25.1.15

Palembang: Episode Satu Tahun

Tidak terasa ternyata saya sudah berada di tempat ini selama lebih dari satu tahun. Tepatnya tanggal 16 Januari 2014 lalu saya mutasi dari Padang ke Palembang. Sekarang saat tulisan ini ditulis, sudah tanggal 25 Januari 2015. Exactly. Satu tahun lebih. Parahnya, belum sekalipun saya menulis tentang kota ini.

Kepindahan saya ke Palembang, seperti yang mungkin sudah dibahas di beberapa postingan sebelumnya, sempat menimbulkan euforia yang campur aduk dengan kecemasan. Jangan tanya saya kenapa, karena saya juga nggak tau. Hehe. Sebetulnya saya kemaren sempat sekali mengincar Jakarta - dan gagal hiks. 

Episode satu tahun Palembang.
Kosan

Kosan Bu Hajjah, tepatnya di kamar nomor 2 baru-baru ini telah dinobatkan sebagai tempat favorit saya. Alasannya sederhana, kamar yang ini lebih luas dan AC-nya sadis sehingga saya lebih sering membiarkannya mati. Sinyal wifi jangan ditanya. Koleksi film dan musik yang bertambah, juga postingan blog yang semakin sering adalah buktinya. Keistimewaan saya sebagai orang yang sangat mager (malas gerak -dew) menjadikan saya semakin bahagia berada di tempat ini. Dulu sempat ragu memutuskan akan milih kosan yang mana walaupun pada akhirnya pilihan pertama saya nge-kost di kosan Bu Hajjah (nama kosan ini aslinya "Adinda", Bu Hajjah itu pemiliknya) ternyata tidak salah. 

*Bentar, gaya bahasa saya dari tadi kok gak "tweedledew" banget. Switch ya. Hohoho.
Kosan Bu Hajjah tampak depan. *Photobombed by mobil orang*
Jadi, kosannya itu enak banget. Diibaratkan kosan ini adalah semacam buah hobby dari Bu Hajjah karena fasilitasnya oke sekali. Saya bahkan merasa kalau beliau gak bener-bener mikirin untung-rugi. Saya gak paham juga sih, mungkin setahunan ini jangan-jangan kosan saya masih masa promo?? Hehe. Sempet dulu ada tetangga yang annoying. Bikin males ke luar kamar banget lah pokoknya. Tapi alhamdulillah sekarang orang itu sudah pindah dan di kosan jadinya sekarang malah ada 3 orang lainnya yang sekantor dengan saya. Keren bukan?

Sayangnya, tidak seperti di rumah dinas yang di Padang dimana saya mau gak mau jadi super mandiri: masak sendiri, nyuci sendiri, tidur sendiri -eh-, di sini keadaannya beda. Dapurnya umum dan 'gak ergonomis (mau diperjelas? Letak kompornya tinggi huhu), terus waktu itu sih kita gak ada kulkas (mau ditaro di mana dong bahan makanannya) dan tidak ada mesin cuci. Akhirnya terpaksalah semua tugas ini dibebankan pada bibik dan mamang penjaga kosan yang memang digaji juga oleh Bu Hajjah supaya "melayani" kami setulus hati (kita kasih tips tambahan kok hehe).

Saya kayaknya udah lupa cara bikin masakan andalan saya yang dibikinnya dari paprika kuning dan tak bernama itu. Kelebihannya, walaupun tetap lebih kurus dibanding pas di Padang, saya makan jadi lebih teratur. Lha iya, kan dimasakin terus.

Kantor

Jarak kosan ke kantor itu hanya sekitar 100 meter. Yup. Saya jadi jalan kaki tiap berangkat dan pulang. Setelah 3 orang kantor itu masuk kosan saya, beberapa bulan ini kalau berangkat jadi bisa nebeng mereka sih sekali-sekali. Jadi saya bisa menghemat ongkos angkut hehe.

