27.4.20

Bengkel Diri: Betahin Diri dengan Tholabul 'Ilmi di Romadhon Suci (#diamdirumah 1)

#Diamdirumah, bagi yang sudah terbiasa sekalipun, pasti ada titik jenuhnya ketika hal-hal yang dikerjakan berkutat di situ-situ saja. Jadi IRT apalagi, yang terlihat sangat santai dan rentan bosan dari luar, sebenarnya (menurut saya) adalah pekerjaan paling dinamis sedunia. Tidak selalu, hari-hari kita dapat terprediksi. Bahkan jikapun jam terbang sudah belasan atau puluhan tahun. Namun sedinamis apapun peranan tersebut, kadang kita berpikir yang kita urusi “hanya” hal-hal berbau kerumahtanggaan saja. Saling membahagiakan pasangan, membesarkan dan mendidik anak, atau menjaga agar rumah tetap menyenangkan. Yang mengejutkan, ternyata tanggung jawabnya tidak sederhana karena besar imbasnya bagi kehidupan dunia akhirat.

Salah satu materi di Bengkel Diri Level 1 yakni Manajemen Komunikasi Pasutri. Eye opener banget sih.

Beban banget ‘kan ya? Suami, dalam Islam, memang imam dan pemimpin dalam rumah tangga. Tapi masa, sih, kita jadi tenang dan diam saja. Berharap “semua” dipikul suami? Karena istri sebagai pelaksana &  madrosatul ulaa, juga kebagian tanggung jawab dan peran yang tidak kalah besarnya.

Alhamdulillah. Akhir tahun lalu, saya dikenalkan dengan Bengkel Diri. Sebuah kampus berbasis pengajian daring khusus muslimah, yang digagas dan diasuh oleh Ummu Balqis, seorang ustadzah super inspiring yang awalnya sering kita lihat di Instagram. Di sana, Ummu sering membagikan kesehariannya dalam menekuni bisnis, keluarga, juga mendidik anak-anaknya yang masyaa Alloh bikin berdecak kagum. Dan tidak sekedar berbagi. Yang beliau post di sana sangat Islami walaupun disampaikan dengan gaya yang sangat kekinian. Tentu saya jadi jatuh cinta ketika tahu bahwa beliau juga membagi ilmunya lebih dalam melalui platform sekolah online ini.

Sampai akhirnya Nopember tahun kemarin, saya berkesempatan ikut di angkatan 10. Bukan main senangnya. Yaa sebagai ibu-ibu dengan bayi yang waktu itu baru berusia lima bulan, salah satu cara saya mengisi daya baterai ruhiyah ya dengan mengaji. Untungnya daring. Jadi benar-benar tidak perlu keluar rumah. Cocok! (Di situasi pandemi sekarang apalagi. Cocok sekali).

Sumber.

Bengkel Diri ini ada level-level-nya juga. Syarat untuk naik level adalah menyelesaikan level yang lebih rendah dengan mengerjakan berbagai tugas yang perlu dibagikan melalui postingan di Instagram. Awalnya agak resisten dengan syarat pengerjaan tugasnya. Sempat terpikir ingin membuat akun khusus saja. Walaupun instagram saya tidak di-set private karena isinya seputar karya belaka, tidak pernah upload keseharian rumah tangga apalagi anak (kecuali di instastory), tetap saja rasanya canggung. Cocok ‘gak ya? Begitu pikiran saya. Namun akhirnya diputuskan tetap menggunakan instagram utama saja. Bukankah audiensnya sudah cukup banyak? Terlebih, ternyata tugas ini diberikan di sosmed agar kita menyebarkan ilmu yang didapat ke khalayak luas dengan cara kita sendiri. Dakwah, kata lainnya. Juga, kalau saya, ada tantangan tersendiri karena tugas kuliah harus dicocokkan dengan tema portfolio instagram (‘gak harus sih, saya aja yang rada OCD di sini).

Butuh komitmen yang luar biasa untuk menyelesaikan perkuliahan ini. Setiap hari harus menyetor laporan ibadah harian. Memang para fasilitator tidak “menilai” apalagi memeringkat kita berdasarkan laporan tersebut. Namun jadi sebuah cambuk ketika kita merekap ibadah harian kita dan rasanya kita bisa melakukan lebih banyak dan lebih berkualitas lagi. Mirip seperti bulan Ramadan. Dulu kita disuruh mengisi laporan kegiatan dan menyetorkannya kepada guru agama di sekolah. Ini pun begitu. Dua bulan per level ini menjadi ajang pembiasaan berbagai kebiasaan baik selain bertahan pada komitmen menuntut ilmu dengan mengikuti perkuliahan setiap dua-tiga hari sekali.

Sumber.
Apa saja materinya? Banyak! Awal-awal kita disuguhi materi dasar Islam. Di sini dibahas segala sesuatu tentang pemupukan aqidah, ke-Tauhid-an, jilbab, dan ke-Muslimah-an secara umum. Lalu ada juga materi tentang sosial media, manajemen waktu, dan emosi (ini saya butuh sekali, hi-hi). Di level 2 nantinya akan dibedah lebih dalam mengenai materi ke-Islam-an seperti bagaimana memandang Feminisme, fiqih suami-istri, fiqih nikah dan sebagainya.

Jadwal lengkapnya sudah diedarkan secara transparan di IG resmi Bengkel Diri.

Iya memang sebanyak itu materinya. Makanya, komitmennya juga tidak main-main. Jika di level 1, saya dapat menyelesaikan seluruh perkuliahan tepat waktu dengan penyelesaian tugas 80%, di level 2 yang baru saja berakhir ini, saya agak keteteran! Ini jadi pembelajaran juga, sih. Di waktu yang sama, saya ikut beberapa kelas online sekaligus. Lumayan ‘kan, mumpung banyak promo sehubungan dengan kampanye #dirumahaja a la Corona. Tapi ternyata sulit! Dan  Padahal suami sudah mewanti-wanti agar tidak mengambil terlalu banyak komitmen dalam satu waktu karena, yah.. si jagoan kecil kami sedang aktif-aktifnya belajar jalan. Butuh perhatian ekstra dibanding saat usianya masih lima bulan dulu. Tapi jika melihat teman-teman lain di kelas yang sama, dengan amanah yang jauh lebih banyak, ternyata bisa-bisa saja menyelesaikan kuliah dan tugas, hmm.. jadi malu.

Pas Bengkel Diri Level 1, Faruki baru segede gini.

Hal-hal detail yang menjadi isu dalam rumah tangga inilah yang banyak dibahas di Bengkel Diri ini. Insyaa Alloh, sumbernya dari Al Qur’an dan Hadits. Dan karena Sahabat Ali Bin Abi Talib pun pernah berkata supaya kita mendidik anak sesuai zamannya, tidak ada salahnya ikut belajar, berdiskusi dan menyebarkan hasilnya melalui kuliah ini. Serius. Bermanfaat sekali.

No comments:

Post a Comment

WOW Thank you!