1pSo5KBqQfWhQ/s1600/VKADE2358_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Dalam masa pandemi ini, seperti saya pernah bahas, beberapa orang sudah terlanjur berada di kubu panik. Tentu panik ini apalagi sumbernya kalau bukan: Takut. Takut tertular dengan tidak sengaja, takut tidak cukup bersih, takut kehabisan stok pangan, takut kehabisan ide berkegiatan (di rumah).. dan sebagainya. Yang ternyata segala ketakutan ini dapat diubah menjadi keseruan tersendiri. Takut tertular: Seru rasanya mempersiapkan hal-hal yang dapat mencegah tertular, dan membeli APD (Alat Pelindung Diri) yang lucu-lucu di pasaran. Takut tidak cukup bersih: Seru rasanya meninjau ulang cara mencuci tangan dan membersihkan sudut-sudut rumah - Google punya semuanya. Takut kehabisan ide berkegiatan (di rumah): Seru memikirkan hobi baru yang dapat dikerjakan di rumah; juga bercengkerama dengan keluarga yang jarang kita sapa karena kesibukan bekerja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Ngomong-ngomong soal berkegiatan di rumah, saya sebagai ibu rumah tangga yang sedang <i>hiatus</i> dari mencari uang (ah, elah..), juga merasakan hal yang sama. Pandemi tidak pandemi sama saja, buat saya. Sama-sama di rumah juga. Mr. Darcy juga masih bekerja di luar. Jadi apa bedanya? Mungkin, bedanya, ada tingkat ketakutan yang dapat diubah menjadi keseruan. Dan itu sebuah tantangan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Setelah dipilah, ternyata ada beberapa ketakutan utama saya (dan kami) yang dapat diubah menjadi keseruan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: red; font-family: inherit;">Takut Membawa Virus dari Luar Rumah</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Ada protokol yang digembar-gemborkan berbagai kalangan tentang berjaga-jaga agar jangan sampai virus yang mungkin terbawa dari luar rumah, dapat menginap di rumah dan berpindah ke orang lain yang tinggal dengan kita. Yaitu cuci tangan dan mandi, juga berganti pakaian segera setelah sampai rumah. Ini aneh. Karena Mr. Darcy jadi susah kalau Faruki langsung mau peluk ketika ia datang. Tapi, ini jadi seru. Karena kami mengubahnya menjadi permainan. Mr. Darcy akan pura-pura minta dikejar dan cilukba. Padahal ia mandi. Begitu selesai, kami dapat berpelukan kembali.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: red; font-family: inherit;">Takut Bosan karena Tidak Bisa Membunuh Bosan</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Dulu kami membunuh bosan dengan keluar rumah, sesekali. Saya sederhana, sih. Diajak ke supermarket atau makan bakso saja sudah senang sekali. Nah ketika kedua hal itu pun bahkan tidak dapat saya lakukan, rasanya agak sebal juga. Cara membuat ini jadi seru? Panggil ojol, binge-gofood yang banyak (ha-ha). Manusiawi, bukan? Kadang seorang IRT jenuh masak. Jenuh dengan rasa masakannya sendiri juga. Belum kalau Faruki sedang tidak nafsu makan. Maka dibeliin makanan by abang ojol adalah sebuah hal yang seru. Seseru menerima paket hasil belanja daring dan membukanya dengan segera. Tapi tetap harus ingat, sebisa mungkin tidak berkontak langsung dengan abang ojol dan segera membuang plastik terluar makanan tersebut.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNojLbbPG2EVqefr5Fv4sCtfv4z2PqvbWDlyAbct_PSJeyS4u4zkJS_uHypzxcdkDE2yqNU_T7NmCvu2Ojv2DZOndTLOJzGlr3S7tgKW6rHKZHZWw4QH-XQ-giR8QnacC-0qgVS3DSKxY/s1600/IMG_8442_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNojLbbPG2EVqefr5Fv4sCtfv4z2PqvbWDlyAbct_PSJeyS4u4zkJS_uHypzxcdkDE2yqNU_T7NmCvu2Ojv2DZOndTLOJzGlr3S7tgKW6rHKZHZWw4QH-XQ-giR8QnacC-0qgVS3DSKxY/s1600/IMG_8442_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: red; font-family: inherit;">Takut Bertemu dan Bertamu</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Orang Indonesia, apalagi Sunda, itu tingkat "gak enakan"-nya agak tinggi. Ketika ada tetangga bertamu ke rumah, tidak mungkin juga tidak kita persilakan masuk dengan alasan pembatasan sosial, bukan? Saya pernah. Dan ya sudah, toh saya pun membutuhkan interaksi sosial - walaupun terbatas - dan saya senang ada orang lain yang membantu mental saya dengan datang ke rumah. Mengobrol dengan sesama ibu itu seru, sih. Asal ketika kita di posisi bertamu, harus tahu diri saja. Jaga jarak dan jaga kebersihan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: red; font-family: inherit;">Takut Faruki, atau Salah Satu dari Kami, Diisolasi Gara-gara Covid-19</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Ini yang paling menakutkan! Apalagi kalau lihat di berita, isolasi pasien Covid-19 itu memang tidak main-main. Kami akan tidak bisa bertemu satu sama lain. Ah.. tidak ingin membayangkan yang seperti ini. Kami bertiga bukan penggemar konsep pernikahan-jarak-jauh sih. Jadi kalau bisa bersama ya bersama saja. Jangan sampai terpisah oleh Covid-19. Serunya di mana? Kelihatannya ini terlalu menakutkan untuk dibuat menjadi seru. Tenang.. justru karena ketakutan inilah, kami jadi tertantang untuk "patuh". Patuh protokol, patuh pembatasan sosial, patuh menjaga kebersihan.. dan yang paling penting: Menikmati momen silaturahim bersama. Segala hal yang kami lakukan jadi seru-seru saja. Bermain peran dengan boneka harimau kesayangan Faruki (namanya, Sima), gonta-ganti menu makanan bayi, nonton TV, acara jemur bayi plus memberi makan kucing komplek, ibadah (ditontonin anak) dan apapun itu. Semua terasa seru. Jauuh lebih seru dibanding kemungkinan sakit dan isolasi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgArI7Dlm7Mc8MFiTFvG34gnBnleTpu1hVVT5j31zLTMnMe_CSgBc-lzmSvHk-U7sb1CMP5KUUgBLjZPCb4DMoDMLNQ3anWwXtohr18BHnXnpJXHZqXX1WNg57JF0hsx-zSOJCTvldynMw/s1600/IMG_7498_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgArI7Dlm7Mc8MFiTFvG34gnBnleTpu1hVVT5j31zLTMnMe_CSgBc-lzmSvHk-U7sb1CMP5KUUgBLjZPCb4DMoDMLNQ3anWwXtohr18BHnXnpJXHZqXX1WNg57JF0hsx-zSOJCTvldynMw/s1600/IMG_7498_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Ya. Covid-19 mengajarkan kita untuk selalu melihat yang baik daripada (kemungkinan) yang buruk. Betapa bersyukur adalah sumber merasa seru, sumber memperbaiki persepsi. Dan sumber ketenangan hati. Semoga kita semua dapat melaluinya dengan baik.</span></span></div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-2340744879867988672020-04-27T03:59:00.000+07:002020-05-01T09:31:25.145+07:00Bengkel Diri: Betahin Diri dengan Tholabul 'Ilmi di Romadhon Suci (#diamdirumah 1)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;">#Diamdirumah</span>, bagi yang sudah terbiasa sekalipun, pasti ada titik jenuhnya ketika hal-hal yang dikerjakan berkutat di situ-situ saja. Jadi IRT apalagi, yang terlihat sangat santai dan rentan bosan dari luar, sebenarnya (menurut saya) adalah pekerjaan paling dinamis sedunia. Tidak selalu, hari-hari kita dapat terprediksi. Bahkan jikapun jam terbang sudah belasan atau puluhan tahun. Namun sedinamis apapun peranan tersebut, kadang kita berpikir yang kita urusi “hanya” hal-hal berbau kerumahtanggaan saja. Saling membahagiakan pasangan, membesarkan dan mendidik anak, atau menjaga agar rumah tetap menyenangkan. Yang mengejutkan, ternyata tanggung jawabnya tidak sederhana karena besar imbasnya bagi kehidupan dunia akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKU-ZXbKubc9_HAH8Mtm3q5HoJZPnAgcZxhivy__FpS2nnaWyUWifA3TEhZK22gGrhePA1uLbPBL-Wb-hFoFKVBKA6MfeBxrdqyQL7z7TG3qGY2IXaYIx3ehHV03NwSS5YwMTuLDVUl8g/s1600/DVYLE3195+%25283%2529_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKU-ZXbKubc9_HAH8Mtm3q5HoJZPnAgcZxhivy__FpS2nnaWyUWifA3TEhZK22gGrhePA1uLbPBL-Wb-hFoFKVBKA6MfeBxrdqyQL7z7TG3qGY2IXaYIx3ehHV03NwSS5YwMTuLDVUl8g/s1600/DVYLE3195+%25283%2529_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu materi di Bengkel Diri Level 1 yakni Manajemen Komunikasi Pasutri. <i>Eye opener</i> banget sih.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Beban banget ‘kan ya? Suami, dalam Islam, memang imam dan pemimpin dalam rumah tangga. Tapi masa, sih, kita jadi tenang dan diam saja. Berharap “semua” dipikul suami? Karena istri sebagai pelaksana & madrosatul ulaa, juga kebagian tanggung jawab dan peran yang tidak kalah besarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah. Akhir tahun lalu, saya dikenalkan dengan <b><a href="https://www.instagram.com/bengkel_diri/">Bengkel Diri</a></b>. Sebuah kampus berbasis pengajian daring khusus muslimah, yang digagas dan diasuh oleh <a href="https://www.instagram.com/ummubalqis.blog/">Ummu Balqis</a>, seorang ustadzah <i>super inspiring</i> yang awalnya sering kita lihat di Instagram. Di sana, Ummu sering membagikan kesehariannya dalam menekuni bisnis, keluarga, juga mendidik anak-anaknya yang masyaa Alloh bikin berdecak kagum. Dan tidak sekedar berbagi. Yang beliau <i>post</i> di sana sangat Islami walaupun disampaikan dengan gaya yang sangat kekinian. Tentu saya jadi jatuh cinta ketika tahu bahwa beliau juga membagi ilmunya lebih dalam melalui platform sekolah <i>online</i> ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sampai akhirnya Nopember tahun kemarin, saya berkesempatan ikut di angkatan 10. Bukan main senangnya. Yaa sebagai ibu-ibu dengan bayi yang waktu itu baru berusia lima bulan, salah satu cara saya mengisi daya baterai ruhiyah ya dengan mengaji. Untungnya daring. Jadi benar-benar tidak perlu keluar rumah. Cocok! (Di situasi pandemi sekarang apalagi. Cocok sekali).