My messy desk. *Karena foto asli terlalu messy hehe.
Di kantor ini kebetulan anak mudanya banyak. Hmm memang sih dapat dikatakan di perusahaan saya bekerja ini secara umum memang piramidanya segitiga tegak. Maksudnya, populasi anak muda jauh lebih banyak dibanding orang tua. Makanya tempat ini sangat ideal buat anak-anak muda yang kesepian *ceila. Betul lho, karena kita kayak bisa milih mau bergaul dengan siapa atau kelompok mana. Lately saya berpikir, kantor unit itu kok mirip sekolahan ya. Kalau pernah nonton Mean Girls pasti tau deh The Plastic.

The Plastic in bitch*y mode. Sumber.
Ada lho di sini yang seperti itu. Hanya, lebih elegan dan lebih bersifat politis karena ini bukan soal gaya aja hehe. Kudu lebih hati-hati memilih arena pergaulan. Salah-salah, dikira manfaatin. Padahal kan kita bergaul dengan teman kantor itu ya.. gak selalu di urusan kerja yang penuh intrik dan pasang-topeng belaka - istilah saya itu namanya "kebaikan ter-template", tapi buat melepas lelah sepulang kerja juga. Apalagi buat anak muda perantauan seperti diri ini. Hmm penting sekali menyeimbangkan kehidupan kerja dan di luar kerja supaya gak rentan stress.

Ini penampakan kantor pas tragedi asap waktu itu huhu. Ini foto pagi-pagi lho.
Pempek

Taukah anda bahwa saya ini penggemar pempek? Hehe. Dulu waktu SD ada pedagang pempek favorit saya, namanya Mang Nur. Pempek bikinan dia mah ya.. pempek biasa aja sih. Tapi menurut saya enak banget. Tiap hari saya pasti jajan itu - waktu itu harganya cuma 300 perak tapi dengan kurs rupiah waktu itu ya lumayan nguras kantong anak SD. Singkat cerita, setelah saya ke Palembang, saya baru tau kalau pempek yang asli di Palembang itu jauh lebih enak. Bahkan ternyata ada macem-macem jenisnya - jangan suruh saya nyebutin, saya cuma tau pempek adaan dan kapal selam -_-).

Ini pempek homemade pertama yang saya makan di sini. Dibikinin sama Isma, salah satu teman geng pas kuliah yang akhirnya nikah dan tinggal di Palembang.
Tiap mudik sekarang yang ditanyain duluan bukan kabar saya, tapi kabar pempeknya hiks kejamnya (bercanda ini). Tapi saya sempet survey kecil-kecilan sih. Di sini kan ada dua merek pempek yang lumayan HITS nih, yaitu Candy dan Vico. Saya gak paham juga apa bedanya tapi bener sih kata orang-orang kalau pempek Candy itu pempeknya orang Jawa - buktinya, orang-orang yang saya kirimi, begitu saya ganti mereknya dari Candy jadi Vico pasti nanya "enakan yang kemarin Neng!". Hmm.. saya lebih suka Vico lho padahal. Hehe.

Selain pempek, saya juga suka banget makan pindang. Sambel mangga-nya itu lho yang nagih. Hanya saja setelah makan itu pasti maag saya kambuh (secara sambelnya asem dan pedes). No worries, asem-asemnya bisa dinetralisir dengan makan choki-choki sih hehe (ini serius gak nyambung).

Ampera

Pernah gak sih kamu liat orang yang foto depan suatu monumen yang kamu liat tiap hari dan merasa kalau itu super norak? Taro lah kalau di tempat tinggal saya ada yang namanya "Lingga" dan "Taman Endog". Nah saya baru sadar kalau saya pernah norak. Pertama kali ke sini waktu pelatihan HSE Mandatory duluuu pas masih penempatan Medan, saya pernah juga begitu. Nyari banget foto dengan view Jembatan Ampera. Hmm kalau sekarang malah hampir tiap minggu lah minimal lewat situ karena antara tempat saya tinggal itu - Plaju - dengan peradaban Palembang yang sebenarnya, itu pasti nyebrang lewat Ampera. Sekarang kalau ditanya mau foto lagi gak depan situ? Hmm nanti deh kalau sudah mau mutasi lagi hehe.

