10.2.13

A Motivating Arrogance

One good thing can basically makes your day; while another thing doesn't. How about TWO good things? Like, when they are combined into one. It supposed to make a combo effect, like a good good-thing. But lately I found it wrong. And this is what happened to me a week ago.

---

Ketika kamu berada dalam sebuah tatanan sosial, dengan sendirinya kamu akan mencoba banyak cara untuk fit in dengan tatanan tersebut. Contohnya saya. Ketika saya merasa orang lain melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih tinggi dari saya, saya pun mencoba untuk berdiri sama tinggi dengan mereka supaya kami bisa berbicara tanpa ada seorang pun yang merasa direndahkan. Salah satu cara termudah adalah dengan memakai sepatu yang disebut "wedges".

(Nah sekarang anda tau "tinggi" seperti apa yang saya maksud *huft*).

Wedges adalah bentuk lain dari high heels atau sepatu ber-hak tinggi, namun dalam bentuk yang lebih "ramah" karena hak-nya itu tidak selancip sepatu-sepatu model dan bisa dikategorikan aman karena tebalnya itu. Saya yang alergi high heels melihat fenomena ini sebagai suatu kesempatan besar. Oleh karena itu sebulan yang lalu saya pun membeli sepasang wedges. Jarang sekali saya membeli sepatu akan tetapi ketika melihat sepatu ini di payless, saya pikir saya harus membelinya.

My wedges.


Saya menganggap wedges adalah hal yang baik karena membuat saya bisa sama tinggi dengan orang lain. Hehe. Lalu, apa hal baik ke dua yang saya mau ceritakan? Smart phone. Pada awal pembuatannya, setau saya, itu smart phone dibikinnya gara-gara banyak businessman yang harus kerja sambil bergerak ke sana ke mari. Sehingga dia tetap bisa kerja, ngecek email sambil komunikasi dimanapun dia berada. Tapi hal ini rupanya telah bergeser.
Beri Hitam milik saya, tipe Style 9670.

Smart phone, saking smart-nya, bisa-bisa dia bikin ketergantungan parah. Gak ngecek smart phone semenit aja rasanya udah kayak setahun. *oke, itu lebay*. Jujur sih, dulu saya beli smart phone yang jenis "beri hitam" ini simply dan benar-benar karena orang lain punya, dan saya sering ketinggalan berita gara-gara saya gak punya. Lagian, apa sih yang saya kejar dari smart phone? 

Saya biasanya hanya memanfaatkan hand phone dengan kecanggihan standar untuk:
1. SMS
2. Telepon
3. Email
4. Social networking
5. Foto-foto alay
6. Musik (ini yang paling penting)

Hmm ternyata cukup banyak sih. Tapi dulu sebelum saya pake smart phone, hand phone Nok*a C3 saya sudah cukup tuh memenuhi kebutuhan tersebut. Tapi ujung-ujungnya saya beli juga tuh si beri hitam. Walopun gosipnya nih, si smart phone yang satu ini bisa menyebabkan penggunanya lupa sekitar saking sibuknya maenin tu benda. Biasanya, saya gak terjebak dalam pakem tersebut karena pertama saya gak suka chatting yang real time, terus kelamaan maenin beri hitam bikin batrenya cepet habis (oh semua pengguna beri hitam mestinya tau soal ini). Social networking? Hanya saya buka kalau lagi bosan atau sendirian (atau lagi bareng orang lain tapi ada awkward silence yang bikin risih).

Tapi kali ini saya terjebak. Dan inilah yang terjadi.

This is really happened.
Saya memakai sepatu yang benar dan hand phone yang benar. Hanya saja saatnya yang salah. Sepertinya saya lagi khilaf sehingga bisa-bisanya pas lagi jalan di mall (Yak, di mall) bersama beberapa teman, saya ngecek BBM yang masuk. Lupa sih. Mungkin ada yang nge-PING! sehingga saya pikir ada sesuatu yang penting. Padahal saya bukan pengguna beri hitam baru! Aneh banget kan kalau masih aut*s. Udah gitu jalanannya itu ada semacam tangga gitu. Sakit banget cuy, bahkan sampai sekarang mata kaki masih linu-linu gimana gitu. Dan malunya itu lho. *huft*

(Sampai titik ini saya mulai berpikir kalau gak apa2 deh jadi orang dengan tinggi sub standar *uhuk* daripada setara dengan orang lain tapi mencelakai diri sendiri)

Tadinya sih saya malu menge-post hal ini. Tapi kemudian saya berpikir bahwa mungkin ini bisa jadi pelajaran. Bukan, bukan tips "bagaimana cara memakai wedges yang baik" atau "bagaimana mengendalikan diri dari jebakan smart phone" yang mau saya bilang. Itu udah banyak dibahas di tempat lain. Maksudnya, orang tuh gak boleh sombong walaupun dalam hal yang baik. Walaupun hal ini memotivasi. Misalnya ya saya ini. Saya sombong banget nih saya pikir saya gak akan terjebak pakem "beri hitam melupakan sekitar" dan ternyata saya kena batunya. Hiks. Yah..namanya celaka memang tidak ada yang disengaja. Kondisi sekitar atau kelalaian subyek penderita-lah yang menjadi saling komplementer dalam menciptakan "unsafe action" alias kecelakaan.

Jadi, tetaplah hati-hati dan tetaplah rendah hati.
---

Itu dulu deh. Jarang nge-post nih dan jarang pake bahasa Inggris pula. Maklum, it takes a whole day to make a post dan belakangan saya lagi sibuk di kantor *ngeles* so..until the next post!

2 comments:

WOW Thank you!