27.4.13

Once Upon A Time in Medan

There are a lot of story that I really want to publish (and delayed - and cancelled) here mainly about my life as a Medan citizen. But well, here are some pictures, and I will make it as short as possible - although it still long and has a lot of images. Be prepared!

***

Medan. Pertama dengar nama itu, yang langsung terlintas di benak adalah: orang Batak! Hohoho. Maaf lho, tidak bermaksud SARA sih. Tapi seperti kebanyakan orang lainnya, kurasa hal itulah yang langsung terlintas di benak hampir setiap orang Indonesia - Jawa khususnya. Medan, yang pertama kudengar adalah betapa kerasnya kehidupan di sana. Orang-orangnya, lalu-lintasnya, dan juga *ehem* harganya. Hal itu membuat saya kikuk juga pada awalnya. Tapi yasudahlah. Kebetulan ada 6 orang yang seangkatan yang ditempatkan di Medan pada bulan Desember 2012 itu. Dua di antaranya (termasuk saya) adalah perempuan. So I was glad that I wasn't alone.

Hari pertama memang selalu jadi yang terberat, apalagi di tempat baru dan asing. Dengan berbekal segala sugesti dan asumsi, mau gak mau kita tetap harus berani menyongsongnya. Kalau enggak, kita akan semakin lama untuk beradaptasi. Tapi di Medan kasusnya agak lain. Gak cuma hari pertama, minggu-minggu pertama itu saya cukup dibuat pusing dengan beberapa hal. Misalnya:

1

Transportasi

Bentor dan angkot, sebagai dua jenis angkutan umum populer di Medan, itu mirip banget kelakuannya dengan Bajaj. Sudah ngebut, kebal aturan pula. Kadang parno sendiri tiap abis naik bentor atau angkot di sini karena kecepatan jalannya udah kayak orang balapan. Dan klakson, di sini klakson itu murah banget! Sedikit aja jalanan terhambat, semua kendaraan membunyikan klakson. Apa gak pusing? Tapi setelah beberapa hari, terutama sekarang ini saat saya udah gak di Medan, saya kangen juga naek bentor. Abis, itu memang kendaraan yang paling gampang ditemui di Medan. Mau ke mana-mana gampang, karena dia prinsipnya persis Bajaj. Ditawar dulu harganya di depan, baru kalau udah deal, langsung cabcus deh ke tempat yang dituju. Apa gak praktis?

2

Makanan

Ini salah satu yang paling susah buat diadaptasi. Kenapa? Lidah Jawa dan Sumatera ternyata beda banget! Di Medan, hampir semua makanan berbumbu kuning atau merah. Pokoknya full rempah deh. Sedangkan saya yang orang Sunda ini, kebiasaan makan dengan bumbu minimalis. Garam - gula - penyedap biasanya udah cukup lah. Makanya di awal-awal, saya tuh sering sakit perut juga karena perutnya tidak terbiasa dengan makanan penuh bumbu begitu. Ditambah lagi saya punya maag. Untungnya, beberapa minggu setelah kami di Medan, di kosan mulai diadain masak-masak bareng di dapur. Kosanku yang isinya orang Jawa dan Sunda ini, akhirnya sepakat bikin masakan Jawa di dapur jadi perut kita pun terpelihara kembali. Hehe.

3

Orang

Medan termasuk kota yang multikultur (dengan ini asumsi saya di awal bahwa Medan identik dengan Batak akhirnya pupus). Di sana ada orang Jawa, Melayu, Batak, dan keturunan China yang masih kental budaya dan bahasanya. Tapi semuanya disatukan dengan satu unsur penting: logat Medan-nya itu. Viral banget lagi. Sebulan di Medan aja sudah cukup bikin kamu jadi ngomong seperti mereka. Dan satu yang penting, orang-orang Medan ini rata-rata terbuka dan cepat akrab dengan orang lain. Makanya, gak susah cari teman di sana. Itu salah satu hal yang membuat saya sangat bersyukur.

***

Itu ajasih yang jadi pembuka di postingan kali ini. (hah? Pembuka?) Yes. Ada beberapa foto yang mau saya share di sini dan ini seperti kaleidoskop yang merangkup 4 bulan kehidupan saya di Medan. Here they are:

Bukit Lawang

Selain Namu Sira-Sira, saya pernah tuh ikut tour kecil-kecilan ke Bukit Lawang, yaitu daerah konservasi alam di kaki Gunung Leuser, Sumatera Utara. Ini gak lain adalah salah satu cara saya dalam mewujudkan keinginan saya mengunjungi tempat-tempat alami yang masih ada binatang yang dilindungi. Yes! Ada orang utan di sana! Kalau beruntung, kamu bisa berada cukup dekat dengan mereka lho. Tentunya, tanpa mengganggu ya.

