15.1.15

Dijah Yellow, Flu, Bystander Apathy dan Ridwan Kamil

"Silakan aja kalian haters mau ngomong apa, karena aku ini apa adanya, aku sih bodo amat yaa.. karma nanti berlaku. Haters, hati-hati semua berbalik ke kalian lhooo.." - Dijjah Yellow, 2014.
Mungkin agak basi yaa membahas fenomena Dijah Yellow. Hihi. Bagaimanapun dia itu salah satu manusia yang patut diacungin jempol lho. Dengan modal pede badai plus bakat ngelucu (hmm.. the jokes never get me yah, tapi kadang sesuatu yang terlalu garing itu malah jadi lucu - imho), terus smartphone seadanya, dia bisa lho jadi seleb dadakan. Udah gitu harga dirinya tinggi banget! Bagus bagus. Ini namanya konsisten hihihi. Tapi sebetulnya fenomena Dijah Yellow ini cuma contoh aja.

Kalau ditaro foto asli gak enak ah, nanti bisa dituntut hahaha. Sumber.

Semua berangkat dari pembicaraan dengan teman, dimana kadang kita berpikir, kenapa sih harus peduli banget sama omongan orang? Sejauh apa kita harus peduli sama orang lain? Dan suatu opini lucu bahwa sebaiknya saya tinggal di negara lain seperti Amerika gitu yang gak pedulian satu sama lain (looks like that). Padahal, berdasarkan fakta di lapangan, teman saya yang kuliah di luar negeri menyebutkan, bahwa hidup di luar negeri dengan orang-orang yang tidak pedulian itu sama sekali gak enak. Mungkin karena kita terbiasa hidup di negara Indonesia yang gemah-ripah-loh jinawi, gotong royong dkk. Jadinya gak enak aja gitu kalau gak peduli.
Yearly influenza epidemics can seriously affect all populations, but the highest risk of complications occur among children younger than age 2 years, adults aged 65 years or older, pregnant women, and people of any age with certain medical conditions, such as chronic heart, lung, kidney, liver, blood or metabolic diseases (such as diabetes), or weakened immune systems. - WHO.
Saat ini ada banyak hal yang berkeliaran dalam pikiran saya. Misalnya kenapa orang masih meremehkan sakit flu. For God's sake, flu itu menular lho. Dan taukah anda bahwa ada ratusan, even ribuan jenis flu yang memiliki gejala hampir sama namun setiap orang bisa mengidap lebih dari dua kali per tahun? Itulah uniknya flu. Dengan mengandalkan dua jenis protein haemagglutinin dan neuraminidase saja dia bisa bermutasi jadi ratusan jenis sehingga tidak akan punah dan tetap gak kehilangan tajinya untuk mengganggu sistem pertahanan tubuh. Makanya ada yang namanya flu shot alias vaksinasi terhadap flu (influenza sih) yang dilakuin setiap 6 bulan sampai dengan per tahun (penjelasan lebih lanjut bisa Googling sendiri ya hehe). *ceila malah jadi ceramah. Ya pokoknya jangan pernah meremehkan flu.

Virus influenza. Jaman-jaman skripsi dulu, ini struktur kudu diapal banget. Sumber.
Di taun 1964, ketika seorang wanita dibunuh, surat kabar menulis bahwa ada 38 orang di TKP tapi ngga melakukan apapun. Psikolog John Darley dan Bibb Latane pingin tau apakah "kebersamaan" itu berpengaruh dalam keengganan kita menolong orang lain. - Kaskus.
Terus hal lainnya seperti teori bystander apathy. Baru-baru ini saya baca di Kaskus sih, misalnya ketika dianalogikan bahwa ada satu orang yang terluka (misalnya kecelakaan), maka tanggung jawab menolong terbagi dari berapa orang calon penolong yang ada di situ. Artinya, jika ada satu orang di situ, bisa dipastikan dia akan langsung menolong. Namun jika ada dua orang atau lebih, akan butuh lima menit saling tuduh sebelum mereka bergegas menolong. Kecontohin banget sih pas di kantor pernah juga ada yang pingsan pas upacara. Itu orang bukannya langsung pada nolong, tapi malah lirik-lirikan dulu karena namanya orang upacara, ada lebih dari 50 orang di situ sehingga setiap orang hanya merasa bertanggung jawab sebesar 1/50 saja!

Termasuk, ketika seorang atasan mempunyai lima anggota dan dia tidak memberikan tanggung jawab yang jelas kepada salah satu anggota terhadap satu pekerjaan, bisa ditebak, orang-orang ini akan saling mengandalkan. Bahkan ada yang jadi escapist. Kasian dong yang ketiban tanggung jawab sendirian. Nanti dia stress terus sakit.




Ketika menolong menjadi beban yang terbagi. Sumber.
Jadikan jalan-jalan sebagai investasi kreativitas. Rencanakan perjalanannya untuk senang-senang dan belajar. Travelling is investing - Ridwan Kamil, "Mengubah Dunia Bareng-bareng".
Kemudian tentang Ridwan Kamil. Pada dasarnya saya ini pengagum orang pinter dan kreatif. Apalagi  kalau orangnya pemimpin (walikota cuy), orang Bandung lagi kan. Kemaren baru aja beli buku beliau yang judulnya "Mengubah dunia bareng-bareng". Jujur aja yang saya paham itu hanya bab awal dan bab akhir yang isinya lebih ke biografi, karena di tengah-tengahnya arsitek banget! Gak paham sama istilah-istilahnya hehe. Intinya bahwa kehidupan ini menurut beliau adalah udunan (udunan: patungan - bahasa Sunda). Kita gak akan pernah bisa sendirian. Istilahnya, sekarang era kolaborasi, ko-opetisi, bukan kompetisi lagi. Keren juga sih jargonnya.

Buku Mengubah Dunia Bareng-bareng by Ridwan Kamil. Sumber.
Jadi apa hubungannya Dijah Yellow, sakit flu, bystander apathy dengan Ridwan Kamil? Ya gak ada sih, kalau mau pun bisa disambung-sambungin. Cuma memang ini keadaannya pas banget dengan keadaan saya sekarang. Kita gak harus se-pede dan se-gaktaumalu Dijah Yellow kalau pengen diperhitungkan orang. Kita gak mesti berlebihan dengan berobat yang mahal-mahal kalau lagi sakit flu. Kita juga gak perlu lah sok-sokan repot nolongin orang kalau kita gak mampu. Apalagi sok kreatif karena subyektifitas (misalnya) karena ngefans pada Ridwan Kamil.

Tapi.. imho sih..

Bagaimana caranya punya sifat yang bodo-amat-tapi-konsisten kayak Dijah Yellow, gak suka meremehkan orang/ urusan seperti halnya orang meremehkan sakit flu, namun tetap peduli pada orang lain sehingga teori bystander apathy terpatahkan, yang akhirnya kita bisa sukses bareng melalui kolaborasi seperti yang dibilang Pak Ridwan Kamil. Hidup itu serius. Gak pedulian itu boleh, tapi tergantung masalahnya. Peduli juga penting, yang lagi-lagi tergantung masalahnya. All we have to do is to set up our ignorance-meter in a proper level.
Kurang lebih. Sumber.

No comments:

Post a Comment

WOW Thank you!