Kali ini ada cerita mengenai pengalaman OJT pertamaku di tempat kerja. Jujur ini adalah pertama kalinya aku bekerja, maksudku, the actual job. Not the ghost-writer stuff or else. Makanya rasanya udah kayak excited, senang, tapi juga waswas. Maklum, aku punya banyak isu sosial. Seriously. Aku sering susah untuk ngomong di depan umum, atau bahkan ngomong buat sekedar ngobrol. Tapi itulah justru yang bikin aku ingin bertahan. Aku seperti ditantang untuk meminimalisir efek buruk isu tersebut. Yah..gak ngoyo juga sih. Karena prinsipku, kita emang harus nyoba, tapi please banget jangan too much alias don't try too hard! Nanti bakalan capek. Asikin aja (Ipul's quotes).
Oke, di sini kita main-main soal asumsi versus fakta tentang OJT I (my findings, of course).
OJT I kira-kira mengenai produk di dalam tangki bola ini. |
Nuansa Pagi
Nah...di tempat OJT pertama itu, ada kebiasaan unik setiap paginya. Jadi di situ ada "nuansa pagi". Pas denger pertama kali sih bingung juga ya, soalnya yang aku tau, nuansa pagi itu judul acara berita di salah satu TV swasta.
Ternyata! Itu sejenis apel pagi gitu. Waduh udah skeptis banget loh awalnya. Masalahnya, baru juga kelar dari program di Cepu, apel tiap pagi dan malam, eh sekarang pas OJT: apel lagi?? What the...
Ternyata! Itu sejenis apel pagi gitu. Waduh udah skeptis banget loh awalnya. Masalahnya, baru juga kelar dari program di Cepu, apel tiap pagi dan malam, eh sekarang pas OJT: apel lagi?? What the...
Asumsi 1
Nuansa pagi = Apel pagi = Mood booster killer
Ternyata gak gitu juga lho. Nuansa pagi ini lebih ke sharing dan diskusi. Temanya boleh apa aja. Yang penting ngomong. Dan tebak aja, baru juga hari ke dua OJT, dimana aku belum tahu apa-apa soal tempat kerjaku, eh tiba-tiba aku disuruh jadi host-nya. Whew. That was new for me. Aku gak pernah mimpin sebuah acara gitu. Kecuali jadi moderator tentunya. Terus gimana rasanya? Yaa...lumayan lah. Sepertinya gak parah-parah amat mengingat waktu itu gak ada yang meng-"huuuu"-kan aku. He he. Tapi aku sering dikerjain di nuansa pagi itu. Kadang disuruh jadi host, kadang yell-yell (YUPS! Ada yell-yell juga sebelum acaranya ditutup), spesialis neriakin K3C3, which was so menggelikan karena aku termasuk orang yang gak bisa teriak. Oh iya, K3C3 itu, semacam yell-yell yang isinya itu begini:
Kerja! Kerja! Kerja!
Cepat! Cepat! Cepat!
Catatan: dua baris kata di atas harus diucapkan dengan semangat 45.
Jadi sepertinya mendengarku trying so hard buat berteriak yell K3C3 itu suatu hiburan di sana karena orang-orang pasti nahan ketawa dengernyaaa. ZzzzzZ. Sisi positifnya: demam panggung bisa dihilangkan ketika kita merasa orang tertawa bersama kita (laughing with, or even laughing at). Tapi bener kok, nuansa pagi itu kerasa bermanfaatnya karena kita jadi lebih tertantang untuk kenal orang, terutama pas giliran jadi host terus harus nunjuk orang (dengan namanya) buat yell-yell dsb. Perlu kutulis lagi di sini, bisnis di tempatku kerja ini adanya di bidang produk gas, jadi cukup berbahaya. Harus berdo'a tiap sebelum bekerja supaya orang-orang gak lupa kalau dia sedang ada dalam bahaya dan tetap berhati-hati.
Fakta 1
Nuansa pagi = berdo'a sebelum bekerja = jalin silaturahim antar pekerja.
Seragam
Heran deh. Di perusahaanku memang ada aturan kalau hari Senin dan Kamis itu wajib memakai seragam berlogo PT kami bekerja dengan bawahan warna biru tua. Tapi kenapa, di tempat OJT pertama, kami harus pake seragam selamanya???? Syok dengernya. Karena alesannya sama, pas di Cepu kita pake seragam tiap hari. Masa di sini pun kita pake seragam tiap hari juga. CkCk. Oh iya tentang seragam ini, boleh deh kalau mau baca postinganku yang ini.
Asumsi 2
Seragam = Pemaksaan!
Akhirnya, karena selama masih magang kita harus pake seragam tiap Senin sampe Kamis (kalau Jum'at boleh pake batik), aku cari cara supaya bisa melanggar modif sedikit. He he. Aku sering pake kerudung yang bermotif-motif, atau pake atasan putih model lain yang gak ada logonya, bahkan pake bawahan warna hitam, bukan biru. Hmmm... Parah sekali ya. Jangan ditiru!!
