29.3.18

Our DIY (Kind Of) Wedding Invitation

77 Days Before

"A, aku izin buat konsep undangan sendiri ya? Nanti aku kasih liat ke Aa supaya bisa dikoreksi kalau ada yang gak pas."

Gitu ujarku hari itu. Alhamdulillah calon suami langsung mengiyakan. Malah dia senang sekali karena nanti undangan itu bakalan jadi karya kita berdua yang perdana, hehe. Nah mumpung senggang, saya mau bahas khusus deh. Sengaja saya tulis agak detail di sini kali aja ada yang mau buat undangan pernikahan sendiri juga. Lebih puas loh kalau bikin sendiri hehe.

Tema besar dari semua benda "cetak" kami adalah biru dan hijau. Dominannya sih putih, biar kesannya tetap clean.

01 Cari Inspirasi

So tanpa banyak menunda, saya - yang memang sebenarnya sudah sempat riset sendiri soal undangan ini - segera mengirimkan link Pinterest Board saya ke calon suami. Btw Pinterest itu salah satu surganya inspirasi visual menurut saya. You could just insert your keyword there and they will offer you a lot of choices. Kita tinggal tandain aja yang kita suka dan bikin board sendiri. Kalau udah gitu, kali-kali dibutuhkan, kita bisa lihat ulang per kategorinya.
My Pinterest Board.

Saya juga mengumpulkan gambar dan konsep undangan lain sehingga saya punya mood board. Mood board ini berguna banget untuk membatasi ruang lingkup kreativitas kita supaya tidak melebar ke mana-mana. Bisa menghemat waktu juga.

Mood Board. Gambar dari Google, Pinterest dan Instagram.
02 Membuat Konsep Kasar

Kemudian saya langsung bikin konsep undangan secara scratchy di sketch book saya. Karena cuma gambaran kasar, tentunya di perjalanan, yang gini-gini tuh pasti bakal berubah. Jadi tenang aja, 'gak perlu bikin konsep yang sempurna - seadanya aja tapi progress-nya kudu ada. Saya dan calon suami sepakat bahwa konsep undangannya jangan mewah-mewah (ini mencakup pemilihan kertas dan juga warna), so pilihan kami jatuh pada warna biru indigo. Kesannya elegan tapi tidak berlebihan.

Konsep super kasar. Ini blue print paling awal proyek kami.
03 Start Doing

Nah konsep kasar udah jadi nih. Selanjutnya saya kerjain segala gambar dan ornamen yang bakal muncul di kertas undangan. Awalnya saya gambar kartun gitu 'kan, tapi kok malah jadi 'gak cocok dengan hasil akhir yang diharapkan yaa. Akhirnya saya tetep pake gambarnya, tapi untuk undangan versi sosmed. Untuk yang cetak (kertas), konsep globalnya tetep sama tapi gambarnya 'gak jadi muncul.

Bener, karena undangan kertas yang kami buat terbatas hanya untuk keluarga besar yakni para orang tua dan sesepuh serta atasan-atasan di kantor, maka kami tetap buat versi sosmed. Jaman sekarang ya kali masih buang-buang kertas sebanyak itu buat cetak undangan. Yaaa masih ada aja sih yang keberatan diundang "hanya" lewat WAG atau email. Soalnya jaman udah maju banget, eco friendly way juga lagi booming. Janganlah memperibet si calon mempelai (yang already ribet ngurusin persiapan nikah segala macam) dengan "menuntut" diberi undangan semewah-mewahnya (baca: kertas). Tapi itu mah menurut saya aja sih.. hehe.

Back to topic. Untuk pengerjaan undangan ini, saya membaginya jadi empat tahap. Pertama, tahap pengerjaan dengan tangan. Ini karena saya pengen gambar sendiri bunga-bunganya. Sebenernya bisa sih gambar langsung di komputer. Tapi saya 'gak jago (hihi) jadi yaudah gambar di kertas dulu.

Ke dua, scanning. Semua gambar yang saya kerjain pake tangan, dipindai menggunakan scanner. Bisa juga sih difoto tapi nanti effort untuk "merapikan" gambarnya bakalan lebih susah. Untuk scanning ini kalau bisa resolusinya yang agak besar, misalnya 600 dpi supaya semua detail gambar kelihatan dan bisa dibenerin kalau ada kurang.

Bunga digambar dengan cat air di atas kertas sketsa. Ini hasil scan awal.

Hasil scan awal gambar kita.

Selanjutnya, Photoshop-ing. Bisa juga sih pake software editing lain tapi saya nyaman menggunakan Photoshop, hehe. Di sini saya menambahkan beberapa detail yang kelewat pada saat gambar tangan, serta memberikan warna supaya gambarnya tidak monoton.

Gambar pasca editing dengan Photoshop CC 2015.
Terakhir, gambar tadi dipindahkan ke Corel Draw. Di sini gambar diolah sedemikian rupa dan dimasukkan ke dalam desain vector. Saya 'gak ngomongin detailnya yah hehe soalnya kemarin saya 'gak capture per langkah. Intinya dari desain kasar di tahap 02, kita pindahkan desainnya ke komputer. Tentunya perlu banyak riset juga untuk hal ini, seperti bagaimana isi kata-kata di undangannya, bagaimana membuat petanya, bagaimana memilih font serta menentukan warna secara spesifik. Supaya hasil cetaknya bagus, semua warna dibuat mode CMYK.