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidsiXr0HxbPAWSUKiIfC0LGZvZnnpByCE80pXAEmbyD21mypHmwYGaMvu0ZwBWLolZ3mb-rxPnhcMVurAalfnRsSoUhA6V7CWB3dWISg__FbbC7NuZLcRW3vm0-GmAG2hZnzNSLp9ixa8/s1600/shireen_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="449" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidsiXr0HxbPAWSUKiIfC0LGZvZnnpByCE80pXAEmbyD21mypHmwYGaMvu0ZwBWLolZ3mb-rxPnhcMVurAalfnRsSoUhA6V7CWB3dWISg__FbbC7NuZLcRW3vm0-GmAG2hZnzNSLp9ixa8/s1600/shireen_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://style.tribunnews.com/2017/02/08/kayak-pinang-dibelah-dua-shireen-sungkar-kecil-mirip-banget-sama-baby-hawwa">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bengkel Diri ini ada <i>level-level</i>-nya juga. Syarat untuk naik <i>level </i>adalah menyelesaikan <i>level </i>yang lebih rendah dengan mengerjakan berbagai tugas yang perlu dibagikan melalui postingan di Instagram. Awalnya agak resisten dengan syarat pengerjaan tugasnya. Sempat terpikir ingin membuat akun khusus saja. Walaupun instagram saya tidak di-<i>set private</i> karena isinya seputar karya belaka, tidak pernah upload keseharian rumah tangga apalagi anak (kecuali di instastory), tetap saja rasanya canggung. Cocok ‘gak ya? Begitu pikiran saya. Namun akhirnya diputuskan tetap menggunakan instagram utama saja. Bukankah audiensnya sudah cukup banyak? Terlebih, ternyata tugas ini diberikan di sosmed agar kita menyebarkan ilmu yang didapat ke khalayak luas dengan cara kita sendiri. Dakwah, kata lainnya. Juga, kalau saya, ada tantangan tersendiri karena tugas kuliah harus dicocokkan dengan tema portfolio instagram (‘gak harus sih, saya aja yang rada OCD di sini).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Butuh komitmen yang luar biasa untuk menyelesaikan perkuliahan ini. Setiap hari harus menyetor laporan ibadah harian. Memang para fasilitator tidak “menilai” apalagi memeringkat kita berdasarkan laporan tersebut. Namun jadi sebuah cambuk ketika kita merekap ibadah harian kita dan rasanya kita bisa melakukan lebih banyak dan lebih berkualitas lagi. Mirip seperti bulan Ramadan. Dulu kita disuruh mengisi laporan kegiatan dan menyetorkannya kepada guru agama di sekolah. Ini pun begitu. Dua bulan per level ini menjadi ajang pembiasaan berbagai kebiasaan baik selain bertahan pada komitmen menuntut ilmu dengan mengikuti perkuliahan setiap dua-tiga hari sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1M0H8VZe-L1np4icbXq5H_hSiHiv32I49jaPttlXWme61T2Si9fNmNjdvdg0wvnM9czEILrhCQRxLXNvaEU9Gi0N_oOsSdUg0l-7OLrQ_sj0L2oFwMH97TRquudjd1kjdrfSr1v8EsdM/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-29+at+14.04.47_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="654" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1M0H8VZe-L1np4icbXq5H_hSiHiv32I49jaPttlXWme61T2Si9fNmNjdvdg0wvnM9czEILrhCQRxLXNvaEU9Gi0N_oOsSdUg0l-7OLrQ_sj0L2oFwMH97TRquudjd1kjdrfSr1v8EsdM/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-29+at+14.04.47_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://http//instagram.com/ka_uqoy">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Apa saja materinya? Banyak! Awal-awal kita disuguhi materi dasar Islam. Di sini dibahas segala sesuatu tentang pemupukan aqidah, ke-Tauhid-an, jilbab, dan ke-Muslimah-an secara umum. Lalu ada juga materi tentang sosial media, manajemen waktu, dan emosi (ini saya butuh sekali, hi-hi). Di level 2 nantinya akan dibedah lebih dalam mengenai materi ke-Islam-an seperti bagaimana memandang Feminisme, fiqih suami-istri, fiqih nikah dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadwal lengkapnya sudah diedarkan secara transparan di IG resmi Bengkel Diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iya memang sebanyak itu materinya. Makanya, komitmennya juga tidak main-main. Jika di level 1, saya dapat menyelesaikan seluruh perkuliahan tepat waktu dengan penyelesaian tugas 80%, di level 2 yang baru saja berakhir ini, saya agak keteteran! Ini jadi pembelajaran juga, sih. Di waktu yang sama, saya ikut beberapa kelas online sekaligus. Lumayan ‘kan, mumpung banyak promo sehubungan dengan kampanye #dirumahaja a la Corona. Tapi ternyata sulit! Dan Padahal suami sudah mewanti-wanti agar tidak mengambil terlalu banyak komitmen dalam satu waktu karena, yah.. si jagoan kecil kami sedang aktif-aktifnya belajar jalan. Butuh perhatian ekstra dibanding saat usianya masih lima bulan dulu. Tapi jika melihat teman-teman lain di kelas yang sama, dengan amanah yang jauh lebih banyak, ternyata bisa-bisa saja menyelesaikan kuliah dan tugas, hmm.. jadi malu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJv30X98zaTzBWb4ZGEdUuirK_Oay_FE4Padq0r7LUXVYDH0h7nMDHC1UL96yob-0DZlclXpgq5N5gogX4llOXcndv3n9Uw7PdoaL5R3c5NjbBhA6iWsSdOdTDoc_85xOZ0MJWOfUaruE/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-29+at+14.08.57_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="602" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJv30X98zaTzBWb4ZGEdUuirK_Oay_FE4Padq0r7LUXVYDH0h7nMDHC1UL96yob-0DZlclXpgq5N5gogX4llOXcndv3n9Uw7PdoaL5R3c5NjbBhA6iWsSdOdTDoc_85xOZ0MJWOfUaruE/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-29+at+14.08.57_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pas Bengkel Diri Level 1, Faruki baru segede gini.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Hal-hal detail yang menjadi isu dalam rumah tangga inilah yang banyak dibahas di Bengkel Diri ini. Insyaa Alloh, sumbernya dari Al Qur’an dan Hadits. Dan karena Sahabat Ali Bin Abi Talib pun pernah berkata supaya kita mendidik anak sesuai zamannya, tidak ada salahnya ikut belajar, berdiskusi dan menyebarkan hasilnya melalui kuliah ini. Serius. Bermanfaat sekali.</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-46232731504405153402020-04-26T22:01:00.001+07:002020-04-26T22:01:33.944+07:00Enin Kami, dan Cita-cita Pasca Pandemi (Cerita Corona 7)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ </div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,..."</i></div>
<i><div style="text-align: justify;">
<i>(QS Al ‘Isro 7).</i></div>
</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat ini betul-betul membekas di hati pada saat musibah menimpa keluarga sepekan lalu. Nenek kami, <b>Enin</b>, meninggal dunia. Bukan karena Covid-19 <i>insyaa Alloh</i>. Namun meninggal dunia di situasi ini <i>subhanalloh</i> sekali ujiannya. Saya sebagai cucu yang rasanya paling dekat dengan beliau, tentu mungkin yang paling baper dengan kejadian ini. Bayangkan. Jumlah pelayat dibatasi per kedatangan. Ada petugas RT yang berjaga. Lalu, kadang tanpa kata-kata bela sungkawa apalagi menyemangati, yang berada di luar kota dihimbau untuk tidak datang. Termasuk saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR3fPKFd7iTIXJaOT5W8Htw0xzasXlav4oJEYCkLd6guxuPxEx2DxED9RII1SCFwO10kP3aMvUHcrjzmGDr3-GvddJFzSgYIvpNcj4m7azua85E0BqLAoLZnb7w5H9vc7Ok6D3gVC2RB0/s1600/fam3_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="499" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR3fPKFd7iTIXJaOT5W8Htw0xzasXlav4oJEYCkLd6guxuPxEx2DxED9RII1SCFwO10kP3aMvUHcrjzmGDr3-GvddJFzSgYIvpNcj4m7azua85E0BqLAoLZnb7w5H9vc7Ok6D3gVC2RB0/s1600/fam3_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya Enin sakit parah sejak kami pindah ke Bandung. Lima bulan berada di rumah ibu, setiap hari berinteraksi dengan Enin, sungguh bukan waktu yang sebentar. Apalagi Enin memang sudah ikut tinggal di rumah sejak umur saya dua tahun. Sempat sekamar juga dengan saya sampai masuk SMP. Ke mana-mana sering diajak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hobinya ziarah ke makam ulama. Banyak pengalaman bepergian yang lebih luas dibanding orang seusianya di tempat kami. Dan beliau juga pejuang tangguh. Menjadi orang tua tunggal bagi ibu sejak lahir karena berpisah dengan Aki. Jadi buruh tani, penjahit, apapun asal ibu dan uwa sekolah sampai SMA. Dan itu sudah sangat mewah di desa kami saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sedikit banyak hal ini mempengaruhi nilai dan cara pandang para perempuan di keluarga kami terhadap kehidupan. Bahwa perempuan harus tangguh. Mental baja. Untungnya ibu, juga saya, dipertemukan dengan suami yang baik yang tidak menganggap istrinya adalah “hamba” semata. Sebagaimana budaya di tempat kami berada. Makanya saya alhamdulillah tidak pernah merasakan dunia patriarki atau misoginis. Semua punya peranan masing-masing. Tidak perlu iri dengki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU_sxvhwfOTvKGmTCv41J8Nv_BKdZ8Iosf0-ZNkSC6Fq3leOFEsMr0pfXP3H1D_5IyMFGQ3B_6hc__zMCl70cfXJnKKNTsKeiv6HYn8FkpOthnPhxmbtyg6gF5THztrCaAXD9z2PYixhk/s1600/fam1_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="544" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU_sxvhwfOTvKGmTCv41J8Nv_BKdZ8Iosf0-ZNkSC6Fq3leOFEsMr0pfXP3H1D_5IyMFGQ3B_6hc__zMCl70cfXJnKKNTsKeiv6HYn8FkpOthnPhxmbtyg6gF5THztrCaAXD9z2PYixhk/s1600/fam1_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Namun benci sekali kalau harus berinteraksi dengan misoginis. Apalagi predator. Hiiy).