Fakta 2
Seragam = bisa ditolerir asal ada modifikasi tertentu
The so called irrelevant job
Ada banyak jenis pekerjaan di kantor, sebanyak jenis pekerjanya juga. Ada yang "ecek-ecek", ada yang krusial, ada yang nyantey, ada yang hectic. You name it. Tapi gak ada yang gak penting. Seriously. Terkadang masih ada orang yang menganggap suatu pekerjaan itu tidak penting. Lah kalau emang gak penting, ngapain juga dikerjakan dan ngapain juga job tersebut ada di description? So..berhentilah berpikir bahwa kerjaanmu ecek-ecek dan tidak penting. Setiap orang punya kapasitas. Dan dia bisa expert di sana tanpa harus malu dengan itu. That's why, aku mencoba tidak membatasi diri dengan apapun jenis pekerjaan yang harus kuketahui atau kulakukan. Gak salah kalau kita tahu atau bisa ngelakuin itu 'kan. Bagiku, semua ilmu itu gak ada yang gak berguna lho. Kalau gak bermanfaat sekarang, mungkin next time tiba-tiba kita butuh dan gak ada orang yang bisa bantuin, well itu pasti akan sangat menolong kita.
Asumsi 3
No assumption here.
Fakta 3
Tidak ada pekerjaan yang tidak penting.
Cuma Lewat
Jadi di training kerja yang kuikuti selama insya Allah, setahun ini, ada 3 periode OJT. OJT I dan II (bulan pertama dan ke dua) bisa dibilang sebagai orientasi awal, kesempatan mendapatkan pengetahuan dasar mengenai pekerjaan kita dan bisnis perusahaan secara umum. OJT III, yang bakal kita jalanin selama 5 bulan itu, bisa dibilang bakalan jadi nominasi penempatan kerja kita nantinya. Karena di situ kita bakalan disuruh bikin paper, semacam skripsi, mengenai hal-hal yang terkait pekerjaan kita.
Tapi hey!
Bukan berarti lho, kalau OJT I dan II itu gak penting. Menurutku pandangan ini salah banget. Okelah kalau ada yang bilang di OJT I dan II kita cuma "numpang lewat". Ya memang waktunya sebentar banget dan kita gak mungkin berkontribusi maksimal dalam waktu sesingkat itu. Pengetahuan yang didapet pun, kayaknya cuma luar-luarnya aja deh (mostly begitu, tapi tergantung ke-proaktif-an kita lho). Jadi ngapain serius-serius amat? A BIG No banget lho kalau mikir kek gitu. Realistis itu perlu. Tapi gak perlu 'kan realita membatasi idealisme. Being pragmatist is a choice.
Asumsi 4a
OJT I dan II gak usah ribet-ribet amat, wong cuma "numpang lewat".
Asumsi 4b
OJT I dan II, karena singkat, harusnya bisa jadi tantangan, gimana caranya bisa maksimal walaupun waktunya sebentar.
Fakta 4
OJT I dan II bisa berguna juga sebagai pengalaman penting kalau-kalau OJT III ternyata tidak menjadi pelabuhan terakhir (ceile bahasanya). Ini bukan asal ngomong nulis loh, soalnya tahun-tahun lalu ada yang kayak gitu.
Mejeng di kantornya depot Tanjung Sekong. |
Well intinya sih, mau kita cuma lewat doank juga, so what? Analoginya gini nih, orang yang cuma numpang lewat mungkin 'gak bisa menanam bunga (apalagi ngerawatnya), tapi paling enggak, jangan sampe kita ninggalin sampah sembarangan. Iya apa iya??
***
OJT I ini banyak memberikan pengalaman berharga. Gak cuma akademis, tapi juga sosial. Terkadang justru kita harus belajar dari "orangnya", bukan cuma "ilmunya". Kenapa? Karena kita juga "orang". Orang hanya bisa menjadi orang apabila dia mengerti orang lain. Semua hal dalam hidup ini, tidak ada yang tidak bermanfaat. Jadi menurutku, sebaiknya kita tidak banyak berasumsi.
Iklan dulu ah :D |
Tambahan aja, ada hal menarik mengenai asumsi ini. Aku pernah nonton (dan baca) "the Silence of the Lambs" (yang tahu coba unjuk jarii). Di situ dibilang, asumsi, dalam bahasa inggris, assume, terdiri atas tiga penggalan kata:
Assume = as* u me
Artinya: saat kamu mulai berasumsi, sebenarnya kamu sedang membodohi dirimu sendiri. Jadi, stop assuming, find the facts. Hehe..just my thoughts. What's yours?
Comment ah!
ReplyDeletekayaknya kata2 "numpang lewat" itu quotesku juga bukan?
hahaha
nuansa pagi juga ada di depot tanjung perak.
tiba2 pimpinan bilang "yak coba anak OJT baru 4 orang ada yang ngomong, sharing"
kutunggu dari 4 orang tak ada yang bunyi mulutnya akhirnya aku memberanikan diri deh ngomong sharing tentang bebek loncat suramadu....
hahahaha
tapi apapun itu benar kamu kok, walau numpang lewat kita harus paham karena tidak menutup kemungkinan kita bisa dipindah fungsi. kalau bukan pas penempatan, ya suatu saat kelak ketika jadi pimpinan kita bisa pindah. artinya kita harus paham setiap lini bisnis perusahaan ini. jadi kalau memang dipindah kita tidak terlalu 0.
*ada saran buatmu, kutaruh di FB aja lah*
noted!
Deletewhat a nice posting
ReplyDeleteKeep posting and always sharing your experiences