9.4.14

Kategorisasi: Salah Kaprah?

"Golongan darah kamu pasti B ya?"

"Kenapa emangnya?"

"Ya pas lihat baju kamu kemarin yang rada-rada mencolok itu, menunjukkan kalau kamu suka banget diperhatiin dan akan jealous kalau perhatian tersebut gak kamu dapatkan. Terus lihat sifat kamu yang akan sanguine di zona nyamanmu saja, kayaknya kamu beneran B. Bener kan?"

"Kok gitu?"


Kemudian percakapan berlanjut. Teman baruku, atau lebih tepat dibilang, rekan baru di kantorku, menjelaskan bagaimana dia bisa tahu golongan darah orang dari sedikit observasi saja. Saya hanya mengangguk-ngangguk karena tebakan dia bener soal golongan darah saya. Terkesan sih. Walaupun gak semua yang dia bilang betul. Ni orang berarti daya observasinya bagus nih, pikir saya.

Saya juga jadi teringat betapa waktu SMP saya sangat tergila-gila dengan Astrologi alias Horoskop. Saya berusaha menghapus ingatan itu tapi ya gimana lagi, saya terlanjur ingat semua. Jadi kalau tanpa sengaja saya tahu tanggal lahir orang (dan tentu jadi tahu zodiaknya juga) maka alam bawah sadar saya langsung mengkategorikan orang tersebut ke dalam sebuah list di pikiran saya. Jadi ada daftar "orang yang bisa diajak berteman" dan "orang yang kayaknya gak bakalan nyambung". Itu terjadi begitu saja!

Oke. Ini memang salah. Perlu digarisbawahi bahwa saya sama sekali gak percaya ramalan bintang. Yang saya gak bisa lupain cuma sifat dasar orang berdasarkan ramalan bintang. Semacam, kalau Leo itu tipe pemimpin, terus Virgo gampang kesinggung, dsb. (Maaf ya kalau ini menyinggung). Tapi pengalaman hidup saya membuktikan bahwa filter itu banyak benernya. Pas saya inget-inget lagi, teman-teman deket saya kebanyakan berzodiak Taurus atau Scorpio. Itu gak direncanakan sih. Alami banget. Hayoh, bagaimana menjelaskan hal ini?

Eh tapi enggak juga sih. One of my best friends, malah berzodiak Aquarius. Padahal dibilangnya Capricorn dan Aquarius itu gak cocok. Ternyata kami bisa break the rules, karena omongan aku dan dia gak ada yang gak nyambung. Hehe.

Kembali ke cerita saya yang tadi, bahwa kemudian saya tersentak dan berusaha melupakan kata-kata dia. Kenapa? Saya pikir segala macam generalisasi yang mengkategorisasikan orang berdasarkan golongan darah, atau astrologi, atau sifat psikologis macam "sanguinis, koleris, plegmatis, melankolis" itu, hanya akan membuat saya tersugesti dan melabeli diri sendiri. Mending ya kalau labelnya bagus. Lah kalau negatif? Terlebih, ketika kamu mendengar penggolongan tersebut dari orang yang baru kenal, dengan cara penyampaian yang nggak banget. Mending ya kalau kita nyari sendiri, kayak misalnya nge-like Fanpage di FB dan setelah membaca penggambaran tentang diri sendiri kemudian jadi senyum ngangguk-ngangguk atau geleng-geleng sambil mikir "ah nggak juga".

My face was like, "seriously?"
Intinya menurut saya janganlah terlalu banyak mencari tahu tentang diri sendiri, atau minta diramalin sifat, atau hal-hal semacam itu. Alami aja. Yang begituan bukan untuk dijadikan pembenaran, tapi buat introspeksi semata kalau-kalau memang bener. Hidup bukanlah tentang "mencari jati diri", tapi tentang "memperbaiki jati diri". #imho

P. S: I think I can't keep up my promise as I told you I will post some of my travelling (abroad! yes, the very first time it is) photos here. Not that the photos are bad taken, but well, let's just keep everything personal to myself. Hehe.

No comments:

Post a Comment

WOW Thank you!