21.4.14

Bagaimana Rasanya Merantau?

Kebeneran nih, hari ini Hari Kartini. Entah kenapa saya jadi tertarik baca-baca soal emansipasi dan feminisme. Tapi karena pemahaman saya masih dangkal.. yah.. let's skip that part. Yang jelas, saya 'gak tau ya apakah RA Kartini itu secara signifikan membantu kebangkitan hak-hak kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan, tapi well, it's a good hype. Alhamdulillah saya hidup di zaman sekarang dimana kesempatan belajar (dan bekerja) terbuka seluas-luasnya buat para perempuan. Dan di kerjaan saya yang ini, saya dituntut untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikir oleh saya sebelumnya: merantau. Orang-orang sering nanya ke saya:

Bagaimana rasanya merantau?



Hmm.. gimana ya jawabnya. Jujur ya, dulu, waktu saya masih kecil, masih jadi mahasiswa, saya seringkali 'gak habis pikir dengan teman-teman saya yang merantau cuma buat kuliah doank. Mending ya kalau dia berasal dari daerah yang memang gak ada kampusnya. Lha kalau yang berasal dari kota besar dengan kampus mentereng? Agak ajaib memang mengingat sebenernya mereka bakalan banyak hemat macam-macam kalau seandainya gak merantau.

Eits tapi jangan pada nyinyir dulu baca paragraf awal tadi. Karena pikiran tersebut benar-benar sudah kadaluarsa alias saya sudah berubah pikiran. Kenapa? Well, sudah saya bilang di awal.. sekarang saya juga merantau! Saya pengembara! (kemudian saya langsung inget Kenshin si "kakak pengembara" hehe..absurd).


Terus gimana rasanya mengembara?

9.4.14

Kategorisasi: Salah Kaprah?

"Golongan darah kamu pasti B ya?"

"Kenapa emangnya?"

"Ya pas lihat baju kamu kemarin yang rada-rada mencolok itu, menunjukkan kalau kamu suka banget diperhatiin dan akan jealous kalau perhatian tersebut gak kamu dapatkan. Terus lihat sifat kamu yang akan sanguine di zona nyamanmu saja, kayaknya kamu beneran B. Bener kan?"

"Kok gitu?"


Kemudian percakapan berlanjut. Teman baruku, atau lebih tepat dibilang, rekan baru di kantorku, menjelaskan bagaimana dia bisa tahu golongan darah orang dari sedikit observasi saja. Saya hanya mengangguk-ngangguk karena tebakan dia bener soal golongan darah saya. Terkesan sih. Walaupun gak semua yang dia bilang betul. Ni orang berarti daya observasinya bagus nih, pikir saya.

Saya juga jadi teringat betapa waktu SMP saya sangat tergila-gila dengan Astrologi alias Horoskop. Saya berusaha menghapus ingatan itu tapi ya gimana lagi, saya terlanjur ingat semua. Jadi kalau tanpa sengaja saya tahu tanggal lahir orang (dan tentu jadi tahu zodiaknya juga) maka alam bawah sadar saya langsung mengkategorikan orang tersebut ke dalam sebuah list di pikiran saya. Jadi ada daftar "orang yang bisa diajak berteman" dan "orang yang kayaknya gak bakalan nyambung". Itu terjadi begitu saja!