27.8.14

Cinta dan Kebodohan Remeh yang Manis

CINTA?? WHAT??

Hehe.

Lupakan keterkejutan anda. Rasanya saya tiba-tiba kesamber petir (di pikiran saya) sehingga tiba-tiba ingin menulis tentang ini. Tentunya bukan cinta terhadap orang tua atau keluarga, atau orang yang dihormati, atau Tuhan. Ini cinta biasa. Yang difitrahkan antara lawan jenis, yang menuntut pada gharizah na'u alias keinginan melestarikan keturunan - pernikahan. Ini cinta biasa, dan hal-hal remeh lainnya.

Jatuh cinta rasanya kayak apa ya?

Biarlah temannya teman saya ini, sebut saja Bunga, yang menceritakannya buat kamu.

Gonna swing from a chandelier, only to play with the fear of being loved and fallen in love.
Saya, Bunga, wanita berumur dua puluh empat tahun tentu saja aneh kalau gak pernah jatuh cinta pada lawan jenis. Kalau dihitung-hitung, mungkin dua kali saya jatuh cinta. By the way, ini termasuk hal pribadi ya. Orang tua saya aja kayaknya gak tau soal ini. Teman-teman juga gak banyak yang tau. Mereka taunya saya lagi suka sama orang, ya..cuma biar keliatan normal aja (loh eh??).

Sampai suatu ketika.. JENG JENG!





There was this drop-dead gorgeous senior in my campus. By gorgeous I didn't mean that he was cute or handsome or physically interesting at all at the moment. Although all of my girls dig him. Lha bayangin aja. Salah satu senior yang aktif di himpunan, selalu dipilih jadi ketua dalam segala hal, menghilang beberapa tahun (karena S2), dan balik-balik tiba-tiba aja auranya bersinar. Denger-denger sih dia mau jadi dosen gitu. Orang bilang dia ganteng dan charming. Tapi menurutku biasa aja.


Gak mirip dengan si senior sih, tapi Keanu kan cakep ya wkwk. Sumber.
Kemudian..

Ternyata dia jadi salah satu pembimbing skripsi saya. Yang namanya pembimbing, otomatis dong saya jadi sering bimbingan dengan dia. Kebetulan sekali dia adalah salah seorang yang paling ahli di bidang yang saya ambil bahannya untuk penelitian. Orang-orang bilang dia sombong dan ketus. Tapi lama-lama kalau diperhatikan ternyata enggak loh. Dia sering bercanda juga. Dia juga baiiiiik banget. Kalau ngomong itu suaranya lembut banget, ke-kakak-an, jauh dari kesan ketus.

Usia kami terpaut jauh banget. Waktu itu saya sembilan belas dan dia dua puluh lima. Lebih cocok jadi kakak-adek. Saya jadi kayak orang gila waktu itu. Lagi di angkot aja bisa senyum-senyum sendiri sangking terkenangnya dengan dia. Gak bisa tidur juga, lah setiap malam kebawa mimpi kok (ajegile..). Bercandanya agak garing sih, tapi menurut saya itu lucu. Dia selalu dengerin curhatan saya tentang dosen, tentang skripsi, dan juga tentang keluarga pas saya dimarahin ibu, dsb. Betul-betul pendengar yang baik. Hal kecil seperti dianterin pulang ke kosan kalau sudah malem aja berasa berkesan banget. Dia dewasa banget lagi (yaiyalah umurnya 25 broo 25). Beda banget sama orang-orang yang saya liat setiap hari di kampus. Dengan intensitas pertemuan yang semakin sering, ya pembaca taulah ke mana arah cerita ini. Betul. Sepertinya, untuk pertama kalinya itulah saya suka sama orang se-suka-sukanya. (aneh ya bahasa saya).