Menentukan warna. Supaya "rumus" warnanya kelihatan, bisa searching Color Hexa dan selanjutnya rumusnya bisa dipakai di Corel Draw.

Font yang digunakan di dalam desain sebaiknya 'gak terlalu banyak. Untuk undangan cetak, saya hanya pakai tiga macam font sedangkan yang sosmed dua macam. Font-nya bisa cari dan unduh di Google. Coba di sini.

Contekan peta lokasi dari Google Map.

Ini desain akhir undangannya. File inilah yang saya kasih ke percetakan. Mereka dapet file CDR-nya sih jadi biar print-ready, mereka kudu modif dulu penempatan gambarnya.
Untuk membuat QR Code lokasi yang bisa dipindai Barcode Scanner di HP, saya juga dapet dari Googling sih. Klik aja di sini.

Bagian belakang lembar undangan dengan peta dalam berbagai opsi pencarian alamat agar memudahkan tamu mencapai venue.
04 Riset Percetakan

Bagian ini lebih banyak dilakuin sama suami saya sih hehe. Soalnya doi 'kan di Bekasi yang notabene ternyata tempat cetak undangan buanyak banget. Di Palembang juga ada sih, tapi follow up-nya pasti saya 'gak bakalan sanggup. Sempat juga cek-cek ke Pagarsih - Bandung tapi lagi-lagi nanti akan nyusahin karena nanti calon suami saya kudu bolak-balik Bekasi - Bandung dong buat monitoring. Btw saya 'kan taunya liat gituan dari instagram aja nih, well ternyata tempat percetakan yang instagram-nya sudah well-maintained, atau bahkan punya web site sendiri, memang sudah sophisticated dan mudahin konsumen sih, namun harganya jangan kaget. Biasanya jauh lebih mahal daripada percetakan kecil-kecilan yang workshop-nya 'gak gede-gede amat. Choices all yours.

Sebelum memutuskan cetak dalam jumlah banyak, sebaiknya kita bertanya dulu apakah bisa kita dibuatkan semacam prototype atau sample gitu, sebanyak satu atau dua buah, jadi nanti hasil cetaknya bisa kita revisi dulu kalau ada ketidaksesuaian. Jika tidak memungkinkan, coba cek portfolio tempat cetaknya. Kalau bisa jangan dari foto doang, tapi minta yang sudah jadi juga.

05 Cetak, Sebar!

Setelah puas dengan prototype yang diberikan, kami pun segera menunggu proses cetak. Ini juga agak ketar-ketir karena kertas buat amplopnya itu diwarnain pake printing, bukan kertas yang sudah berwarna dari sononya. So ketika hasilnya jadi, gradasi warna antar satu undangan dengan lainnya tidak persis sama. Bahkan ada yang keunguan. Itu padahal udah melalui proses QC loh dimana si percetakan ini punya "kelebihan" cetak hampir sejumlah undangan yang kita pesan. Ini risiko yang sudah diberitahukan oleh pihak percetakan kepada kami sebelumnya jadi kami gak terlalu masalah dengan itu sih. Untuk cetak dalamnya sendiri alhamdulillah bagus-bagus saja. Jadi kami bisa move on ke nyebarin undangan.

Tampak depan amplop undangan pasca cetak.

Bagian depan isi undangan pasca cetak.

QR Code hasil cetak masih dapat terbaca oleh pindaian HP.

Trademark-nya disuruh dicantumin ama suami haha. Jadi self promotion gini.
-------------

Tinggal mikirin undangan sosmed deh hehe. Buat yang ini juga saya 'gak mikir terlalu susah. Tinggal bikin save the date ala-ala aja. Tetap pake Photoshop dan Corel Draw tentunya, saya pun buat dua versi: Basa Sunda dan Bahasa Inggris. Yang Basa Sunda buat teman-teman kuliah yang notabene kebanyakan orang Bandung atau paling enggak ngerti Basa Sunda dikit-dikit (Jatinangor gituu). Sedangkan yang Bahasa Inggris buat orang kantor haha. Tar mereka roaming kalau dikasih yang Sunda.

Versi Basa Sunda (Kiri), Bahasa Inggris campur Indonesia (Kanan). Haha kalau ditulis Holy Matrimony agak gimana gitu soalnya; lebih magis pake kata "akad".


20 Days Before

Selanjutnya souvenir. Souvenir ini sebenernya udah selesai, udah di-handle sama kakak ipar saya. Tapi karena saya salah prediksi jumlah tamu, jumlahnya 'gak cukup haha. Namanya juga dinamika di lapangan. So sebagai cadangan, saya pun bikin souvenir dadakan banget buat cadangan. Desainnya pun mudah saja, toh tinggal modifikasi dari undangan sosmed aja. Hasil cetaknya tidak begitu bagus sih tapi ya sudah saya 'gak terlalu mikirin yang ginian. I should allow some spaces to be less perfect than others. Soalnya 'gak ada yang sempurna.



Tinggal persiapan buat hari H... OMG 20 days to go.

*Ini adalah kisah sambungan dari "To Be Mr. Darcy's". Biar nyambung, yuk baca yang ini dulu hehe.

No comments:

Post a Comment

WOW Thank you!