18.8.15

Pulpen

"Barusan saya lempar pulpen ke orang gara-gara ada yang berisik di ruangan ini. Saya gak mau itu pulpen balik ke muka saya gara-gara saya berisik sama kamu."
Betul! Lagi-lagi itu cuplikan dari film cinta-cintaan favorit saya, AADC. Hehe. Tapi kali ini saya gak akan bahas AADC sebagai film atau kisah cinta apalah. Sebenarnya postingan saya kali ini sama sekali 'gak ada hubungannya sama pulpen.

Rangga, dalam salah satu scene favorit dimana ia dengan sombongnya menolak diwawancara karena lagi baca buku. Artwork by me.
Belakangan saya lagi bete banget. Ya bukannya saya gak pernah ngomongin orang sih ya. Tapi ketika kadar ngomongin orang ini sudah di luar batas manusiawi, dimana orang-orang menganggap itu sebagai jokes yang setara dengan ngehina-hina fisik orang misalnya, hmm.. maka ber-ghibah menjadi gak menyenangkan lagi. Astagfirulloh. Menyenangkan saya bilang. Ya sebagai orang yang masih sering menggunjingkan kejelekan orang, saya sadar betul kalau ngobrolin hal begituan itu menghibur. Kayak, ih amit-amit ya untung kita gak gitu. Atau, ih jauh-jauh deh dari orang kayak gitu.

Padahal! Saya siapa?? Kamu siapa? Mereka siapa?


Source.
Orang ini udah lama gak ada. Tapi kayaknya omongan tentang dia 'gak ada habisnya. Padahal yang ngomongin juga apaan. Sholeh sholehah? Ups. Orang sholeh sholehah 'gak ngomongin orang ya. Masalahnya manusia itu 'gak ada yang flawless. Seenggaknya ada satu dua dosa yang susah ditinggalin (ini sih pengamatan pribadi). Saya pernah denger, manusia bisa keliatan baik di mata orang karena aibnya 'gak keliatan. Coba Allah bongkar aib kita. Di mana lagi kita akan bersembunyi? Malu banget 'kan kalau aib ketauan orang?

Pikir lah. Ngomongin orang. Lebayly ngomongin. Treat it sebagai jokes yang jahat. Yang diomongin tuh emang kejelekan. Anggaplah aib. Tapi bayangin, gimana kalau suatu saat kamu sendiri yang digunjingin? Dijadiin jokes yang 'gak manusiawi? Beberapa orang mungkin akan cuek dan 'gak peduli. Digunjingin? Yaudah so what, berarti gue artis (misal!).
Lu ngomongin? So what gue artis. Source.
Tapi tidakkah kamu takut akan terjadi hal yang lebih parah? Misalnya, malah kamu yang melakukan hal yang sama dengan yang kamu gunjingkan.
"Barangsiapa menghina saudaranya karena suatu dosa, ia tidak akan mati sebelum melakukan dosa yang sama.” (Hadits hasan riwayat Tirmidzi)
Jlebb banget.. Apa ya. Jika sesuatu itu diobrolkan tidak memberikan ibrah apalagi hikmah, bukankah sebaiknya diem? Apalagi dijadiin bercandaan. Ya ampun. Serem lho ya. Bayangin aja kalau Ia menguji kita dengan hal yang sama dengan penyebab seseorang yang kita omongin itu melakukan dosa tertentu. Apakah kita akan kuat? Atau malah jadi lebih parah?

Saya sih lemah. Saya 'gak bisa bayangin kalau saya ada di posisi orang itu. Jangan sampe.
Source.
Sama kayak pulpennya Rangga kan? Anggaplah kita mencela orang itu sebagai pulpen yang dilempar. 'Gak mau 'kan, pulpen itu balik dilemparin ke kita akibat kita melakukan hal yang sama yang bikin kita melempar orang pake pulpen itu? Saya sih NO. *padahal susah.

Tapi tau gak, sambil nulis ini, barusan saya abis ngobrol sambil nyela-nyela penyanyi dangdut yang suka goyang-goyang seksi. Hmm pulpen yang ini jangan sampe balik lagi ke saya lah. *palm face.

No comments:

Post a Comment

WOW Thank you!