Betul sekali. Sengaja saya kasih judul Kucing Kumal karena saya memang baru saja menyelesaikan bukunya Raditya Dika yang judulnya Koala Kumal (baca resensinya di sini). Kalau kamu baca bab terakhir (eh, spoiler!) maka kamu akan sadar sembari mengangguk-angguk: oh iya ya, ini buku tentang cerita patah hati. Well, kamu 'gak tau kamu lagi baca buku apa sampai kemudian epilog itu menyadarkan kamu. Saya aja beli simply karena saya suka tulisannya Raditya Dika. Kalau dulu dia cuma bisa ngelucu doang, sekarang kelucuan dalam tulisan-tulisannya jadi tambah smart, dan apa ya. Dewasa.
Terus kenapa kucing? Ya saya lebih suka kucing daripada koala. Sorry.
Bastet. Colored edition. Original artwork by @tweedledew. |
Saya jarang sekali ya ngomongin hati. Terlepas dari ketidakpercayaan diri saya terhadap sesuatu yang bernama hati, you know, kayak, emangnya saya masih punya hati? Oh masih. Tapi dia masih berfungsi 'gak? *cie galau* Something like that. Ya memang di blog ini hampir semuanya bersifat pribadi. Kalau yang kenal banget sama saya di kehidupan nyata (atau maya?) pasti tau lah maksud di balik tulisan-tulisan saya. Ya sebenernya semuanya pribadi. Hanya saja saya lumayan suka main kode. Menyadarkan kamu sih, bahwa hidup kamu mungkin still a lot better hehe.
Maka, ketika dia sudah tidak bisa mencintai, mungkin dia tidak harus berurusan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Seperti misalnya, mantan pacar yang masih sering ketemu. -P106
Back to topic. Patah hati. Hmm semua orang pasti pernah patah hati. Mau itu hati dibikin dari besi biasa, gampang karatan karena keseringan kena angin dan air (atau oksidan?), atau berupa amalgam supaya kuat terhadap terpaan badai dan hujan (halah lebay), ya.. tetap aja pernah rusak. Iya 'kan? Normal banget. Saya twenty something. Patah hati lumayan sering sih. Dari zaman ngefans-ngefans unyu, ngegebet malu-malu, crazy crush, cinta biasa sampai cinta obsesif (wutt?), saya pernah ngalamin. Ya ember. Saya perempuan biasa. Sedikit OCD tapi belum sampe tahap psycho sih tenang aja.
Ngefans-ngefans unyu pas SMP. Kelas 1. Ada anak kelas 3 yang ganteng banget (buat saya sih ganteng ya. Ukurannya mungkin bisa liat Fedi Nuril atau Nicholas Saputra #trims). Tapi sumpah ni orang cuma ganteng doang, 'gak ada kelebihan lain. Maklum namanya juga masih kecil. Eh dia anak Paskibra ding. Hmm saya tau dia punya cewek. Juga kelas 3. SMP saya 'kan sekolahan anak nakal gitu. Jadi saya tau banget si senior cewek saya itu semacam The Plastic alias geng cewek-cewek bandel yang hobby nge-bully. Saya lupa kejadian apa ya tepatnya, pokoknya suatu hari di papan tulis kelas sempet ditulisin sama geng-nya si senior ini.
"JANGAN REBUT COWOK GUE." (aslinya sih ditulis pake bahasa Sunda kasar).
Ngakak banget bacanya. Ya emang saya ngapain gitu 'kan. Tapi tenang aja. Saya selamat dari bully-an si senior ini. Psst saya waktu SMP punya geng gitu. *kapan-kapan saya inget-inget lah, cerita ini udah kena memory block sih haha. Ya intinya patah hati. Mild one. Sembuh seketika. I was 11!
Sumber. |
Ngegebet malu-malu mungkin kelas 2 SMP. Ada senior (lagi). Muka biasa. Tapi ngingetin sama Detektif Conan gitu. Pinter lagi. Juara umum terus. Anak guru gitu. Itu juga random pick banget. Semacam, D, kamu 'gak punya gebetan? Oh ada. Si Anu. Padahal jawab sekenanya biar keliatan normal aja. Celakanya ni anak ternyata sering ketemu bareng. Satu les bahasa Inggris gitu (kebetulan). Terus kelasnya deketan. Dasar tukang baca manga serial cantik yah, saya dulu mikir semua itu takdir haha. Masuk SMA satu ekskul, beda divisi. Saya sampe mikir kalau saya harus lulus bareng sama dia sehingga akhirnya saya mengambil keputusan "itu".
Lalu saya sadar kalau itu kebodohan paling parah seumur hidup saya. Karena dia jadian sama temen deket saya. Kami (dan geng saya) pernah rame-rame musuhin dia. Padahal bukan salah dia juga. Dasaran sayanya juga diem aja. Lagian ngapaiin. Saya dilarang pacaran. Terus saya 'gak suka sekolah. Pengen buru-buru lulus. Gak ada waktu buat mikirin begituan (cie alibi). Oke. Itu patah hati yang lumayan parah karena ngegebetnya sudah sekitar 3 tahunan hanya untuk ngeliat dia jadian sama temen se-geng dan kita sering maen bareng. Kuat gitu ya. -_-
Sumber. |
Crazy crush? Pas kuliah. Jadi saya ada crush teman sekelas. Konyol banget, selalu sukses bikin ketawa. 'Gak ganteng sedikit pun (sorry bro). Jadi teman ngobrol yang asyik banget. Sampe kemudian saya tau kalau temen se-geng ada yang naksir berat sama dia. Saya terus terang 'gak pengen pacaran. Pergaulan sih soalnya, semacam anak rohis (setengah-setengah juga ding). Yang lebih penting, saya 'gak mau saingan sama temen deket sendiri. Dikira kompetisi gitu? Akhirnya saya jauhin cowok ini. Sedihnya, saya dan temen saya yang cewek sampe sekarang suka awkward gitu kalau ketemu. Please get over it, dear. I've done with that since like, a hundred years ago.