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa kali Enin sakit parah. Seperti mau pergi. Tapi yang kali ini, ketika kita semua sudah merasa “<i>ah nanti juga sembuh lagi</i>”. Eh ternyata Enin pergi betulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedih sekali. Sungguh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terutama saat mengingat dan meresapi betapa sepi hidupnya sepuluh tahun ini. Sangat menyesal, mengapa tidak memperlakukan Enin jauh lebih baik lagi yang saya bisa. Enin hanya ingin suasana yang hangat.. didengarkan.. diikutsertakan berbagai hal. Namun dunia kami seperti telah berbeda. Ada jarak. Dan itu nyata terasa saat saya tinggal di rumah selama lima bulan itu. Walaupun kami sering berinteraksi namun lebih kepada urusan teknis. Enin sangat suka Faruki. Saya membiarkan mereka bermain. Tapi ya begitu saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin suasana hangat yang diidamkan Enin belum cukup terasa..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3KQUvGVTYd2fDCplyQ6jAtd4bumTR5YbkYKTHVH2oY0MHf1fIbnU0kbsJ-Q5pn968eo858ybxUXQROB6yQzl42MCWt9eTZrM06gZezQu_G17bWZv1eAgVmlBdc4RMHamva72ZX8wy2bg/s1600/IMG_9380_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="328" data-original-width="783" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3KQUvGVTYd2fDCplyQ6jAtd4bumTR5YbkYKTHVH2oY0MHf1fIbnU0kbsJ-Q5pn968eo858ybxUXQROB6yQzl42MCWt9eTZrM06gZezQu_G17bWZv1eAgVmlBdc4RMHamva72ZX8wy2bg/s1600/IMG_9380_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya masih ingat kalimat yang diucapkan Enin dengan terbata-bata beberapa hari sebelum kami pindah, yakni sebulan sebelum beliau pergi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Neng, atuh eneng ka bandung saha deui nu nya’ah ka enin di dieu</i>”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Nangis banget ‘gak sih).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal kadang saya masih menggerutu kalau ditegur karena hal-hal kecil. Seperti menyimpan gelas terlalu pinggir meja, atau mandi kesorean, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu saat Enin kritis dan mulai tidak ingat berbagai hal.. yang beliau ingat salah satunya adalah Faruki. Cicit kesayangannya. Yang beliau do’akan setiap malam saat saya masih hamil. Baiknya beliau ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoLnMl_YDXzhYH_FGOa51iQVugh-CBVs_IC0KUQCKZAb3yrKxZLs7wuRkdw-QdfdUSabQDGKT4JQEpfUIDRVNmhF9LxLk6I06GYxHx34_sRJIv609lzZPXHy-DntT_Sjjeou5FW0LIhuo/s1600/fam2_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="528" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoLnMl_YDXzhYH_FGOa51iQVugh-CBVs_IC0KUQCKZAb3yrKxZLs7wuRkdw-QdfdUSabQDGKT4JQEpfUIDRVNmhF9LxLk6I06GYxHx34_sRJIv609lzZPXHy-DntT_Sjjeou5FW0LIhuo/s1600/fam2_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu membuat hati saya sampai sekarang masih teriris. Benar kata Alloh dalam ayat tadi. Ketika berbuat baik, itu ternyata untuk diri kita juga. Hati kita lebih tenang. Namun ketika berbuat buruk, hati kita berkecamuk. Dan itu cukup menghantui. Jujur saya masih banyak berandai-andai, masih ingin bertemu Enin dan meminta maaf. Tentu sangat ingin juga bertemu dalam mimpi. Masih terngiang-ngiang penyesalan. Andai saja saya berlaku lebih baik. Andai saja lebih hangat. Seperti dulu sebelum kami semua dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<i>Ya Alloh.. pada akhirnya kami cuma bisa berdo’a. Semoga Enin diberikan tempat singgah yang luas, terang, ditemani amal-amal baiknya selama hidup serta do’a dari kami yang masih hidup. Eneng yakin, Enin sekarang cantik sekali. Badannya bugar dan kuat. Bahagia. Ditemani suasana yang hangat, yang kurang dapat kami berikan ke Enin di masa-masa terakhir hidup Enin. Maafkan kami yang kadang tidak paham dengan kebutuhan Enin. Sampai sekarang Eneng masih belum beliin ciput wol buat Enin. Maaf ya Enin..</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hikmah Covid-19 bagi setiap orang berbeda. Kejadian ini sangat membuka mata saya. Bahwa kepada semua orang, berikanlah yang terbaik. Terutama orang-orang tua kita. Besarkan empati kita. Tahan diri dari keinginan menang. Mendebat. Membuktikan bahwa kita, atau metode-metode kita, lebih baik dari mereka. Dan semua perilaku yang berpotensi menyakitkan lainnya. Ajal memang tidak ada yang tahu. Bisa saja kita yang pergi lebih dulu dibanding mereka. Namun usia tua adalah keniscayaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yuk. Perbaiki hubungan kita dengan para orang tua. Saat Covid-19 berakhir, mari kembali peluk hangat mereka. Rengkuh dengan segenap cinta. Jauhkan prasangka. Tinggikan baik sangka. Jangan sampai terlambat. Semua pasti terhambat oleh PSBB ini andai hal yang buruk terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali lagi. Saat kita berbuat baik, ternyata itu adalah untuk kita juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCWnrSMXmCGT73uDOMvGkVFDcvBqg4uhjyaZzvo5BpKSrJCpZPwMPnvNbSotn7RX1OQeEVq_gSMnxhE7czbnBdTkV7rBignqm_FENqMUxW_tGHGfDNC1s5gi4yhUC0-g_Km9IF9jj_GeE/s1600/IMG_0783_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCWnrSMXmCGT73uDOMvGkVFDcvBqg4uhjyaZzvo5BpKSrJCpZPwMPnvNbSotn7RX1OQeEVq_gSMnxhE7czbnBdTkV7rBignqm_FENqMUxW_tGHGfDNC1s5gi4yhUC0-g_Km9IF9jj_GeE/s1600/IMG_0783_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nanti kita ke Sumedang lagi ya, Faruki.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-5580590887254977402020-04-25T06:49:00.000+07:002020-04-26T09:43:55.695+07:00Masked Rider Kuu-ki (Cerita Corona 6)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Pernah baca <a href="https://www.instagram.com/p/B-AUlIkFoVG/?igshid=lzhp88eijrlu">edaran dari IDAI</a> belum sih? Yang menyoal pentingnya menjauhi Rumah Sakit dan Faskes berpotensi crowded lainnya. Ya apa lagi alasannya kalau bukan karena Covid-19. Kecuali kalau ada keadaan darurat. Hmm bagi ibu-ibu yang pegang anak bayi yang belum “lulus” vaksinasi wajib, pastinya galau sekali ya. Apalagi kalau fasilitas kesehatan (faskes) terdekat adalah rumah sakit. Bukan rumah vaksin. Sekarang sudah mulai diterapkan PSBB juga. Makin terbataslah pergerakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maksud saya, saya masih cukup yakin bahwa RS adalah salah satu tempat yang paling banyak kumannya. Apalagi di ruang tunggu pasien. Harusnya ada sekat gitu ‘gak, sih? Antara yang ada potensi menular dan tidak. Kita juga tidak pernah tahu jangan-jangan di situ ada yang <i>suspect </i>kena Covid-19?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVLV6lT9X13KipXQmMWZdq7dev_4O1_5SmmmnSP91twNuIa00xtHSiL1Sr33G7yLW7xQfUVFl5lvIC8pmB6nEJWztMxdOI_GVvFHj6wigpgvERXWYt4II_pTKfXoEsgnmbgJpS4e4pWYM/s1600/Corona6_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVLV6lT9X13KipXQmMWZdq7dev_4O1_5SmmmnSP91twNuIa00xtHSiL1Sr33G7yLW7xQfUVFl5lvIC8pmB6nEJWztMxdOI_GVvFHj6wigpgvERXWYt4II_pTKfXoEsgnmbgJpS4e4pWYM/s1600/Corona6_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(waspada ya <i>sist</i>, bukan parno ini mah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi kalau Faruki ada jadwal kunjungan ke dokter anak. Di ruang tunggu, saya pasti ketar-ketir sendiri (berdua Mr. Darcy sih). Anak-anak yang batuk, pilek, demam segala macam bercampur di satu ruangan. Mereka ‘kan belum paham protokol kesehatan. Belum tahu harus menutup hidung kalau bersin. Atau menutup mulut dengan sikut saat batuk. Atau maskeran. Maka tugas orang tuanya lah yang seharusnya lebih memperhatikan hal ini. Kasihan dong, kalau anak orang lain tertular kuman yang dibawa oleh anak kita hanya karena kita abai menerapkan disiplin dan mendidik anak agar patuh protokol kesehatan?</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5qIJLDWxy-mHNYYNl-ir0dhZ4TbFUUt85QwpmFZIHabwZp6QXKvYS2dTAYVTVvLjBGe6OsBGOsR1Pqg9gN5nGGJKYh12gOKGNmN5KmZPjZfnOYx6o_2HCiyUd92zdBJ3TDR0x9lEtBSY/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-26+at+09.26.25_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="892" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5qIJLDWxy-mHNYYNl-ir0dhZ4TbFUUt85QwpmFZIHabwZp6QXKvYS2dTAYVTVvLjBGe6OsBGOsR1Pqg9gN5nGGJKYh12gOKGNmN5KmZPjZfnOYx6o_2HCiyUd92zdBJ3TDR0x9lEtBSY/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-26+at+09.26.25_tn.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di masa pandemi ini, Faruki juga memang ada jadwal ketemu dokter anak. Kami galau bukan main. Yaa terutama karena Faruki masih bayi yang belum bisa disuruh tutup mulut kalau batuk atau tutup hidung kalau bersin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun berkat DM ke salah satu doktergram (DSA ber-Instagram tuh bener-bener sebuah berkah lo jadiii makasih buat semua DSA yang bener-bener memberikan edukasi kepada khalayak awam tukang Googling macam awak), saya akhirnya memutuskan tetap ke RS.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJdePzUdvwfDpQO3r_jaAbT4Z97XZm_xnTDFQzKw8aAs52Mf7dnMmLErCWWA6JdBl8Bfy9dP0vq2CX4cwxaeOCQiSzTPPFeozoC0gl_eymlTL143FF6zeHZx-rnkYkL9CxbykwvsAWe4/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-26+at+09.35.58_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJdePzUdvwfDpQO3r_jaAbT4Z97XZm_xnTDFQzKw8aAs52Mf7dnMmLErCWWA6JdBl8Bfy9dP0vq2CX4cwxaeOCQiSzTPPFeozoC0gl_eymlTL143FF6zeHZx-rnkYkL9CxbykwvsAWe4/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-26+at+09.35.58_tn.jpg" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun betapa pun beratnya keputusan kami membawa Faruki ke RS, tetap ada protokol yang harus dijalankan. Misalnya cuci tangan, jaga jarak fisik dengan orang lain, juga pakai masker.