9.10.12

The Gray Area

I am an over thinker. Yeah, that's for sure. Ini topik yang kontroversial dan saya katakan di awal bahwa saya belum menentukan sikap dalam hal ini.

***
This activity is killing me.
Jadi beberapa hari ini tiba-tiba aku terngiang lagi dengan wacana yang sering sekali kudengar sejak aku masih SD. Ya. Bahwa menggambar makhluk bernyawa itu haram untuk orang muslim. Dalilnya? Banyak sih. Terutama di hadits. Aku yang gak tau banyak tentang kualitas hadits, tetap saja gak menemukan banyak cara untuk berkilah atau bahkan mencari pembenaran. Sempat pas SD sampai dengan SMP itu aku berhenti menggambar makhluk bernyawa (mostly, human. because human is the most perfect creature, yet the most amazing object to draw).

Terus pas SMA, aku baca dari salah satu majalah Islami, yang pas banget sedang membahas mengenai hal ini (mereka bilang namanya "tashwir"). Ulamanya bilang, kalau hukum mengenai haram atau tidaknya menggambar makhluk bernyawa, saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama itu sendiri. Dan, sepanjang apa yang kamu gambar itu tidak dimaksudkan untuk maksiat, atau disembah, apapun itu, maka ya boleh-boleh saja. Lagian, aku lihat-lihat, buku-buku islami zaman sekarang juga banyak yang menggunakan ilustrasi orang, belum lagi komik-komik Islami sebagai media dakwah. Memang sih, suatu hal apapun, ketika banyak orang yang melakukan, bukan berarti hal tersebut jadi boleh dilakukan. Akan tetapi balik lagi ke masalah tadi. Masa sih, mereka yang notabene sedang berdakwah itu, tidak tau, atau justru mengabaikan hukum tashwir ini, sedangkan orang-orang yang pro dengan larangan itu, sangat-sangat stick dengan aturan tersebut? 

Aku, terus terang, cuma orang yang dangkal. Sejak aku "menemukan" excuse yang dibilang ulama di majalah itu (FYI, majalahnya terkenal lho, dan insyaAllah, mereka gak hire ustadz sembarangan), sampai lulus kuliah aku melupakan "larangan" itu. Dan entah kebetulan atau apa, memang waktu kuliah itu gak ada seorang pun yang mengingatkan tentang itu. Tiba-tiba saja,  saat ini, saat aku sudah dewasa, ada orang yang kembali mengingatkan. Ini terus terang sangat membuatku gelisah. Entahlah. Aku tentu saja tidak diam saja. Aku browsing di internet, cari-cari dalilnya (aku gak akan lampirin di sini ya, takutnya hadits-nya gak shahih atau gimana gitu), nanya temenku yang ustadz, nanya-nanya orang-orang yang juga lebih tau... Dan ternyata memang selalu ada "pro" dan "kontra".

Well kenapa sekarang aku jadi concern? Karena ada satu hadits yang memukul aku dengan telak. Di dalamnya dibilang, "orang yang paling keras siksanya di neraka adalah para perupa". Oh My God. Saya adalah perupa. Sudah jutaan gambar saya bikin. Hampir semuanya gambar orang. Terus bagaimana nasib saya? Ke mana saya harus berpihak? Dan tentu saja, keberpihakan ini, tidak boleh karena saya ada di posisi perupa, yang diuntungkan apabila menjadi orang yang "kontra".

Sebenarnya...

Aku punya satu mimpi besar. Aku ingin jadi ilustrator buku anak. Alasannya sederhana. Dulu, ketika aku masih TK, aku menemukan satu buku cerita bergambar pertamaku. Dan aku sangat-sangat menyukai buku itu. Sampai-sampai aku merengek pada guru TK-ku supaya buku itu bisa kupinjam ke rumah. Sejak itu aku kecanduan buku bergambar. Gak sih, aku memang sudah suka menggambar bahkan sebelum aku menemukan buku itu. (ini ceritanya).
Salah satu buku favoritku, tapi ini bukan yang kuceritakan di sini.
Terus..apakah salah, jika aku ingin anak-anak lain juga merasakan kebahagiaan yang sama seperti aku saat melihat buku bergambar berwarna-warni itu? Lagipula, saat ini, kalau kebetulan keponakanku yang masih kecil-kecil itu main ke rumah, mereka pasti minta dibikinkan gambar. Dan mereka sangat senang. Memang sih, kudengar, kalau untuk keperluan menyenangkan anak kecil, gambar ataupun boneka, itu boleh-boleh saja dibikin. Tapi tidakkah itu juga dapat memberikan keinginan pada si anak tersebut, untuk kemudian meniru gambar itu dan menjadikannya hobi? Seperti kasus yang terjadi padaku.

Kalau pada akhirnya jadi begitu, di mana buku bergambar malah membuat anak itu senang menggambar orang misalnya, apakah si ilustrator itu menjadi dipersalahkan juga? Area abu-abu selalu membuat ragu-ragu. Saya tidak ingin tersesat. Tapi kembali lagi, bahwa semua amal itu bergantung niat. Orang boleh beranalogi, "kalau kamu bilang kayak gitu, apa orang yang mencuri untuk dibagi-bagikan ke orang miskin (kayak Robin Hood) itu jadi benar?". Tidak seperti itu. Karena mencuri itu sudah jelas haram. Kalau menggambar makhluk bernyawa? Kayaknya perlu analisis lebih jauh deh. Belum lagi dengan kasus membuat foto atau menyablon. Kenapa kedua hal itu dibolehkan kalau zaman dulu bahkan belum ada hukumnya. Aku gak tau!

Sementara ini mungkin aku belum akan berhenti menggambar. Bagaimanapun, insya Allah, niatku tidak buruk. Dan Allah Maha Tahu. Maka kukembalikan lagi semuanya pada-Nya. Semoga kita semua senantiasa diberi petunjuk. Amiin.

*punya pendapat atau apapun yang ingin dibagi soal ini? Simply kirim email ke: tweedledew[at]yahoo[dot]co[dot]id