From tumblr. |
Lalu, pencerahan itu datang, sama kayak gym, sama kayak olahraga, kita akan bosan melakukan hal yang sama terus-menerus. Deska jadian sama Astra bukan karena dia lebih nyambung dengan Astra dibandingkan sama gue, melainkan karena Astra lebih baru daripada gue. Astra lebih baru. Gue lebih lama. Selalu, yang baru akan terlihat lebih baik daripada yang lama. - P68.
Kemudian saya kayak nge-pause hati saya gitu. Buat apa jatuh cinta. Kasian banget hati saya gitu. Berdarah-darah terus. Kayak salaaah mulu gitu. Mending berdarah. Lama-lama kumal gitu. Hati saya itu bukan besi, apalagi amalgam, aloy apalah. Adamantium, kata Raditya Dika. Lama-lama saya jadi merasa kebal gitu. Mau di-PDKT-in sedahsyat apa juga saya jadi susah percaya. Lah yang super ketauan aja dikalahin sama sesuatu yang "baru". GR? No thanks. Jadi kalaupun obviously somebody's trying to get closer, saya paling menepis semuanya. Saya 'gak mau jatuh cinta lagi. Capek. Jarang banget jatuh cinta, tapi capeknya kayak menahun gitu.
"Nah, orang yang susah jatuh cinta punya banyak kelebihan, misalnya, gue. Gue jarang galau karena cowok. Tapi, ini kelemahan orang yang susah jatuh cinta: ketika gue akhirnya beneran jatuh cinta, bisa sangat-sangat dahsyat. Gue bicara sangat dahsyat. Kayak ledakan nuklir di film-film Hollywood. Kayak kena Avada Kedavra-nya Voldemort. Bam! Gitu rasanya." - P193.
Hati saya bukan adamantium, sekali lagi. Hati saya itu kayak stuffed plush. Tau 'kan, bantal-bantalan berisi kapuk gitu? Ya gitu. Kalau bolong atau sobek memang bisa dibenerin. Masalahnya benerinnya itu harus dijahit. Pake jarum. Sakit sih, Namanya juga ditusukin jarum. Mungkin nantinya jadi bagus lagi. Tapi compang-camping gitu. Jelek? Iya mungkin. Tapi tergantung. Di tangan penjahit yang kreatif atau jenius 'gak ketulungan misalnya, sejelek apapun itu plushie insya Allah bisa jadi keliatan bagus lagi. Tapi apa benar, ke-"baru"-an bisa mengubah semua persepsi ini?
Problemnya bukan mencari orang yang lebih baru, tetapi untuk memperjuangkan yang nyaman. - P68.
From ebay.com. |
Saya masih percaya sih, bahwa zona nyaman bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Tapi dipertahankan. Mending kalau dia gampang ditemukan. Gimana kalau zona nyaman juga munculnya kayak Komet Halley yang cuma muncul tiap 76 tahun? Mau diabaikan gitu aja? Your loss.
Kita akan selama-lamanya jadi orang yang lain, gara-gara satu patah hati kampret dalam hidup kita. Kecuali ada mantra sihir Harry Potter yang bisa membuat kita lupa sama itu semua. - P208.
Bener tuh. I am who I am now, because I've been through many broken hearts session. Yang parah cuma satu sih. Tapi lumayan mengguncang. Kayak, coba bisa di-restart gitu. Harus banget kenal sama orang ini? Tapi kemudian saya sadar. Semua yang datang dan pergi, baik itu yang ngasih pengalaman manis ataupun pahit (patah hati kampret itu), semuanya ada hikmahnya. Semuanya jadi andil dalam membentuk kepribadian saya sekarang. Kayak imunitas adaptif gitu. Kita hanya bisa kebal terhadap suatu kuman jika kita pernah diinfeksi kuman itu. Untungnya sekarang ada vaksin. Gak perlu kuman beneran. Tapi efeknya sama. Gak matahin hati banget. Kayaknya saya butuh kuman-kuman itu sekali-sekali.
Ya, semua yang datang akan pergi. Yang bikin beda adalah, berapa lama mereka akan tinggal sebelum akhirnya pergi? Akankah dia menjahitkan luka, menambalnya dengan baik, atau malah menambah besar luka itu? Siapa yang akan tau.
"Dik, kamu tahu gak istilah mama untuk orang yang pernah merasakan patah hati?"
"Apa, Ma?"
Nyokap menatap mata gue, lalu bilang, "Dewasa." -P247.Something missing, huh? I'll keep that to myself. Let bygones by bygones.
No comments:
Post a Comment
WOW Thank you!