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang pertama dan kedua masih dapat dijalankan bertiga. Lha yang ketiga? Bayi memangnya mau pakai masker? Hi-hi. Usia Faruki sedang “gencar” menarik dan membuka sendiri semua yang dipasangkan orang tua di muka dan kepalanya. Dipakein topi aja kadang dibuka sendiri. Apalagi masker. Tidak cuma itu. Kadang masker orang tuanya jadi korban “latihan” tangan juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sih yang memberi tips supaya maskernya dipasangkan saat anak sedang tidur pulas. Jadi pas bangun, sudah “terbiasa”. Ini sayangnya belum berlaku buat Faruki. Masih risih. Mungkin bentukan maskernya juga memang kurang pas untuk dia? Tidak tahu juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8QHB7ys20BTY1n3O3opV6rr2Yq3sbP4XbRzX_1-iBdiGCu0d1pmOERXqVfXi6XVrgPxLMY5gII_mphhq1ZMS49rrFwVT0t7y6ktuReuZ0jnV7VGOiIF-AXxEiX_42T5amGXt8YXCJVzI/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-26+at+09.41.00_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="624" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8QHB7ys20BTY1n3O3opV6rr2Yq3sbP4XbRzX_1-iBdiGCu0d1pmOERXqVfXi6XVrgPxLMY5gII_mphhq1ZMS49rrFwVT0t7y6ktuReuZ0jnV7VGOiIF-AXxEiX_42T5amGXt8YXCJVzI/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-26+at+09.41.00_tn.jpg" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya setiap kami ke RS, maskernya cuma dijadikan celemek. <i>Which is</i> butuh pembiasaan berpekan-pekan juga awalnya, agar ia mau mengenakan celemek (biasanya dilatih pas jam makan). Karena itu juga, pulang dari RS biasanya Faruki langsung saya “cuci”. Takut juga kuman-kuman bersarang di badan kecil jagoan kami itu. Padahal cuma dipakai satu-dua jam. Hi-hi.</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-83732798413471660452020-04-24T06:15:00.000+07:002020-04-26T06:28:57.996+07:00Social Distancing, Before It Was Cool (Cerita Corona 5)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<i>If you read “me” since a couple years ago, you’d know that I’ve been keeping my distance with society in general. Also since.. I don’t know, after I became Mrs. Darcy perhaps?</i> Hehe. Karena teman-teman kantor saya kebanyakan lelaki. Lama-lama risih juga kalau masih akrab-tak-penting dengan mereka. Walaupun hanya sekedar makan bareng. Kalau ramean sih mending. Atau berbumbu urusan kerjaan. Namun beberapa pengalaman & observasi masih membekas di ingatan hingga salah satu cara <i>surviving marriage</i> yaaa mungkin dengan menerapkan <i>nizhoma ijtima’il fil Islam</i> (tentang ini, sudah saya post <a href="https://www.instagram.com/p/B91siQ-h7OV/">di Instagram</a>). Ya karena saya memang Muslim dan <i>well, it’s pretty much social distancing for me. With men in general.</i> Dan jadilah saya sudah beberapa tahun ini sering makan dan ke mana-mana sendirian. Ekstrem kah? Tidak juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih ekstrem kalau mikirin akibatnya sih. Dan bukan sekedar karena “terganggu” dengan filem-filem <a href="https://www.youtube.com/playlist?list=PLFaRPHTFYomAkJ6CVRro939i9uzrDuYM7">Suara Hati Istri</a> atau <b><a href="https://www.viu.com/ott/id/id/all/playlist-a_world_of_married_couple-playlist-26269194">the World of the Married</a></b> (hahah). Melainkan karena terasa lebih menenangkan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh37aDwttqeT0CdImxX3SvHVcp_9QZm9RnwYrYl1nPK0aor_gLvawh8qlmP7ZV1ra_yDE3G9mC9xNSBFugtGuVOmFfcasDvS2juxINO6kfsirr-W5PIqVMqhmHc6yF5GXTWw0hSFrW-GAU/s1600/CORONA5png_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh37aDwttqeT0CdImxX3SvHVcp_9QZm9RnwYrYl1nPK0aor_gLvawh8qlmP7ZV1ra_yDE3G9mC9xNSBFugtGuVOmFfcasDvS2juxINO6kfsirr-W5PIqVMqhmHc6yF5GXTWw0hSFrW-GAU/s1600/CORONA5png_tn.jpg" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saya juga lebih banyak di rumah pasca resign. Sesekali keluar rumah dengan beberapa kesibukan (non pekerjaan). Kadang suntuk. Tapi dasar orang rumahan dan <a href="https://geotimes.co.id/opini/suka-duka-menjadi-generasi-milenial-kaum-rebahan/">kaum rebahan</a>. Saya baik-baik saja dengan itu. Rasanya saya sudah berlatih <i>social distancing</i> sejak lama. Makanya pas himbauan <span style="background-color: #ead1dc;">#dirumahsaja</span> digaungkan, saya mah tidak terlalu merasakan bedanya. Hi-hi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Paling-paling jarak dengan orang tua saja. Lima bulan sempat tinggal bareng mereka. Kembali merajut kedekatan yang sempat hilang saat saya wara-wiri bekerja di luar kota. Ketika akhirnya saya kembali ikut Mr. Darcy ke mana saja, saya jadi tidak bebas lagi menemui mereka. Terlebih dengan adanya pembatasan sosial berskala besar <a href="https://www.tagar.id/bandung-raya-berlakukan-psbb-mulai-22-april-2020">(PSBB) sejak 22 April </a>silam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Huft. Hari ini malah hari pertama Ramadhan 1441 H. Sungguh akan menjadi hari yang spesial dibanding tahun-tahun sebelumnya. Biasanya kita menganggap segala bentuk ibadah massal sebagai hal yang lumrah ada. <i>Taken for granted</i>. Sekarang setelah semua direnggut, dibatasi, kita baru merasa kehilangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOKpc7x6N3_NLZPvIPwOg_an1_cx3pdB7IqHtODkBMaKYsL-2xF5vRtCdxgxhCPNioxVSrilfMwMJEPnIWB4OCT6J-xaZ2zlsFpN1CxdE5QN458axOiAmSUAGgYi5yG8aCXcNKEqplJ-w/s1600/ezgif-2-555055e283b3.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOKpc7x6N3_NLZPvIPwOg_an1_cx3pdB7IqHtODkBMaKYsL-2xF5vRtCdxgxhCPNioxVSrilfMwMJEPnIWB4OCT6J-xaZ2zlsFpN1CxdE5QN458axOiAmSUAGgYi5yG8aCXcNKEqplJ-w/s1600/ezgif-2-555055e283b3.gif" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://www.lowgif.com/8e995f45fa3fe58e.html">Sumber.</a></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sama halnya dengan <i>social distancing</i> bagi praktisi (elah!) <i>social distancing </i>sebelum Covid-19 seperti saya. Adakah rasa kehilangan sekarang? Saya iya. Semacam, dulu <i>social distancing</i> karena pilihan sendiri. Sekarang, karena tidak punya pilihan. Dan tidak punya pilihan adalah hal paling menyebalkan menurut saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Spesial untuk penggiat <i>social distancing</i> tanpa uzur seperti saya, lepas dunia selesai dengan Covid-19, mungkin <i>bucket list</i>-nya adalah memperbanyak silaturahim antar sesama. Hehe. Paling dekat ya dengan keluarga dan tetangga.</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-84509896346093251962020-04-23T12:35:00.000+07:002020-04-26T10:41:26.918+07:00"Praktikum" di Rumah (Cerita Corona 4)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Mengejutkan, ‘gak sih? Saat dikatakan bahwa<b> cuci tangan adalah jalan paling efektif dan gampang dalam mencegah penularan Covid-19</b>? Saya iya. Walaupun sudah rajin cuci tangan, tetap saja masih terpana betapa bermanfaat dan pentingnya kebiasaan itu sekarang. Karena, ada lho, orang yang tidak gemar cuci tangan sehingga hal ini akan jadi tantangan tersendiri: membentuk kebiasaan baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Corona adalah virus berselimut (<i>capsid</i>) lemak. Lemak ini dapat “diusir” dengan mudah melalui air. Dan makin efektif dengan adanya sabun. Prinsipnya adalah “<i>like dissolves like</i>”. Kotoran, virus, dan semacamnya secara umum bersifat lemak dan akan dibawa oleh surfaktan dari sabun sehingga tenggelam bersama air.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-yQsyIYsrznPfL2LRIbL5DmThxQ60Dd9dgGcAnSJnFvINZHiaBt1Tpbnrvokih7KXgo0NbTwtA2t-W1hyphenhyphenQ3rS8bAzxMFYmxxFre2yzqWR-FIs-zgHXbmL4njFwe4E_rhRNtG456Vqk6Q/s1600/CORONA4_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-yQsyIYsrznPfL2LRIbL5DmThxQ60Dd9dgGcAnSJnFvINZHiaBt1Tpbnrvokih7KXgo0NbTwtA2t-W1hyphenhyphenQ3rS8bAzxMFYmxxFre2yzqWR-FIs-zgHXbmL4njFwe4E_rhRNtG456Vqk6Q/s1600/CORONA4_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hmm.. kalau sudah dijelaskan begini, jadi masuk akal ya. Karena penularannya memang lewat droplet dari batuk atau bersin penderitanya. Tangan sebagai “jalan” droplet ke “gerbang” masuk virus yakni mulut, hidung atau mata (ini masih <i>debatable</i>) dicuci sementara gerbangnya sendiri ditutup dengan masker. Sementara benda-benda lain yang mungkin kecipratan droplet yang mengandung virus aktif, dibersihkan dengan disinfektan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Btw cari cairan-cairan kimiawi begitu sekarang susah banget.