Yes. We're the explorer team!
Peta Bukit Lawang. Gak tau deh berapa luas hutan yang kami jelajahi. Yang jelas jauh banget! 3 jam ada lah.
Nih muka-muka capek kami pas masih di tengah-tengah hutan dan kami belum menemukan orang utan satu pun!
Dan semua terbayar saat tiba-tiba aja seekor orang utan betina muncul.
Yups. Kami berhasil ketemu dengan salah satu orang utan di situ. Lupa ya namanya siapa. Yang jelas orang utan yang ini cukup ramah karena dulunya dia pernah dibesarkan di penangkaran sebelum akhirnya dilepas di alam liar. Tapi se-ramah-ramahnya orang utan, tetep aja kita gak boleh gangguin dia supaya dia gak jadi galak ke kita. They have heart you know. :)

Psst! Ketemu orang utan adalah salah satu agenda saya di tahun 2013 lho..meskipun belum sempat ke Kalimantan, tapi liat yang di Sumatra oke juga tuh. Kan sama-sama langka. Dan sama-sama harus dilindungi. :(

Bulan K3 Nasional

Ada satu event besar HSE yang selalu diperingati tiap tahun. Di event ini, saya ikut ambil bagian sebagai person in charge gitu. Alhamdulillah saya gak sendirian lho karena kita bekerja dalam team. Jadi semua event (hmm..ada kendala sih tapi semua bisa diatasi) berjalan dengan lancar jaya. Makasih Region I!

Spanduk bikinan saya. Pas dibentangin terus dibungkusin buat dikirim ke 26 lokasi di Region I itu rasanya gimana gitu.
Lomba poster mahasiswa, salah satu ide kami yang bikin acara HSE taun ini semacam "something big".
Di tengah-tengah seminar gizi untuk istri pekerja dan gak lupa pose setelah ngurusin hadiah bersama cewek-cewek.
Pelatihan AutoCAD. Jadi kenal dengan orang-orang dari depot lain deh.
Yang ini pas lagi pelatihan safety riding untuk cewek-cewek yang naik motor ke kantor.
Dan ini puncak acaranya! Semua mahasiswa dan pekerja hadir di sini. Apresiasinya lumayan lah. Alhamdulillah.
Pokoknya tempat kerja saya yang di Medan ini sesuatu banget lah. Gimana enggak. Gara-gara kerja di sini lah saya bisa ke Pematang Siantar, Dumai, Lhokseumawe, dan Teluk Kabung (yang mana menjadi tempat kerja saya saat ini). Orang-orangnya juga asik, terutama yang se-team di HSE. Seru banget gak bikin stress. Di tengah numpuknya kerjaan, selalu aja ada sesuatu yang bisa ditertawakan karena orangnya memang kocak-kocak. Balik ke kosan juga sama. Meski kadang saya lebih banyak mengurung diri di kamar sambil nonton DVD atau TV, ketika ngobrol dengan anak-anak kosan, beban kerja pun terangkat.

Satu-satunya yang bikin saya stress di sini yaitu karena minimnya pengetahuan HSE saya. Orang yang ditaro di region seyogyanya punya pengalaman lapangan yang cukup sehingga dia bisa meng-handle scoop yang besar. Dan saya menyadari bahwa saya masih anak bawang. Jadi ketika pada akhirnya saya dimutasi dari sini, saya tidak kecewa. Saya jadi inget kata-kata saya di postingan ini, bahwa "to experience is to learn". Jadi, memperbanyak pengalaman adalah sama halnya dengan memperbanyak ilmu.

Region I dan HSE team, ruangan saya yang berantakan tapi tempat brain storming paling yahud, karena orang-orang sering berkunjung ke sini. Hehe. Me miss you so much.

Well, there's nothing more to say selain, terima kasih pada kawan-kawan dan semua orang yang pernah berinteraksi dengan saya di Medan dan tempat-tempat yang saya kunjungi tadi. Manager saya, HSE team, PYEF, Pinky Residence, ibu-ibu kantin, tukang koran langganan, kakak-kakak geng sekretaris yang kocak-kocak, cleaning service dan bapak-bapak yang tiap hari nganter minuman buat saya, supir bentor langganan, dan juga ibu-ibu yang pernah ketemu di pesawat terus kongkalingkong sama saya supaya dapet taksi murah, security di kosan, semuanya! Medan, I'll be missing you and your people so much. Kalian luar biasa! *owmakk, Ar*iel banget*

My last task in the old office as an MC - which is my first time in my entire life.
I hope my days in the new place will be as bright as the ones here, or even brighter! Aamiin. :)

2 comments:

WOW Thank you!