6.8.14

Memilih Lingkaran

in·ner cir·cle
noun
  1. an exclusive group close to the center of power of an organization or movement, regarded as elitist and secretive.

Sejak jadi pengembara, bisa dikatakan saya beberapa kali berganti teman, atau kerennya sih "inner circle" alias lingkaran orang-orang yang sering barengan, kalau gak dikatakan geng. Walaupun tolok ukur jumlah teman tidak bisa dilihat dari jumlah teman di FB, follower di twitter ataupun Path. Well, mostly, teman di FB adalah semua orang yang kita kenal ditambah dengan orang yang punya teman yang sama dengan kita (mutual friends, dan jumlahnya bercabang-cabang), plus orang yang punya bisnis terus nge-Add kita, dsb. Twitter, lebih ke selera juga sih. Kadang orang-orang yang nge-follow kita itu entah siapa lah. Path? Dalam kasus saya, Path selain isinya teman seangkatan kuliah, seangkatan kerja, dan beberapa alumni satu sekolah (yang masih deket), isinya juga partner kerja yang kita kenal dan kebetulan pas hang out, dia ada dan mau di-tag gitu. Terus karena saya sudah pernah mutasi beberapa kali, maka teman kantor saya menjadi banyak banget. Ya.. gak semuanya dekat. Kenal biasa aja kebanyakan. So, where are my real friends?

Sumber
What we see isn't always what it means to be. Seperti, ada temanku yang kurasa cukup populer. Orangnya juga asik. Setiap nge-post di Path pasti emoticon atau komennya banyak. Ya.. yang komen sih biasanya itu-itu aja. Tapi tetep aja kalau gak temennya memang tukang komen, dia mungkin populer. Tapi tau nggak, ternyata pas kemaren kita ngobrol yang serius, dia gak ngerasa teman dia sebanyak itu. Dia bilang "susah berteman sama aku". Hmm.. sama sih aku juga gitu soalnya haha. Ya maksudnya 'gak gampang nganggap seseorang itu teman walaupun dia sudah merasa kita itu sahabatnya (pernah ngalamin sendiri ini!).


Wah aku jadi keinget salah satu scene di film dorama Jepang yang judulnya Gokusen. Di situ ada karakter favorit gue banget karena diperankan oleh Jun Matsumoto dan dia sangat cool, rebel, pinter, tapi tetap selengean: Sawada Shin. Si Shin ini pernah suatu hari ditanya sama Yankumi (guru sekolahnya):

Yankumi dan Sawada Shin.
Yankumi : Sawada, seharusnya kamu bersikap lebih baik sama teman-temanmu!
Shin : Hah? Teman? Siapa yang kamu maksud teman? Jangan sembarangan menilai seseorang adalah teman seseorang kalau kau tidak tau apa-apa.
Yankumi : ....
Segitunya ya.. Tapi bener sih, teman itu 'kan bergantung pada selera banget. Gak bisa asal comot. Kayak dulu sih kita sering ya dibilangin, "jangan pilih-pilih teman". Lah ternyata teman itu harus dipilih lho. Gak mau kan berteman dengan orang-orang yang annoying, terus jadinya malah makan ati karena harus pura-pura senyum dan senang. Lingkaran api kali tuh ya (wutt?).

Aneh gak sih umur segini masih bahas-bahas soal teman? Hehe. Menurutku sih enggak. Karena apakah setelah tua, yang kita pikirkan menjadi bagaimana caranya bertahan hidup saja, lalu mengabaikan kehidupan sosial yang sehat? Hmm.. pantesan makin tua makin stress. Hehe.

Terus teman seperti apa sih yang sebaiknya dicomot? Ini ternyata *ehem* ada hadits-nya sih.
"Pemisalan teman yang baik dan teman yang buruk seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Kalau mau tau lebih jelas mengenai dalil di atas sih mendingan langsung baca ini deh, karena apalah blog ini kalau hanya sadur -saduran aja. Hehe.

Aku sendiri bagaimana? Hmm.. boro-boro menilai orang lain baik ato enggak, aku aja gak yakin apakah sudah menjadi teman yang baik atau enggak. Karena hey, egois sekali kamu mau punya teman yang baik sementara kamu itu siapa?? Malaikat? Hellouw.

Ohiya curcol sedikit, beberapa hari ini saya merasa bodoh dan gak jelas karena seperti saya ceritakan di sini, anggaplah saya sering ketiban cerita rahasia - saya jarang keceplosan lho, sungguh - tapi akhir-akhir ini pikiran lagi gak beres, maka mulut juga jadi gak beres dan agak ember. Huhu. Maaf deh buat yang tersakiti.

Tapi intinya, terlepas dari apakah kita sudah baik atau belum, atau apakah teman kita baik atau belum, sebaiknya kita berusaha untuk menjadi baik dan lebih baik lagi. Entah itu dalam pikiran, perkataan, ataupun perbuatan. Insya Allah, teman yang baik gak usah dicari pun datang sendiri (eh ini kok mirip konsep "jodoh". #code).

Lagiaaan... aku sendiri alhamdulillah, benar-benar alhamdulillah, karena dikelilingi orang-orang yang menarik. Tidak semuanya baik (ya karena gue juga belum baiik), tapi alhamdulillah karena mereka bisa tahan dengan keunikan dan keanehanku, sehingga kadar keburukan diri ini menurun perlahan (aamiin). Sungguh, orang yang menarik buat saya adalah berkah tersendiri. Selain itu, teman yang baik adalah salah satu bentuk rizki. Jadi, sekali lagi, benar-benar alhamdulillah deh.

Sumber
Oke jadi, bagaimana caranya memilih lingkaran? Menurut saya, teman yang baik itu saling mengingatkan, saling mendukung, dan saling menginspirasi dengan caranya masing-masing. Jadi begitu menemukan lingkaran seperti itu, betapapun minor dan kecilnya, jangan dilepasin!

Hmm..

Aku juga ingin jadi teman yang baik. Semoga sih :D

1 comment:

WOW Thank you!