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Yes. Kebanyakan <b>sudah diborong kubu panik Covid-19</b>. Jadi, mau tidak mau, harus putar otak demi menyediakan stok pendukung <i>personal hygiene</i> ini. Padahal secara pribadi, saya yang memang sejak <i>resign</i> dari budak korporat jadi lebih banyak <span style="background-color: yellow;">#diamdirumah</span>, rasanya tidak sebutuh itu dengan <i>hand sanitizer</i>. Kalau di rumah 'kan tinggal cuci tangan biasa saja pakai sabun dan air. Iya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfYM3m5ofPO-o-aJtv_3c2ikFBcjWgpnLkT_-1GW6RJDjYphkYSmrOtV6GWhLH_kMHdWzux96wdSYuHpeSF7si85QXYkdoZzDIOomXIQs6hER1zH-myq-sl6-mC3VtvZnf5f6Be3r7c2U/s1600/0_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfYM3m5ofPO-o-aJtv_3c2ikFBcjWgpnLkT_-1GW6RJDjYphkYSmrOtV6GWhLH_kMHdWzux96wdSYuHpeSF7si85QXYkdoZzDIOomXIQs6hER1zH-myq-sl6-mC3VtvZnf5f6Be3r7c2U/s1600/0_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kubu panik gone wrong. <a href="https://www.kaskus.co.id/thread/5e7bbd9ffacb957c18000f91/kelakuan-nakal-selebgram---isi-ulang-hand-sanitizer-di-mall/">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya teman-teman alumni kimia jadi rame membicarakan ketiga benda yang “kimia” banget ini: <b>hand sanitizer, disinfektan dan sabun cuci tangan</b>. Sebenarnya saya sudah punya sebotol <i>hand sanitizer </i>nih. Tapi tetap saja jiwa ibu-ibu yang suaminya tidak kebagian <i>work-from-home </i>ini was-was. Apalagi di awal-awal Covid kesebar di Jakarta. Untungnya beberapa teman ada yang berbaik hati menyediakan <i>hand sanitizer</i> bikinan sendiri (teruji karena yang bikin memang lulusan kimia haha..) dengan harga biasa. Dan hanya dijual untuk kalangan sendiri. Jadi saya beli deh seliter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Hand sanitizer </i>aman. Suami juga jarang bawa karena di kantornya memang tersedia. Ditambah beliau sudah rajin cuci tangan <i>by default</i>. Aku jadi lebih lega. He-he.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYdLZW6F1Mj_fq7_-Ht5Ts103EWTzkcZZv1NahFr8k5hEXLnq5ATkbzRFBKRfIGsm8lUIdJPqFQyYXeDPJg2STCFh7KlsVodXMemlxeeAzYyNhIWtsS23ZZtWhyphenhyphenHEqZU2EVnpo35nfeyI/s1600/How-hand-sanitiser-works_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="566" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYdLZW6F1Mj_fq7_-Ht5Ts103EWTzkcZZv1NahFr8k5hEXLnq5ATkbzRFBKRfIGsm8lUIdJPqFQyYXeDPJg2STCFh7KlsVodXMemlxeeAzYyNhIWtsS23ZZtWhyphenhyphenHEqZU2EVnpo35nfeyI/s1600/How-hand-sanitiser-works_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.compoundchem.com/tag/hand-sanitizer/">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kemudian disinfektan. Saya telat nyetok sih. Di swalayan, Bayclin sudah diborong orang-orang. Adanya Proclin. Tapi bahan aktifnya pun berbeda. Bayclin isinya <i>natrum hipoklorit.</i> Proclin <i>peroksida</i>. Kegunaannya memang tidak sama. <i>Natrium hipoklorit</i> untuk membunuh kuman (dalam konsentrasi yang tepat). <i>Peroksida</i> untuk spora. (Ini <i>confirmed</i> oleh teman-teman kimia yang berada di jalan yang lurus alias bekerja sesuai jurusan haha).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya bikin pakai Proclin. Takarannya pun tidaklah sepresisi itu. Wong pengencernya cuma air matang biasa. Bukan akuades apalagi akuabides. Awal-awal sering saya pakai buat semprot-semprot. Lama-lama lupa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOQUy7fR2noF0nmFGyqJyQeq2bEN9FuRMxJ05z5Y52KiSbT3x6zjs2I6pa5OesdL3CkANWrTfxXTldZjvITNylooGMObyb15xPfhGFk_bHRVrGP4Kkk5-7-JAcc_ayG_uU604siyQQPEg/s1600/coronavirus-poster_Letter_metric_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1035" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOQUy7fR2noF0nmFGyqJyQeq2bEN9FuRMxJ05z5Y52KiSbT3x6zjs2I6pa5OesdL3CkANWrTfxXTldZjvITNylooGMObyb15xPfhGFk_bHRVrGP4Kkk5-7-JAcc_ayG_uU604siyQQPEg/s1600/coronavirus-poster_Letter_metric_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://waterandhealth.org/resources/posters/">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disinfektan ala-ala begini tersedia hanya supaya hati lebih tenang saja ya ‘gak sih? Karena memang tidak seefektif itu. Masih mending pakai sabun dan air kalau sempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terakhir <b>sabun cuci tangan</b> khusus. Yang saya juga memang biasa nyetok di rumah. Sekarang lebih gencar lagi. Bukan takut tidak ampuh. Yang bikin sabun-sabun jadi beda, hanya aditifnya saja. Yang melembutkan lah, yang mencerahkan kulit lah, dst. Saya pribadi beli sabun khusus hanya karena.. sayang! Ha-ha. Bayangkan, sabun pencerah kulit dan anti bau badan, dipakai cuci tangan saja. Jadi <i>overkill </i>‘gak sih?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihdsq4zzClGSugANXsKdC3JACKDzj726THfECpw0LywB_0KNp8hcj-HvYHDNNbYk69Jcq82zeLQw1nzLzBly7LI8chc894tkvWzKdKwURbh99CBLoPu0ZWxuGHkulZBUTDCQdLHTxuAc/s1600/sabun_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="478" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihdsq4zzClGSugANXsKdC3JACKDzj726THfECpw0LywB_0KNp8hcj-HvYHDNNbYk69Jcq82zeLQw1nzLzBly7LI8chc894tkvWzKdKwURbh99CBLoPu0ZWxuGHkulZBUTDCQdLHTxuAc/s1600/sabun_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.alodokter.com/efektifkah-penggunaan-sabun-antibakteri-untuk-menghalau-virus-corona">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya gitu deh. Sebelum beli atau praktikum ala-ala <i>diy</i> di rumah, daripada salah, sebaiknta tanya-tanya dulu kan. Logis enggak. Jangan llupa selalu cek label kemasan bahan-bahan kimia tersebut. MSDS-nya dibaca juga kalau ada. Takutnya malah jadi repot-repotan doang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(<span style="font-size: x-small;">sumber bacaan: diskusi grup alumni kimia Unpad 2006, <a href="http://lipi.go.id/berita/Daftar-Sementara-Bahan-Aktif-dan-Produk-Rumah-Tangga-untuk-Disinfeksi-Virus-Corona-Penyebab-COVID-19/21979">LIPI online</a></span><span style="font-size: xx-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">& website health.harvard.edu</span>).</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-16545482422613088762020-04-22T12:06:00.005+07:002020-04-26T09:55:06.332+07:00Bertetangga, Bantu Mental Tetangga (Cerita Corona 3)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sejujurnya kadang saya merasa sangat Squid Ward kalau sudah menyangkut urusan bertetangga ini. Hi-hi. Saya yang sejatinya introvert, kadang kekurangan energi saat berbenturan dengan pakem “harus baik-baik sama tetangga”. Hmm.. saya ternyata tidak sendiri. Kemarin mendengarkan podcast yang menceritakan pengalaman seorang introvert yang serumah dengan ekstrovert di masa pandemi ini. Awalnya mereka bahagia-bahagia saja. Karena mereka semua bekerja dan tidak terlalu sering bertemu. Masalah justru muncul saat mereka terkurung di rumah dan mau tidak mau harus berinteraksi. Maksudnya, kebutuhan mereka ‘kan cukup bertentangan ya. Yang introvert butuh waktu menyendiri agar produktif. Sementara yang ekstrovert butuh berbincang, butuh makan bersama, dan bertatap muka lainnya. Ini membuat mereka cukup sering bertengkar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Akhirnya, si introvert ini memilih jalan yang cukup ekstrem yakni dengan tidak bertemu sama sekali dengan si ekstrovert. Si introvert akan tidur saat ekstrovert bangun dan sebaliknya. FYI, si ekstrovert ini adalah ibunya si introvert.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBFjPwMXmzFUHiC39edB2OIwivrotW9KOob0hRzP2m2U6c6QUWkGCo0eCTZxNFBtcoWZBJ6Xm-lFXoZyEdYiSC-c2H7g7zPKUm5Cv_Uah4Kp_KQKnM5pCcD2QFf-Kn2aX-V0yQleaNuD4/s1600/CORONA3_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBFjPwMXmzFUHiC39edB2OIwivrotW9KOob0hRzP2m2U6c6QUWkGCo0eCTZxNFBtcoWZBJ6Xm-lFXoZyEdYiSC-c2H7g7zPKUm5Cv_Uah4Kp_KQKnM5pCcD2QFf-Kn2aX-V0yQleaNuD4/s1600/CORONA3_tn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Miris, ya?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Padahal, saya cukup yakin bahwa menjadi introvert bukanlah label yang melekat kuat dan tidak dapat diadaptasikan dengan berbagai situasi. (Beberapa orang memilih jadi kaum rebahan hanya karena merasa diri introvert). Sehingga, mewarnai kehidupan bertetangga pun sangat bisa diusahakan. Maksud saya, siapa sih, manusia yang introvert-nya separah itu sehingga tidak butuh manusia lainnya sama sekali? Dan, dalam usaha adaptasi dengan lingkungan (dan anjuran Rosululloh) ini, ternyata mempunyai tetangga yang ekstrovert adalah salah satu jalannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ini pernah kejadian waktu masih di Bekasi. Tetangga saya, ibu-ibu akhir empat puluhan yang sangat butuh ketemu orang dan ngobrol. Tiap hari ia nongkrong di depan rumah. Kadang kalau saking tidak adanya teman ngobrol, dia akan ramah-tamah dengan petugas PDAM yang mengecek meteran air setiap bulan. Atau nenek-nenek yang kebetulan lewat. Atau anak-anak tetangga yang berhamburan mencari mangsa bel rumah untuk ditekan sebelum kabur pas penghuni rumah keluar. Atau mak penjual nasi uduk. Atau saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWtqisbmV93UV6ZHvtU4i4BPSaH5Ay2_8v53m29m-4TGcBH3YIIkyKQbPACwZT3PPLcsPHX2aIaRWDkvrR9Qlzy3xcvzt94yc3nMN9aQD4W40W2V63NsA5BLeb8lJulA3RhEpjmcPCMAA/s1600/1201216-1000xauto-momen-lucu-menjaga-jarak_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="982" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWtqisbmV93UV6ZHvtU4i4BPSaH5Ay2_8v53m29m-4TGcBH3YIIkyKQbPACwZT3PPLcsPHX2aIaRWDkvrR9Qlzy3xcvzt94yc3nMN9aQD4W40W2V63NsA5BLeb8lJulA3RhEpjmcPCMAA/s1600/1201216-1000xauto-momen-lucu-menjaga-jarak_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.brilio.net/ngakak/10-momen-lucu-menjaga-jarak-ini-bikin-susah-nahan-tawa-200402h.html#">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Awalnya agak jengkel. Kalau kebetulan ketemu dan ngobrol, bisa berjam-jam soalnya. Walaupun kemampuan basa-basi saya sudah jauh meningkat sejak kerja, namun kalau terlalu lama jadinya capek. Di sinilah skill bertetangga lanjutan (ada novice, beginner, sama advance ha-ha.. udah kayak game aja) dibutuhkan. Bagaimana cara pelan-pelan keluar dari situasi mengobrol tanpa berkesan kabur atau kasar. Otak ini biasanya bekerja keras mencari alasan. Waktu belum ada anak, cukup sulit ternyata. Karena saya juga IRT. Ibu-ibu yang sudah master dan berpengalaman punya anak di atas tiga biasanya menganggap kerjaan saya remeh. Ya wajar. Seperti Saruman melihat Frodo, lah. Kalau ada anak, anak jadi alasan (maaf Faruki!).