Kalau gak jaim mungkin akan jadi seperti ini. Sumber.
Kota S ke Kota B itu jauh banget loh. Dua jam. Karena tahun terakhir, saya banyak mengambil mata kuliah dan penelitian di kampus saya yang di Kota B, ya udah deh akhirnya saya ngekost di Kota B. Padahal selain pengen nyoba tinggal di Kota B dan irit ongkos, sebetulnya itu kamuflase juga biar saya bisa sering ketemu dia. Modus brooo. Saya bahkan pernah mengambil satu mata kuliah yang tidak umum, dan anehnya berhasil membuat teman-teman saya ikutan juga (minimal harus ada 10 orang peserta kuliah itu kalau memang mau diadakan, dan trust me, susah banget mendapatkan kuliah ini - soalnya belum pernah diajarkan sebelumnya cuy!), cuma karena pasti dia yang ngajar. Pasti dia soalnya cuma dia yang ahli di bidang itu. Lalu pas dia wisuda S2, saya yang padahal gak jago bikin animasi pake Flash ini, bela-belain banget semaleman bikin sebuah animasi (tapi file-nya udah saya hapus sih) yang pokoknya so sweet banget. Niat banget yang pasti.

Lalu beberapa bulan kemudian, dia meninggalkan saya karena mau S3 ke Malaysia. Oh iya. Saya bilang belum sih kalau dia itu sudah punya pacar dan sudah mau menikah? Haha memang gitu. Sejak awal suka sama dia saya udah tau itu. Tapi gimana lagi ya.. memangnya jatuh cinta bisa diaturin gitu harus sama siapa dan kapan?? Beberapa bulan sebelum sidang sarjana, dia menikah. Saya gak datang ke nikahannya. Sampai sekarang bahkan saya belum pernah ketemu dia lagi. Mengucapkan terima kasih atas bantuannya selama saya mengerjakan skripsi aja gak sempat. Saya hanya pernah dimintai teman-teman di lab kami untuk membuat gambar orang menikah di sebuah kartu ucapan gitu. Buat dia. Gimana sih rasanya? Kamu menggambar pria yang kamu sukai, disandingkan dengan cewek, pake baju penganten, tapi cewek itu bukan kamu. Sakit banget gak sih.

*lalu terdengar lagu SPEAK NOW miliknya Taylor Swift*

Saking gilanya, sampai-sampai beberapa lama setelah itu saya terkena gejala dengue (lah kagak ada hubungannya!). Padahal lagi hectic banget dengan urusan persiapan skripsi, sidang sarjana dan ngurus transkrip. Later on bahkan mata kuliah yang saya perjuangkan di atas itu, malah gak muncul di transkrip. Padahal nilainya A. Isyarat banget mungkin kalau saya dan dia sejak awal hanya cocok jadi kakak-adek. Dia terlalu dewasa buat saya dan saya terlalu anak-anak buat dia. Kenapa saya gak sadar sejak awal ya????
OOOOH GUEEE CUMAN ADIK BUAT ELOOO?? Sumber
Cinta ternyata bisa membuat kita melakukan hal-hal yang bodoh tanpa kita sadari. For the sake of love. Unfortunately, this was a blind one.

***

Wah panjang banget yaaa hahaha. Bunga bilang, cuma satu-dua orang yang tau hal ini. Lha terus ngapain ditaro di blog saya ya?? Hehe. Terus gimana kalau si senior ini, atau teman-temannya yang waktu itu di sekeliling dia, jadi tau tentang hal ini? Ya sudahlah. Hehe. Jangan khawatir, karena nama disamarkan, Bunga gak akan marah kok. Mungkin kalau si senior itu baca, dia hanya akan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Adik kecil ini ternyata bodoh sekali, katanya.

Teringat kata-kata teman saya juga nih,
"ketika kamu bisa menceritakan masa lalu kamu dengan santai, bisa jadi itu adalah suatu pertanda kalau kamu sedang siap bergerak maju"
Bahasa kerennya, sudah move on. Benarkah? Kalau benar, well done, Bunga. Sekarang kamu bebas mencari cinta yang lain. Kata orang, dicintai itu lebih enak daripada mencintai. Menurutku itu salah. Gak enak nih, kalau harus pura-pura membalas cinta orang yang mencintai kita, dengan alasan hanya karena takut karma. Gara-gara sering dicurhatin Bunga, saya jadi takut jatuh cinta nih. Emang saya mau gitu, jadi orang bodoh kayak Bunga? Suatu saat mungkin sih ya. Saya juga manusia biasa, dan saya ingin jadi manusia yang berani. Semoga suatu saat nanti deh (gak sekarang yaaaa waktunya gak tepat).