Cie pernah foto di Riverside cie.. *malu. Ini tahun 2013. Sekarang warna lampunya kayaknya bagusan deh.
Jakabaring

Inget gak waktu final ISL Persib vs Persipura Nopember lalu? Persib menang 'kan? Nah saya ada di situ lho, nonton LIVE. Hehe. Saya sebetulnya gak suka olahraga - dan gak paham juga apa asyiknya, capek kaleee. Tapi kalau nonton langsungan gitu, sejak SMA memang suka. Mungkin karena rame? Beda dari kakak atau adik saya yang gak suka keramaian, saya sih orangnya memang suka yang rame-rame begini. Kecuali yang rame gak jelas kayak orang Dangdut-an joget-joget aneh gitu baru saya NO. So, tentang nonton final ISL di Jakabaring? BEST DAY EVER - at the moment. Keren aja gitu, nonton LIVE, eh Persib menang pula. Kebayang rusuhnya sih kalau kalah.

Mendadak jadi Jock yang ke-bobotoh-bobotoh-an.
PS, PIM, PI, etc.

Itu tempat-tempat yang sering saya kunjungi di Palembang. Yoi, itu nama-nama mall. Tapi singkatannya bukan Plaza Senayan, Pondok Indah Mall atau Plaza Indonesia ya hehe. Ini nama mall lokal aja. Setelah saya perhatikan, di sini tempat gaul dan nongkrong itu sangat banyak dan orang-orangnya cenderung mengikuti trend. Sehingga tempat-tempat seperti itu jadi laku banget. Saya sih kurang hobby nongkrong sebetulnya. Tapi di sini kalau gak nongkrong rasanya aneh aja. Lagian apa sih yang dimaksud dengan nongkrong versi kita? Terdengar buang waktu padahal kita sebenarnya hanya ngobrol dan ngopi - excuse-kan saja sebagai ajang mempererat silaturrahim. Tapi akhir-akhir ini saya bahkan punya hobby baru yang menguras keringat. Dulu waktu kuliah seringnya melakukan aktivitas itu dengan teman SMA yang memang sama-sama ajaib. Pokoknya asyik banget mengingat saya gak suka olahraga (hayo.. kegiatan apa ini?). Hohoho. Kegiatan lainnya gak bisa saya sebutkan di sini.

*untuk menjaga nama baik dan kredibilitas ybs, sengaja gak saya umbar foto-foto kita di sini *lebay.

Saya emang seringnya pergi dengan teman kantor juga yang anggotanya itu-itu lagi. Saya sih gak masalah karena lagian sudah terlanjur nyaman dengan orang-orang ini. Meskipun, berdasarkan alasan formalitas, kalau di kantor ya harus kenal semuanya. Di luar kantor? Let me pick. Or let them pick me. Ain't that so simple? Heuheuheu.

Just some quotes I found interesting on IG or 9Gag.
Kayaknya baru itu sih yang bisa saya tulis untuk sekarang. Basically, saya senang aja sih tinggal di sini. Apalagi dua orang teman kuliah saya ada yang dapet orang sini dan sudah sah jadi orang Palembang, jadi ambience-nya berasa Jatinangor - lebay sih ini. Dan taukah anda ternyata kepindahan saya ke sini itu ada hubungannya dengan doa saya di masa lalu? Dulu saya pernah berdoa, ya Allah semoga saya ditempatkan lebih dekat ke Jawa. Nahhh! Kalau gitu bukan Jawa dong T__T. Well, ada doa ke dua juga tapi saya belum bisa cek kebenarannya. Kita liat saja ada apa dengan Palembang dan kenapa saya lama di sini. Hehe. Pokoknya, ketika saya lagi down, saya selalu teringat dengan dua kota sebelum ini dan membuat saya sangat bersyukur berada di sini, karena: IT COULD BE WORSE.

Salam,

D. Isnaini Fadhilah

No comments:

Post a Comment

WOW Thank you!