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Lama-lama suasana hangat (btw ibu-ibu ekstrovert hobi berbincang-tetangga di atas itu cukup banyak di sekitar rumah) ini menjadi kebiasaan. Agak menjadi kebutuhan, malah. Dan kemudian rasanya sepi ketika di lingkungan rumah yang baru ini, para tetangga tidak cukup outgoing untuk sapa-sapa atau basa-basi. Padahal culture wise sih harusnya tidak begini. Yaa banyak ibu muda yang bekerja di luar juga sih. Rasanya jadi hampa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ditambah sebulan kemudian tiba-tiba isu Corona berhembus. Wuff.. kehidupan gang kecil ini menjadi kian hampa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsC6U-k3kKa1q34vH6jTzTg-oRxXmuUT7KBakiUQxN0ke_pvas_WZF9a0IWvbvLS_XrXfWfavVD9AkXjT4QizSV7PE8-U1eFt4AYDpM-IDPs0peaiQKIkb_qHYhXBFDI1S4YAfnl9ktH8/s1600/Squidville_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="602" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsC6U-k3kKa1q34vH6jTzTg-oRxXmuUT7KBakiUQxN0ke_pvas_WZF9a0IWvbvLS_XrXfWfavVD9AkXjT4QizSV7PE8-U1eFt4AYDpM-IDPs0peaiQKIkb_qHYhXBFDI1S4YAfnl9ktH8/s1600/Squidville_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://angger-aainfoblog.blogspot.com/2019/04/download-spongebob-squarepants-bahasa.html">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Untungnya hal ini tidak berlangsung lama. Kami bertetangga dengan pasangan muda yang anaknya lebih bayi dari Faruki (yoi.. ada tingkatannya bayi-bayi ini ya). Selidik punya selidik, dia lumayan ekstrovert. Jadilah kami berteman. Jemur bayi bareng, kadang dia berkunjung ke rumah. Kadang sekadar sapa-sapa pas jemur baju atau buang sampah. Dan sebagainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Tidak takut ketularan Corona? <i>First thing first,</i> seperti saya bilang di postingan sebelumnya, saya masuk ke dalam kaum waspada-cenderung-santai. Dalam keadaan seperti ini (<i>Corona Apocalypse</i>? Hii..) kita tersadar bahwa kita adalah makhluk yang sangat sosial. Kering rasanya, tidak ada manusia yang cukup ramah untuk sekedar sapa “<i>balanja bu</i>?” Atau “<i>moyan neng</i>?” Atau “<i>nuju naraon yeuh</i>?”. Bahkan Alloh menciptakan kita bersuku-suku pun agar saling mengenal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Maka dari itu, si introvert pun perlu belajar untuk sekedar sapa-sapa basa-basi itu. Bagi para ekstrovert, <i>this helps a lot</i>. Fisik memang belum kena Covid-19 (dan jangan sampai kena), namun mental perlu juga dijaga. Hal terkecil yang dapat kita lakukan untuk membantu sesama menjaga diri dari kegilaan ini ya salah satunya senyum-sapa-salam ini lah. Tidak apa dari jauh. Tidak selalu dari Whatsapp atau sosmed juga. Kalau bisa saling tegur dari jarak 3 meter ya kenapa enggak?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Tapi kenali sinyal juga. Si introvert harus tahu saat ekstrovert butuh teman. Dan sebaliknya. Biar energi tetap terjaga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ah. Bertetangga tidaklah seburuk itu. Di masa pandemi ini malah bersyukur ada tetangga yang baik. Dan kita yang Squid Ward ini kadang harus berdamai dengan situasi. Bisa jadi kita perlu Sponge Bob, Patrick dan teman-teman “bising”nya kan?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieFCYaWdj5n5Q5zw7Oq4ekH_zBYrsEY1jDcTwYQ8u8hhmMKo6bClNzLFLySJYZWKaJSgddox6-RONQW37b1Xv0yXSNK4ltPzHQuaFAOs6GKwXGzPgD_6CXt6pdRPXhpBEMYqgzheUdAC4/s1600/bustle.com-OK_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="473" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieFCYaWdj5n5Q5zw7Oq4ekH_zBYrsEY1jDcTwYQ8u8hhmMKo6bClNzLFLySJYZWKaJSgddox6-RONQW37b1Xv0yXSNK4ltPzHQuaFAOs6GKwXGzPgD_6CXt6pdRPXhpBEMYqgzheUdAC4/s1600/bustle.com-OK_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://voxpop.id/squidward/">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dari Abdullah ibnu ‘Amru ibnul ’Ash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْر الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ [تَعَالَى] خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">“Teman terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan temannya. Dan tetangga terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (103): [At Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 28-Bab Maa Jaa-a fi Haqqil Jaar]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; font-size: xx-small;">(Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho: </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; font-size: xx-small;">https://rumaysho.com/1610-tetangga-yang-baik-dan-tetangga-yang-jelek-2.html )</span></div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-546851797110961642020-04-21T20:09:00.001+07:002020-04-26T09:50:54.851+07:00Memilih Kubu (Cerita Corona 2)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Yang paling rame gara-gara muculnya Covid-19 ini tentu saja.. <b>grup-grup Whatsapp</b>! Ha-ha. Tidak bisa dipungkiri, grup yang awalnya sepi-sepi saja, hanya membahas <i>jokes-jokes</i> (yang kadang) kadaluarsa atau konspirasi politik yang ketinggalan zaman, akhirnya dibombardir cerita tentang Corona. Tak ayal, semua orang yang merasa punya berita baru, buru-buru unjuk tulisan - sebenarnya, pesan terusan semua sih. Saya bukanlah peserta WAG yang aktif-aktif amat. Sehingga dapat mengobservasi <i>trend</i> yang muncul di kanal pesan ramai-ramai itu. Dan saya dapat simpulkan bahwa ada paling tidak <b>tiga kubu</b> dalam menanggapi cerita Corona ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Yang pertama adalah <b>orang-orang yang panik</b>. Saya masih ingat sekali. Ketika Covid-19 baru muncul di Wuhan akhir tahun lalu dan merembet ke negara-negara sekitarnya, walaupun di Indonesia belum ada yang kena, teman-teman saya banyak yang sudah mulai nyetok <i>hand sanitizer</i>, masker dan disinfektan. Katanya, barang-barang ini mulai langka. Tentu kelangkaan ini disebabkan oleh meningkat tajamnya permintaan pasar terhadap benda-benda tersebut. Saya dengar malah ada yang nimbun terus jual dengan harga se-Pluto segala (karena lebih tinggi dari Langit). Di sinilah kita jadi tahu, level humanity orang ada di mana? Menyelamatkan diri sendiri, tapi tidak peduli apa orang lain kebagian atau tidak. Huft.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_ERfCjHsxzXjvHOOtfrpYDdSvpEiFpSuL4hS_pblCG_g_EUyVH8FufnmCDUkgghYZpCfGytd4j_5PQGyF2m0BllvQCJRJxIEEDVy0TTjozyqcFvLDjUw8x9uqhiXuVNhI2xlp0V5scBs/s1600/corona2_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_ERfCjHsxzXjvHOOtfrpYDdSvpEiFpSuL4hS_pblCG_g_EUyVH8FufnmCDUkgghYZpCfGytd4j_5PQGyF2m0BllvQCJRJxIEEDVy0TTjozyqcFvLDjUw8x9uqhiXuVNhI2xlp0V5scBs/s1600/corona2_tn.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Lalu iseng, saya cek ke Betamart* terdekat. Hmm. Di sini hand sanitizer masih ada banyak. Harga masih normal. Masker? Saya jarang keluar rumah dan memang sudah punya masker kain yang bisa dicuci ulang. Dulu sering pakai untuk keluar rumah pas naik Ojol. Disinfektan? Ah buat apaan. Pikir saya. Dan Covid-19 memang masih berputar-putar di negara lain. Belum terdengar di Indonesia. Sehingga sayapun saat itu masih berada di kubu kedua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Kubu kedua ini yakni <b>si santai</b>. Ini sih antara memang tidak tahu, atau merasa dirinya sebangsa dengan Thor, Hercules dan semacamnya: anti penyakit, cenah. Tidak tahu, bisa diberitahu melalui edukasi. Hari gini siapa yang tidak nonton TV atau pegang <i>smart phone</i>. </span><span style="font-family: inherit;">Lah kalau Thor dan Hercules? Mending suruh balik Valhala ajalah kalau gitu (maaf, ngawur ho-ho). Ketika Covid-19 mulai masuk Indonesia, kesantuyan ini jadi tampak menyebalkan. Gimana enggak, orang-orang sibuk “menyelamatkan diri” dan dia santai sekali. Kalau santainya tidak memudhorotkan orang lain ya sudah lah yaa. Namun kabarnya, perilaku ini cukup menjerumuskan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg_LUMB-tOjg6R6e22GUnawl0_9nDAgcaazHG3aOby5PX8byvOcSxtGniX4lHp8vjM5CoOAlgkhTw1tjE28Y6z2x-D9ZQsXePsawPgIvXsnVuPolteANesGV14vJWfky8nVz4yccM4rTM/s1600/thhor_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg_LUMB-tOjg6R6e22GUnawl0_9nDAgcaazHG3aOby5PX8byvOcSxtGniX4lHp8vjM5CoOAlgkhTw1tjE28Y6z2x-D9ZQsXePsawPgIvXsnVuPolteANesGV14vJWfky8nVz4yccM4rTM/s1600/thhor_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.idntimes.com/science/discovery/amelia-solekha/improvisasi-thor-marvel-dalam-mitologi-nordik-c1c2">Sumber</a>.