10.1.21

Let's Read: Bawa Ia Ke Dunia Nyata Bersama Si Kecil

Dewasa ini, kita sudah sering mendengar anak bayi yang "diasuh" gawai sementara orang tuanya pontang-panting menyelesaikan pekerjaan kantoran (yang kini dibawa ke rumah berkat pandemi), atau tugas domestik si perfeksionis dimana masakan di rumah harus terdiri atas empat macam dan semua baju harus tersetrika rapi. Padahal, menikmati gawai sebelum usia mereka dua tahun, sebetulnya tidak disarankan sebagaimana dilansir oleh WHO .




Bagaimana dengan Faruki?

Jujur saja. Faruki sudah nonton TV sejak usianya delapan bulan. Tidak benar-benar menonton, tentunya. TV hanya menyala saja di rumah sebagai suara latar. Supaya kami tidak benar-benar merasa hanya berdua saja saat Appa-nya kerja. Lalu di usianya yang ke lima belas bulan, ia mulai kenal laptop dan Youtube. Bermula dari akal-akalan Anbu supaya ia mau makan. Iya, iya. Memang ini salah. Bermain bersama sudah paling bagus, setuju?

Saat ini saya sedang merasakan pahitnya permisif terhadap gawai - yang walaupun tidak berlebihan, namun tetap terlalu dini - dimana Faruki belum mempunya kosa kata sebanyak anak lain yang seusianya menurut milestones tumbuh kembang. Padahal sejak hamil, kami membacakan buku untuknya. Saat ia masih bayi pun, ia disusui sambil dibacakan buku. Sekarang pun masih ada rutinitas membaca buku setiap harinya. Lalu, kenapa semua rasanya runtuh gara-gara sebongkah gawai saja?