Apakah mungkin Kenangan hanya fasilitas yang diciptakan Waktu untuk menghukum manusia? - Sabda Armandio, Kamu Cerita Yang Tidak Perlu Dipercaya (2015).
Kadang-kadang saya mikir, gimana rasanya menjadi tua? Dimana kamu tidak punya banyak kemampuan yang tersisa yang biasanya kamu ahli. Dimana kamu sudah gak mampu ke mana-mana, sakit, lemah, dan ruang gerak kamu menjadi terbatas. Kamu yang biasanya lincah, pengembara, aktif, tiba-tiba ruang gerakmu dibatasi menjadi di sekeliling rumah saja.
Menjalani rutinitas terbatas setiap harinya, maha membosankan namun memang tidak ada hal baru yang bisa kamu lakukan - bahkan diingat secara jangka panjang. Oleh karenanya bertahun-tahun kamu menjadi tidak punya pengalaman baru, dan satu-satunya obrolan yang bisa kamu bagi hanyalah kenangan yang kamu masih ingat jelas. Kenangan yang tersimpan lama, jauh sebelum kamu menua, jauh sebelum kamu berhenti lincah, mengembara, aktif, dan jauh sebelum ruang gerak kamu dibatasi. Yup. Pada akhirnya yang tersisa hanya kenangan.
Memory, Agent Starling, is what I have instead of a view - Hannibal Lecter, in The Silence of The Lambs (1991).
Ini dimulai saat saya mengamati nenek saya di rumah. Usianya sudah di atas delapan puluh. Penyakit beliau sudah bermacam-macam sekali. Untuk berjalan pun beliau sudah susah. Sejak belasan tahun lalu beliau sudah tidak pernah ke mana-mana lagi. Ruang gerak beliau jadi terbatas sekali. Rumah. Ruangan ke ruangan. Halaman depan. Sudah. Begitu pun orang. Hanya bertemu anak dan cucu setiap hari. Tetangga sesekali. Tukang gorengan yang mampir beberapa hari sekali. Dipanggil cuma kalau pingin jajan.