</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Semacam, orang yang sangat berhati-hati sekalipun dapat tertular covid-19 akibat orang lain yang terlalu santai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sebetulnya Indonesia yang terlambat ambil start terjangkiti Covid-19 ini termasuk beruntung. Kita akhirnya dapat belajar dari pengalaman negara lain. Tahu, dong, bagaimana korban Covid-19 di sebuah negara di Eropa membludak karena abai dengan pesan pencegahan dan penularan virus. Santai pisan, lah. Setelah korban berjatuhan, jadi pusing sendiri karena Covid-19 tidaklah main-main dampaknya. Supaya tidak seperti itu, makanya sebaiknya kita masuk ke tengah-tengah saja: <b>kubu waspada</b>. Anti panik tapi juga tidak santai apalagi abai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Cara paling mudah, salah satunya dengan setop menyebar <i>hoax</i>. Kita tidak perlu menikmati “hidangan” berita yang belum jelas juntrungannya. Kecuali ada press release resmi tentangnya (sampai bosen kali ya, lihat Bapak Akhmad Yurianto di TV hehe). Karena <i>hoax</i> dapat menjadi sumber kepanikan ataupun ke-over-santuy-an nomor satu. Dapat berita <i>hoax</i> tentang senjata pemusnah masal misalnya, jadi kubu panik. Dapat berita <i>hoax</i> tentang mengabaikan larangan ta’lim rame-rame, jadi kubu santai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Yah. Akhirnya semua memang akan menjadi qodarulloh sih. Tapi ikhtiar kan sudah jadi sunatulloh. Bismillah. Yuk, gabung ke kubu waspada saja lah. Jangan lupa tawakal.</span></div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-52599834874764279052020-04-20T23:47:00.004+07:002020-04-26T09:46:28.679+07:00Diselimuti Corona (Cerita Corona 1)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="p1" style="font-stretch: normal; line-height: normal;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span class="s1" style="color: #454545;">S</span><span style="color: #454545;">ampai detik ini saya masih berharap bahwa Corona, sesuai definisi yang biasa saya tahu, adalah bagian dari matahari. Ia berada di lapisan atmosfer terluar serupa selimut bagi matahari. Kini, bersamaan dengan bergesernya makna corona yang kita tahu, ia tidak hanya sangat berbahaya, akan tetapi ia telah menyelimuti bumi. Membuat manusia-manusia menjadi sakit. Menular dan menjalar sangat cepat. Dan dikenal juga dengan nama Covid-19.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEf_tFqsrUDVQ94o4IPFmOSDInY938AagUzEsKPdo11sE1nCIeY_MoHT5rtUOm0XmV_vRUepJieQyhNkkmknm0ZcY5kD8imQP0I5MW2tlqN_CTf7-Ij61tmenYkhPFXjdOz6qw2Lgcv80/s1600/corona_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="454" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEf_tFqsrUDVQ94o4IPFmOSDInY938AagUzEsKPdo11sE1nCIeY_MoHT5rtUOm0XmV_vRUepJieQyhNkkmknm0ZcY5kD8imQP0I5MW2tlqN_CTf7-Ij61tmenYkhPFXjdOz6qw2Lgcv80/s1600/corona_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Add caption</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;">“Hidup segan, mati tak mau”. Mungkin inilah istilah yang tepat untuk merujuk sifat virus secara umum. Karena, tanpa sel inang yang diserangnya, dengan perangkat hidup seadanya itu, dia akan dorman dan tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali kecuali adanya asam nukleat sebagai identitas genetiknya. Jika memahami konsep benalu misalnya, yaa kita tidak dapat menyalahkan sifat makhluk yang seperti ini. Memang begitulah sunatulloh-nya, begitulah cara mereka hidup. Dengan menumpang pada yang hidup dan akhirnya si inang ini memunculkan gejala penolakan berupa penyakit. Dalam hal Covid-19 ini, sesak nafas, batuk yang tak kunjung reda, dan lain-lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;">(Btw konsep “menumpang hidup” ini mirip seperti konsep virus dong, hi-hi).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="color: #454545; font-family: inherit;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;">Jujur saya sudah tidak terlalu mengikuti berita tentang Covid-19 lagi. Sejak diumumkan pasien zero di Indonesia 2 Maret 2020 lalu, rasanya semua menggelinding seperti bola salju. Membesar dan terus membesar. Belum jika ditambah isu dan <i>hoax </i>yang ikut terbawa menggelinding itu. Duh.. tentu awal-awal, sebagai ibu dari bayi yang belum genap setahun umurnya, mana bisa saya tenang-tenang saja?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #454545; font-family: inherit;">Merinding kalau membayangkan saya harus berpisah dengan suami atau anak gara-gara makhluk tak kasat mata yang hidupnya saja ambigu ini. Namun semua telah dan masih terjadi. Semoga kita dapat memaksimalkan ikhtiar dan do’a agar semua sehat tanpa cela.</span></div>
</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-11422649161736081302019-12-09T21:22:00.000+07:002019-12-22T21:24:55.472+07:00Hikmah Hijrah: Sahabat Rosul, Kaab Bin Malik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">(Kisah ini disadur berkenaan dengan materi Kuliah Online Bengkel Diri Level 1).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaab Bin Malik adalah seorang pemuda Anshor, yang hijrah karena kekhilafan. Salah satu dari tujuh puluh peserta Baiat Aqobat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi Kaab saat perang akan berlangsung:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Tabuk berjarak sekitar 500 Km dari Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Cuaca saat itu sangat panas (kurleb 50 derajat Celcius).</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Medan menuju Tabuk sulit, banyak mafaza (gunung pasir).</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Lawan perang adalah tentara Romawi yang kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Di Madinah sedang panen kurma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Badan Kaab sangat fit, dan saat itu kekayaan Kaab cukup untuk akomodasi perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDaPt60ARkV6pz5vKXdwgedj-ofT23moYR0nopF0miJ2KbrxUKL47Ma90_qDb2AHo3sdq7HUctuNVfbAKulHX25uE0S6GltGVYzxqRyxxu7xfy43TUc_E5wZANK5hXGqWe3dGEcp8Y11c/s1600/WhatsApp+Image+2019-12-22+at+12.54.23_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="599" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDaPt60ARkV6pz5vKXdwgedj-ofT23moYR0nopF0miJ2KbrxUKL47Ma90_qDb2AHo3sdq7HUctuNVfbAKulHX25uE0S6GltGVYzxqRyxxu7xfy43TUc_E5wZANK5hXGqWe3dGEcp8Y11c/s1600/WhatsApp+Image+2019-12-22+at+12.54.23_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hijrah. As Seen On @tweedledew's IG.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rosululloh sengaja mengumumkan rencana perang ini untuk menguji keimanan dan kesetiaan umat saat itu. Dan alhasil, saat itu banyak.. sekali sahabat yang ikut perang dimana saking banyaknya, jika ada yang tidak ikut pun, niscaya tidak akan ketahuan. Begitu besar perang tersebut dimana keempat sahabat nabi pun berlomba-lomba dalam kebaikan, dalam berperang dan berinfaq. Utsman berinfaq 1000 Dinar. Umar menginfaqkan 50% hartanya. Abu Bakar menginfaqkan seluruh hartanya. Sementara Ali Bin Abi Talib diberi amanah untuk menjaga wanita dan anak-anak yg ditinggal perang di Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaab berujar bahwa ia pasti bisa menyiapkan perbekalan perang jika mau. Ia lupa bertawakkal dan mengucap insya Allah pada pernyataannya ini. Kemudian ia pun terus dan terus menunda mempersiapkan perbekalan tersebut hingga akhirnya, Rosululloh & para sahabat pun berangkat meninggalkan ia ke medan perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br /><br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, Kaab baru sadar bhw ternyata hanya ada 4 kelompok yg tdk ikut Perang Tabuk di Madinah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Diberi tugas khusus (seperti Ali)</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Wanita, anak2 & orang sakit</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Orang munafik</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre;"> </span>⁃<span style="white-space: pre;"> </span>Kaab & dua orang lainnya (Murorotur Robi & Hilal Bin Umayah - sama-sama orang sholeh juga).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata benar perkiraan Kaab. Rosul tidak ingat akan kehadirannya hingga beliau sampai ke Tabuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepulangnya Rosul dari Perang Tabuk, sekumpulan pemuda yang tidak ikut berperang berbondong-bondong menemui beliau untuk menyampaikan alasan mereka. Tak terkecuali Kaab. Mereka semua mengatakan alasan-alasan yang diada-adakan dan Rosul pun mengistigfarkan mereka. Sementara Kaab secara jujur mengatakan bahwa ia tidak punya alasan untuk tidak berperang. Rosul memuji kejujuran tersebut dan menyuruh Kaab menunggu wahyu Alloh akan pengampunan kesalahan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sanak famili Kaab dari Bani Salimah sempat mempengaruhi Kaab supaya merevisi keterangan yang td dan mencari alasan lain supaya Rosul memohonkan ampunan untuknya seperti orang-orang lain. Kaab pun sempat ingin mengubah pernyataannya tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, Kaab tidak jadi merevisi kejujurannya. Kemudian akhirnya Rosululloh memutuskan, untuk menguji apakah Kaab terkena virus munafik atau tidak, hukuman untuknya adalah diboikot/dikucilkan selama 50 hari. karena orang munafik tidak akan tahan didiamkan selama 50 hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di pekan ketiga, Kaab mulai merasa suntuk dan memberanikan diri menyapa sepupunya, Abu Qotada. Ia bertanya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bisakah anda bersaksi bahwa saya beriman & tidak termasuk orang munafik?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata beliau pun mendiamkan Kaab. Ketika ditanya untuk ketiga kalinya, Abu Qotada menjawab: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hanya Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaab menemui Rosululloh dan mengucap salam, namun Rosul pun tidak menjawab. Akan tetapi Rosul menatapnya saat ia mendirikan solat. Kaab pun lega karena ternyata Rosul masih menaruh perhatian padanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu pula, tiba-tiba ada surat dari Raja Ghasann yg beragama Nasrani untuk memberi suaka kepada Kaab demi mendengar kabar bahwa Kaab telah dikucilkan sekian lamanya. Kaab langsung membakar surat tersebut supaya tdk tergoda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di hari ke-40, Kaab diperintahkan untuk menjauhi istrinya. Kemudian di hari ke-50, Kaab solat Subuh di atas atap rumahnya. Ba’da solat, tiba-tiba ada suara serua,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hai, Kaab! Absyir! (Bergembiralah).”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata Rosul telah mengumumkan bahwa taubat Kaab telah diterima oleh Alloh. Sangking gembiranya, maka Kaab pun segera sujud syukur dan memberikan pakaian yang dikenakannya saat solat Shubuh ini kepada sang penyeru kabar gembira.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaab segera menghadap Rosul ke masjid. Lalu Rosul menyambut,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“<b>Wahai Kaab bergembiralah, karena ini adalah hari terbaik sejak engkau dilahirkan</b>.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Kaab bertanya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah berakhirnya pemboikotan ini, berasal dari Rosul atau dari Alloh?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rosul menjawab,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini dari sisi Alloh.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaab kemudian duduk di hadapan Rosul dan menyatakan bahwa ia telah bernazar menyedekahkan sebagian hartanya saat taubat ini diterima.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hikmah:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><b>Jangan lupa tawakkal & melibatkan Alloh dalam setiap urusan</b>. Kaab tidak mengucap “<i>insyaa Alloh</i>” saat berjanji dan berencana menyiapkan perbekalan perang.</li>
<li><b>Jangan menunda-nunda</b> urusan; penunda adalah bala tentara syaithon. Salah satu sebab utama Kaab melewatkan perang Tabuk adalah karena Kaab menunda-nunda.</li>
<li>Perhatikan lingkungan kita; <b>berada di lingkungan yang kurang baik sekuat apapun iman kita mempunyai risiko kita ikut terjerumus menjadi tidak baik pula.</b></li>
<li><b>Manusia punya sifat dapat berubah</b>; bahkan sekaliber Kaab pun sempat ragu akan pendiriannya saat beberapa orang dari Bani Salimah, saudara-saudaranya sendiri, mempersuasinya supaya merevisi pernyataan jujurnya. Apalagi kita. Hikmah ini dapat kita gunakan dalam upaya dakwah Islam. Bahwa semua orang bisa berubah. Jadi jangan pesimistis.</li>
<li><b>Saat ada godaan berbuat maksiat hadir, segera tegas katakan tidak</b> sebelum terlambat akhirnya. Kaab mendapat surat ajakan bergabung dari Ghassan Raja Nasrani, namun Kaab segera menolak dengan membakar surat ajakannya.</li>
<li><b>Jika tujuannya untuk “mendidik”, hukuman sosial seperti mendiamkan lebih dari 3 hari, asal bukan untuk masalah pribadi, maka dibolehkan</b>. Kaab telah mangkir dari salah satu perang yang penting di masa itu, sehingga hukuman terbaiknya adalah mendiamkan selama 50 hari.</li>
<li><b>Vitalnya peran istri dalam rumah tangga</b>, dalam membesarkan hati suami. Inilah yg membuat Kaab bertahan hingga 40 hari dijauhi khalayak. Karena ia masih mendapat dukungan istrinya.</li>
<li><b>Fastabiqul khoyrot</b>; berlomba-lomba dalam kebaikan, seperti saat para sahabat berlomba menyampaikan diterimanya tobat Kaab.</li>
<li><b>Definisi hari terbaik bagi orang Mu’min</b> <b>adalah hari saat kita hijrah dan taubat</b>. Rosul menyambut Kaab dengan kalimat tersebut saat Kaab menghadapnya di hari saat Kaab diterima taubatnya oleh Alloh.</li>
<li><b>Ridho Alloh di atas segalanya</b>. Kaab baru merasa lega saat taubatnya diterima Alloh, tidak hanya ridho rosul.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Wallohu'alam bish showwab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Disarikan dari Podcast The Rabbaanians by Ustadz Nuzul Dzikri)</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3988425335019494779.post-24947997687641939072019-08-21T00:40:00.000+07:002019-10-04T13:41:32.287+07:00Kembali, Mungkin Terakhir Kali<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Saya rada anti sama kata “terakhir”. Seringnya orang-orang menyebut kata itu dengan tidak benar-benar bermaksud sebagaimana seharusnya. “<i>Janji, ini terakhir kali gue belanja </i>online<i> bulan ini.</i>” Atau, “<i>Terakhir makan mie instan kayaknya sebulan lalu sih</i>”. Atau, “<i>kamu adalah cinta terakhirku!</i>” (Kemudian yang mendengar tersiksa harus menahan gumoh).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi “Terakhir” juga sering dijadikan dalih, supaya orang jadi lebih waspada dan memanfaatkan momen. “<i>Jangan sering-sering marahan dengan pasangan, kita tidak pernah tahu kapan momen terakhir dengan mereka akan terjadi</i>”. (Yang ini jujur membuat pengetikan <i>draft blog</i> terganggu isak tertahan membayangkan betapa sedihnya jika ini terjadi).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhezELylj7xuyhQY2L_zpSkZfW6RW4FXJPpXr8hUUpinhtbVNLx_WcnJmWcFQNG1sNUQrPSGg1HE8E1U6NaFxxOaEFqztSm4cD31rH6houbJPfiWdC-ugObS-YXtIBPynAYCd0j_h1wdSM/s1600/20180707-Kosan-Kayuringin2_tn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="837" data-original-width="800" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhezELylj7xuyhQY2L_zpSkZfW6RW4FXJPpXr8hUUpinhtbVNLx_WcnJmWcFQNG1sNUQrPSGg1HE8E1U6NaFxxOaEFqztSm4cD31rH6houbJPfiWdC-ugObS-YXtIBPynAYCd0j_h1wdSM/s1600/20180707-Kosan-Kayuringin2_tn.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Illustration by me.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya. Sebulan lebih kami ‘mengungsi’ di Sumedang, ke haribaan kenyamanan orang tua sebagai dalih membantu pengurusan si anggota keluarga termuda yang belum genap tiga bulan itu. Memang sangat nyaman, sih, ya. Saking nyamannya jadi keenakan. Kebiasaan! Makanya, begitu tiba di rumah (kontrakan) di Bekasi itu, perasaan aneh jadi membuncah. Sebulan saja tapi berasa lamaaa sekali. Seperti sudah setahun, dan kenangan akan kebersamaan di rumah itu menyerbu tiba-tiba. Terbayang, rumah sebesar ini, betapa sepinya, ditinggali oleh Apa-nya Faruki sendirian setiap Senin sampai Jum’at. Yang biasanya setiap pagi sarapan bersama masakan (coba-coba) istrinya, bareng-bareng kerjasama memandikan Faruki, lalu diantar berangkat kerja sampai gerbang rumah sambil dadah-dadah, dan setiap pulang kerja disambut segelas air berasa atau bersuhu, kemudian menutup hari melalui tidur dengan melihat istri dan anak di sebelahnya. Lalu tiba-tiba menghilang selama sebulanan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br /><br />
<div style="text-align: justify;">
Sebagian orang akan berpikir bahwa “ketergantungan” ini lemah. Namun bagi kami justru inilah sumber kekuatan. Yang merekatkan ikatan antara kami sehingga semakin kuat dan harmonis. Yang jadi komitmen kami sejak sebelum memutuskan menikah dan berkeluarga. Iya. Bersama dimanapun kapanpun. Makanya, ketidakbersamaan menjadi janggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Btw, kepulangan ini, mungkin akan jadi kepulangan kami yang terakhir di kota ini. Saya gak pernah tahu ke mana nasib dan takdir akan membawa keluarga kecil kami ke depannya. Berdoa yang terbaik menjadi senjata kami. Kebersamaan kami, menjadi kekuatan kami. Insya Alloh selalu demikian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus, hari-hari yang (bisa jadi) terakhir ini, ternyata berjalan lumayan cepat sih. Saya jadi punya bucket list sebelum pindahan lagi (hi-hi). Misalnya mengajak Faruki ke CFD, atau berfoto di monumen-monumen penting di sini. Yaaa hal-hal yang memang baru terpikirkan jika kita akan menjalani hari-hari terakhir di suatu tempat sih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan, ah! Ada hal-hal yang terlambat juga untuk dilakukan. Jadi agak menyesal, kenapa tidak sejak lama dilakukan ya? Misalnya.. <i>explore</i> Jakarta! He-he. Daya tarik kaum urbanisasian sih. Bukan mall-nya (apa banget ya kalau ke suatu tempat malah nyari mall), tapi <i>spot-spot </i>menarik lain yang mungkin tidak lagi sedekat itu untuk dicapai tanpa macet (karena lewat Cipularang dulu). Museum, tempat-tempat bersejarah, <i>event-event</i> ngegambar..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup juga harusnya 'gitu, bukan? Seperti. Jangan su’udzon ke pasangan & kurangi berargumen. Banyak berbuat baik, dan beribadah, siapa tahu hari-hari ini jadi hari terakhir kita hidup. Siapa tahu nanti kita akan merasa terlambat harus menjalaninya. Lima perkara sebelum lima perkara, kalau kata Rosululloh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siapa tahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Lah nulis ginian tengah malam buta, jadi takut hu-hu).</div>
</div>
D. Isnaini Fadhilahhttp://www.blogger.com/profile/09094090925061069467noreply@blogger.com0